[Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Kel 24:3-8; Mzm 116:12-18; Ibr 9:11-15; Mrk 14:12-16, 22-26].
Kita bersama telah menjalani tahun liturgi yang mengarahkan kita, dari permenungan akan peristiwa-peristiwa kehidupan Tuhan Yesus, sampai kepada permenungan akan Allah Tritunggal Mahakudus, yang kita rayakan Minggu lalu. Melalui perjalanan rohani tersebut, Yesus Kristus telah membawa kita kepada Allah Tritunggal, dan sepertinya hari ini, Allah Tritunggal membawa kita kembali kepada Kristus. Demikianlah perjalanan rohani jiwa seorang Kristiani: dari mengenal Kristus, kita mengenal Allah Bapa (lih. Yoh 14:6), dan mengenal Roh Kudus dalam kesatuan Allah Tritunggal Mahakudus. Demikian pula, dari mengenal Allah Tritunggal, kita dibawa kembali untuk lebih mengenal Kristus. Gereja mengetahui bahwa kehidupan rohani kita ada di dalam Kristus, maka Gereja senantiasa mengarahkan kita kepada Kristus, yang sungguh-sungguh hadir dalam sakramen Mahakudus. Maka, perayaan Corpus Christi bukan hanya kenangan sejarah akan Perjamuan Terakhir yang terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Sebaliknya, perayaan ini mengingatkan kita akan kenyataan kehadiran Kristus yang selalu hidup di tengah-tengah kita. Dengan kehadiran Kristus dalam sakramen Mahakudus, tergenapilah sabda-Nya kepada kita, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (Yoh 14:18). Sebab Ia tetap tinggal selamanya di tengah kita, dalam kepenuhan kemanusiaan dan keilahian-Nya. Dalam rupa roti, hadirlah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allahan Kristus. Di dalam sakramen itu, yang kita kenal dengan sebutan Ekaristi, Yesus sungguh adalah Emanuel: Allah yang menyertai kita.
Namun Ekaristi bukan hanya bermakna bahwa Yesus hadir di tengah kita, tapi juga bahwa Yesus menjadi santapan rohani bagi kita. Antifon Pembuka hari ini mengingatkan kita bahwa Kristus adalah penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Yaitu bahwa Allah telah memberi kepada bangsa pilihan-Nya, gandum yang terbaik, dan madu dari gunung batu. Ini adalah suatu gambaran yang sangat samar akan Ekaristi, yaitu bahwa oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Allah memberi makan kita umat-Nya, dengan Roti yang turun dari Surga (lih. Yoh 6:48-51,54). Dengan demikian, kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Kristus mau menjadi santapan bagi kita agar Ia dapat mengubah kita menjadi semakin serupa dengan Dia, dan membuat kita hidup di dalam-Nya, sebagaimana Ia hidup di dalam Bapa-Nya. Ekaristi menjadi sakramen pemersatu, dan sekaligus bukti yang paling jelas dan paling meyakinkan, bahwa Allah memanggil kita kepada kesatuan yang erat dengan-Nya. Sang Emanuel itu tak hanya menyertai kita tetapi menyatukan kita dengan-Nya.
“O jiwaku, bagaimana engkau dapat tahan untuk tidak menenggelamkan dirimu semakin dalam ke dalam kasih Kristus yang tidak pernah melupakanmu… tetapi yang rela memberikan diri-Nya sendiri seutuhnya kepadamu, dan menyatukan kita dengan diri-Nya sendiri selamanya?” (St. Angela dari Foligno)
Sumber: katolisitas.org by Stefanus dan Ingrid tay