Hari Rabu Abu: Masa Berpuasa dan Beramal

rabu abu.jpg

Hari Rabu Abu
Bacaan I : Yer 2: 12-18
Bacaan II : 2 Kor 5: 20-6:2

MASA BERPUASA DAN BERAMAL (Mat 6: 1-6. 16-18)

Dengan Rabu Abu kita umat Kristiani mulai berbuka puasa. Dalam masa puasa ini diharapkan kita dapat menahan diri dari pelbagai kesenangan dan kenikmatan, dan juga pada masa ini kita mau berbuat amal sebanyak-banyaknya. Dengan berpuasa dan berpantang, dan berbuat amal bakti diharapkan kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama. Relasi kita dengan Tuhan, sesama, lingkungan dan diri sendiri akan semakin baik dan harmonis.

Ada baiknya kita merenung sebentar tentang makna puasa serta pantang dan perbuatan amal yang akan kita jalankan dan hayati selama masa puasa ini.

Pertama: Mengenai makna puasa dan pantang itu

Diceriterakan bahwa ada sekawanan burung-burung yang ditangkap oleh seorang pemburu dan dipelihara dalam sebuah kandang yang berkisi-kisi. Supaya burung itu menjadi gemuk, pemburu itu memberi makan dan minum kepada burung-burung itu pada setiap pagi dan petang. Burung-burung itu dengan lahap menikmati makan dan minum itu, sehingga mereka semakin tambun.

Di antara burung-burung itu ada seekor burung yang sama sekali tidak mau makan dan minum. Makin hari ia semakin kurus, padahal burung-burung lain semakin gemuk. Pada suatu saat ia menjadi sedemikian kurus dan sedemikian kecil sehingga ia dapat meloloskan dirinya dari kandang lewat kisi-kisi itu, sedangkan burung-burung lain yang sudah menjadi semakin gemuk tidak mungkin meloloskan dirinya. Burung yang satu itu, oleh puasa dan pantangnya, ia berhasil lolos ke alam bebas. Ia selamat.

Keserakahan dan ketidak-ugaharian dari pelbagai kesenangan dan kenikmatan memang bisa menjadi halangan bagi keselamatan kita. Dia akan mengurung kita dalam kejasmanian saja, sehingga kita tidak sanggup meraih hal-hal yang lebih rohani dan adikodrati. Kita tetap terperangkap dalam keduniaan, tidak sanggup terbang menuju langit adikodrati.

Kedua: Mengenai perbuatan amal bakti

Diceriterakan bahwa ada seorang nyonya yang kaya raya, tetapi sangat pelit beramal bakti. Pada suatu malam ia bermimpi. Ia bermimpi naik ke surga. Di pintu surga ia dijemput oleh seorang malaikat. Malaikat itu mengajak sang nyonya untuk berjalan-jalan melihat keadaan surga. Sang nyonya melihat bahwa di surga itu ada banyak rumah yang indah-indah, tetapi juga ada pondok-pondok reot. Ketika dia melewati suatu pondok yang sangat jelek, ia berhenti dan bertanya kepada malaikat:

Pondok siapa itu?” Malaikat menjawab:

Itu pondok milik nyonya!”

Tentu saja nyonya itu memprotes, sebab di dunia ia memiliki rumah yang megah dan indah bak istana. Ketika ia melewati sebuah gedung yang sangat indah, sang nyonya bertanya lagi kepada malaikat:

Itu rumah milik siapa?” Malaikat menjawab:

Rumah itu milik Mina!”. Mina adalah pelayan pembantu rumah tangga dari nyonya yang kaya raya itu. Tentu saja sekali lagi sang nyonya memprotes. Bagaimana ia yang kaya raya hanya mendapat pondok di surga, sedangkan Mina, pembantunya yang miskin itu mendapat istana di surga. Lalu malaikat menjelaskan:

Rumah-rumah di surga dibangun berdasarkan bahan-bahan bangunan yang dikirim oleh pemiliknya dari dunia. Bahan bangunan itu adalah perbuatan amal bakti. Amal bakti nyonya di dunia sangat sedikit, sehingga hanya cukup untuk membangun sebuah pondok. Amal bakti Mina kepada sesama amat banyak, sehingga ia mampu menyiapkan tempat kediamannya yang indah di surga”.

Masa puasa adalah masa untuk beramal bakti!! Masa untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya bagi sesama. Masa kita menekan kesenangan dan kepentingan kita sendiri untuk lebih mengarahkan perhatian dan perbuatan kita kepada sesama kita, terlebih sesama kita yang kurang beruntung. Maka marilah kita menggunakan saat yang dapat mendatangkan rahmat ini dengan berpuasa, berpantang dan berbuat amal bakti.

***

Selanjutnya supaya puasa dan pantang serta amal bakti kita dapat sungguh bermakna, maka ada baiknya kita mengingat nasihat Tuhan yang telah kita dengar dalam Injil hari ini.

Menyangkut berpuasa Tuhan berkata: “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka merubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: “sesungguhnya mereka telah mendapat upahnya”. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa kamu berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada ditempat yang tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu….!!

Menyangkut perbuatan amal bakti, Tuhan berkata: “Apabila engkau memberi sedekah, jangan engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan oleh orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang……… Tetapi jika engkau memberi sedekah, jangan diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu!!”

Berbekalkan nasihat-nasihat Tuhan itu, marilah kita mulai berbuka puasa!!

Semoga!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *