Renungan Hari Raya Natal (Natal Fajar) : Pembawa Kabar Baik

Bacaan:  Yes. 62:11-12; Tit 3. 4-7; Luk.2: 15-20.

Pada hari raya Natal yang bahagia dan penuh sukacita ini mengajak kita untuk belajar dari para gembala di padang Efrata, pergi mencari dan menemukan sang bayi Yesus yang lahir, seperti yang disampaikan oleh Malaekat Tuhan kepada mereka. Warta yang disampaikan kepada para gembala itu tidak sekedar didengar, tetapi mereka pergi dan bergegas, mereka tidak tinggal diam. Warta itu menggerakkan hati dan budi agar pergi dan mengalami sendiri peristiwa itu secara lebih nyata dan mendalam. Mereka tergerak hati untuk beranjak dari zona nyamannya sebagai gembala, tetapi bergegas dan bergerak, bangkit dan pergi untuk melihat apa yang terjadi. Dan mereka menjumpai sang bayi itu seperti yang disampaikan  malaekat Tuhan kepada mereka. Perjumpaan mereka dengan sang bayi itu, menjadi sebuah sukacita besar yang luar biasa dan istimewa. Kegembiraan itu menumbuhkan semangat baru dan penuh rasa syukur kepada Allah karena boleh menyaksikan dan mengalami karya besar Allah melalui kelahiran sang gembala agung mereka. Dan tanggapan mereka adalah dengan gembira dan pujian tulus mewartakan kembali dan memberikan kesaksian akan pengalaman iman yang istimewa itu, bahwa sungguh telah lahir Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan! Hanya orang yang tergerak hati, hanya orang yang terus mencari dan menemukan Dia, mengalami sukacita rohani yang luar biasa dan istimewa. Sukacita itu tidak lagi menjadi milik sendiri, tetapi mewartakan dan mengajak orang lain untuk boleh mengalami kelahiran Tuhan itu dalam hati dan hidupnya. Kegembiraan yang dibagikan menjadi kegembiraan yang luar biasa. Harus menjadi pengalaman bersama dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Warta kelahiran Tuhan, warta keselamatan sudah begitu sering kita dengar entah melalui kotbah atau renungan, melalui bacaan Kitab Suci, melalui ajaran-ajaran iman dan juga melalui perayaan-perayaan. Juga pada hari raya natal ini. Namun kita sering berhenti di situ saja. Hanya menjadi konsumsi pribadi saja. Hanya untuk diri sendiri dan jarang kita bagikan itu kepada orang lain dalam hidup kita. Kita sering tidak tergerak hati dan tidak bergerak untuk keluar dan pergi dari zona nyaman kita, kita tidak mau terganggu dan diganggu untuk membawa warta keselamatan itu bagi orang lain, melalui kata dan tindakan, melalui sikap dan cara hidup kita. Kita mencari selamat sendiri, dan tidak peduli dengan sesama yang lain. Kita pun tidak mau mencari dan menemukan-Nya seperti yang diwartakan, seperti yang diajarkan atau yang kita renungkan dari Kitab Suci dan yang kita rayakan natal-Nya ini.  Atau terkadang merasa bahwa kita telah menemukan Dia yang lahir itu, tetapi tidak rela berbagi, tidak bersedia mewartakannya. Kita tidak seperti para gembala yang penuh sukacita mewartakan pengalaman imannya, bahwa Yesus tidak lagi di gua Betlehem, atau di palungan, tetapi kini Yesus telah lahir dalam hati, dan dalam hidup mereka. Yesus telah menjadi pengalaman hidup yang harus terus diwartakan penuh sukacita. Yesus kini telah dijumpai dan dialami dan diwartakan bagi orang lain.

Pengalaman itu telah merubah hidup mereka menjadi pembawa kabar baik, kabar gembira bagi siapa saja. Karena itu, kita harus berani keluar dari zona nyaman hidup kita, harus tergerak dan bergerak keluar dari diri kita sendiri untuk terus pergi dan mencari serta menemukan-Nya di dalam diri sesama, di dalam tugas dan pengalaman harian kita, di dalam peristiwa-peristiwa hidup kita, di sana Tuhan hadir. Kegembiraan menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah yang solider dengan kita manusia, yang menjadi senasib dengan kita. Syukur atas karya besar Allah terjadi dalam diri dan hidup kita. Natal menjadi perayaan syukur  karena Allah dalam diri Yesus rela lahir dalam hati, hidup, keluarga dan komunitas kita. Kita bergembira dan bersyukur di hari raya Natal Tuhan ini, dan terus menjadi pembawa warta keselamatan kepada siapapun melalui kata dan tindakan, dan bersolider dengan sesama yang menderita. Itulah natal yang sesungguhnya.

Selamat pesta Natal! ***

 

Rm. Fransiskus Emanuel Dasanto, Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *