Ajaran Paus Fransiskus, “Laudato Si”; Memelihara Bumi Sebagai Rumah Kita Bersama

Laudato-si.jpg

Pada saat ini sedang diselenggarakan Konferensi Perubahan Iklim ke-21 yang berlangsung di Paris, mulai dari tanggal 30 November s.d. 11 Desember 2015. Ada sekitar 150 pemimpin negara , berikut dengan 40.000 delegasi dari 195 negara, menghadiri konferensi COP21 atau Conference of Parties, forum tahunan untuk menanggulangi perubahan iklim di tingkat politik global. Para pemimpin ini memiliki satu misi: Menyepakati upaya yang mengikat secara hukum mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca, untuk mempertahankan kenaikan suhu global kurang dari 2 derajat Celsius dibandingkan suhu global pra-industri.

Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 telah mengeluarkan ensiklik “Laudato Si” yang mengajak kita semua untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran. Ensiklik Laudato si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”

Ensiklik tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan secara resmi pada tanggal 18 Juni 2015 melalui sebuah konferensi pers. Vatikan merilis dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis, Polandia, Portugis, dan Arab. Sementara untuk edisi bahasa Indonesia, sudah diterjemahkan oleh Dokpen – KWI, dan dalam versi digital diterjemahkan oleh Pater Martin Harun, OFM yang dapat pembaca akses di internet yaitu jpicofm.com.

Berikut kami sampaikan intisari dari ensiklik “Laudato Si” untuk diketahui serta dihayati dalam hidup kita sebagai warga Gereja Katolik sekaligus warga masyarakat dunia (Daniel Boli Kotan).

Dalam Ensiklik Laudato Si yang berjumlah 190 halaman ini, Paus Fransiskus menuliskan argumen teologinya tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan. Ia menjelaskan kerusakan yang terus-terusan dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai “satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas. Solusinya, menurutnya membutuhkan pengorbanan dan “revolusi budaya” di seluruh dunia.

Berikut beberapa poin penting dari ensiklik “Laudato Si”:

SAINS: Paus menjelaskan “sebuah sensus sains solid” menunjukkan bahwa pemanasan global itu nyata, dan akan mengurangi ketersediaan air minum, merusak pertanian, menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, meningkatkan keasaman laut dan menaikkan permukaan air laut yang menyebabkan kebanjiran di kota-kota besar dunia. Ia mengatkan perubahan iklim terjadi secara alami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global “terutama” disebabkan oleh aktivitas manusia.

EKONOMI: Ensiklik ini merupakan kritik ekonomi dan juga panggilan untuk menyelamatkan lingkungan. Paus Fransiskus mengatakan negara-negara kaya mempunyai “utang ekologis” terhadap negara-negara berkembang, yang sumber daya alamnya diambil untuk produksi dan konsumsi bahan bakar bagi negara-negara industri. Ia menyebutkan hubungan ekonomi ini adalah hubungan dengan “struktur yang sesat” dan menolak argumen bahwa pertumbuhan ekonomi saja bisa memecahkan masalah kelaparan dan kemiskinan global serta memperbaiki keadaan lingkungan. Menurutnya pola pikir seperti itu sebagai sebuah “konsep pasar yang ajaib.”

KEBIJAKAN PEMERINTAH: Paus Fransiskus mengatakan bahwa peraturan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengurangi pemanasan global dan “penting untuk merancang lembaga internasional yang lebih kuat, lebih efisien dan terorganisir” dengan memanfatkan kewenangan untuk memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan. “Konsensus global penting untuk menghadapi masalah yang lebih kompleks, yang tidak dapat diselesaikan secara sepihak dari masing-masing negara,” kata Paus. Namun, ia mengatakan peraturan saja tidak akan memecahkan masalah. Sebaliknya, pandangan untuk merubah etika secara menyeluruh mutlak diperlukan untuk memprioritaskan perawatan alam dan manusia.

MANUSIA: Paus mengatakan setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan juga harus “memperhitungkan hak-hak dasar kaum miskin dan mereka yang kurang mampu.” Dia mengatakan “konsumerisme yang tidak beretika” telah menyebabkan tingkat konsumsi yang menyebabkan memperparah kerusakan lingkungan. Dia mengajak setiap orang untuk membentuk jaringan sosial dengan tujuan menekan pemimpin politik untuk melakukan perubahan dan membantu mereka yang kehilangan tempat tinggal atau pekerjaan akibat perubahan iklim. Ia juga mendesak agar masyarakat mengubah gaya hidup mereka, termasuk “menggunakan transportasi umum, atau naik mobil bersama-sama, dan menanam pohon serta mematikan lampu-lampu yang tidak digunakan.

IMAN: Paus Fransiskus menyebutkan inti ajaran Katolik adalah menekankan kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan dan kaum miskin. Ia mendesak manusia bertanggungjawab secara moral untuk merawat lingkungan seperti yang tertulis di kitab Kejadian 2:15 bahwa kita memiliki tugas untuk “menjaga” dan “merawat” Bumi. Paus berdoa untuk diskusi tentang iklim yang diselenggarakan oleh PBB dan menulis dua doa tentang pelestarian lingkungan, dan meminta Tuhan untuk memberikan, “kesembuhan dalam hidup kita, agar kita dapat terus melindungi dan merawat bumi dan menggerakkan hati orang-orang yang hanya mencari keuntungan dan mengorbankan orang-orang miskin dan dunia.”

*******
Disarikan oleh Daniel Boli Kotan
Sumber: Ensiklik “Laudato Si” Paus Fransiskus.

One thought on “Ajaran Paus Fransiskus, “Laudato Si”; Memelihara Bumi Sebagai Rumah Kita Bersama

  1. Pingback: Uskup Atambua Ajak Umat Menjaga Bumi sebagai Rumah Bersama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *