Bacaan: Kis. 6:1-7; 1Ptr. 2:4-9; Yoh. 14:1-12.
Kisah Injil minggu yang lalu, Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai “pintu”. Dialah Gembala yang baik dan “pintu”, akses menuju keselamatan bagi kita kawanan gembalaan-Nya. Dan Injil hari ini, Yesus berbicara tentang Rumah Bapa yang memiliki banyak tempat tinggal. Dan untuk sampai ke rumah Bapa itu, Yesus menawarkan jalan ke sana. Dan jalan itu adalah Diri-Nya sendiri. “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”. Untuk itu kita harus percaya. Maka kalau kita mengenal Yesus sebagai jalan, itu berarti kita harus berjuang supaya jalan dan pola hidup-Nya menjadi jalan dan pola hidup kita juga. Dan kalau kita mengenal Yesus sebagai kebenaran, maka kita harus menjadi “kebenaran yang berjalan”. Selanjutnya, kalau kita mengenal Yesus sebagai kehidupan, maka Yesus harus menjadi tokoh hidup-mati bagi kita.
Tuntutan dari mengenal Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan hidup meminta dari kita suatu perubahan sikap hidup, harus sesuai dengan tuntutan-Nya. Maka menjadi pertanyaan bagi kita saat ini, apakah benar Yesus itu punya arti bagi hidup kita secara pribadi? Apakah kita sungguh mengikuti jalan-Nya dan percaya pada kebenaran ajaran-Nya, agar kita pun hidup dari kelimpahan hidup-Nya? Tidak mudah memang.
Mengenal Yesus tidak lain berarti kita harus berubah karena Dia yang kita kenal itu, berpengaruh dan berdaya ubah bagi kita. Ia telah dan terus menawarkan diri-Nya. Ia menawarkan jalan yang harus kita lalui. Dan jalan itu adalah Diri-Nya sendiri. “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”. Mengenal Yesus berarti membiarkan diri kita diubah untuk mengikuti pola dan cara hidup-Nya. Dia adalah jalan yang mengantar kita dengan selamat ke Rumah Bapa yang banyak tempat tinggal. Tidak ada jalan lain. Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi kita untuk memperoleh kebenaran sejati dan kehidupan yang abadi.
Kita sadar bahwa kita sering tidak percaya. Kita sering juga mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Kita jalan menuruti kehendak dan pikiran kita sendiri. Pada saat yang sama kita lalu menjadi bingung, kita putus asa, hilang harapan dan pegangan. Kita menjadi kecewa dan putus asa. Terasa badai virus corona tidak segera berlalu. Kita sering menunut Tuhan agar mengikuti jalan pikiran dan kehendak kita. Mengikuti rancangan-rancangan yang telah kita susun dengan rapih. Tapi jalan Tuhan seendiri lain dari jalan kita. Kita-lah yang harus menyesuaikan dan bahkan merubah jalan hidup kita pada jalan Allah. Hanya satu yang Yesus minta yakni: Percaya. “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”. Dan terus berjalan menuju Bapa melalui Yesus sang jalan, kebenaran dan hidup.
Kita berdoa, Ya Bapa tambahkanlah iman kami untuk selalu percaya pada kehendak-Mu, dan hantarlah kami melalui Yesus jalan, kebenaran dan hidup kami, untuk sampai ke rumah-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin ***
Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo,Pr; Sekretaris Komkat KWI