Renungan Hari Minggu Biasa III: “Yesus Adalah Terang Yang Menyinari Kegelapan Hidup”

Bacaan: Yes 8:23b-9:3; 1Kor.1:10-13,17; Mat.4:12-17.

Sering orang berpikir dan berbuat untuk kepentingan diri sendiri, untuk kelompoknya sendiri tanpa peduli bahkan tertutup bagi orang lain di luar dirinya atau di luar kelompoknya. Karena itu, tidak jarang merasa diri yang paling baik, paling benar, sementara di luar itu sering tidak mendapat tempat, biarpun ada sesuatu yang mungkin baik dan berguna untuk diri atau kelompoknya. Kita menjadi buta dan tertutup. Orang hanya ingat sukunya sendiri, agamanya sendiri, golongannya sendiri. Bahkan menjadi picik dan kejam, menghina dan bahkan menyerang dan membunuh.

Yesus dalam Injil hari ini justru keluar dari kebutaan bangsaNya, yang menganggap orang/bangsa lain sebagai orang/bangsa yang tidak ada sedikitpun kebaikan. Bangsa yang gelap, yang dianggap asing dan kafir, penuh dosa. Tidak ada keselamatan. Tindakan Yesus ini sungguh-sungguh sulit dipahami oleh bangsaNya pada masa itu, karena mereka demikian picik dan sombong. Yesus mendobrak semua sistem pengkotakan manusia. Kedatangan dan ajaranNya bersifat sangat universal. Ia datang dan mau mewartakan Kerajaan Allah untuk segala bangsa. Ia menjadi cahaya/terang yang bersinar dalam kegelapan. Terang yang memberi rasa damai, yang memberikan penghiburan, yang membangkitkan harapan, menyembuhkan. Dalam kegelapan hidup, entah karena penyakit, kemiskinan, bencana alam, maupun penderitaan, manusia bisa menemukan makna baru kehidupannya di dalam Sabda dan pengalaman Yesus sendiri. Yesus menjadi terang bagi orang-orang yang mau mendengarNya karena ajaran dan pola hidupNya memberikan makna atau terang pada kehidupan manusia.

Yesaya menyebut Yesus sebagai terang yang besar. Terang itu masuk dalam kehidupan nyata kita. Menerangi segala jalan kehidupan kita yang masih gelap, dalam hati yang tertutup, bahkan dalam kegelapan maut, terang sejati yaitu Yesus Kristus itu menghalaunya. Sebagai terang yang besar itu, Yesus datang mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan mengajak orang untuk bertobat. Ia melenyapkan penyakit dan kelemahan yang membuat manusia menderita. Tindakan Yesus itu menunjukkan sudah dekatnya Kerajaan Allah, yang merupakan wujud kehendak Allah untuk melepaskan manusia  dari kegelapan dosa. Terang itu adalah Yesus yang menghantar setiap orang yang percaya untuk berjalan menuju Bapa, berjalan menuju keselamatan. Dan bila kita yang sudah mengalami dan menerima sang terang sejati Yesus Kristus, maka kita pun harus menerangi jalan hidup sesama kita di sekitar kita, melalui tutur kata yang baik, perilaku hidup yang pantas, terbuka bagi sesama dan menerima semua orang sebagai sahabat dalam perjalanan menyusuri jalan hidup ini menuju Bapa. Dalam terang Sabda dan pribadi Yesus, kita akan sampai pada Bapa.

Maka menjadi pertanyaan bagi kita, apakah sebagai orang kristen dan pengikut Kristus, kita cukup bersikap terbuka seperti Kristus. Ataukah kita begitu picik, tertutup, membeda-bedakan dan menyingkirkan orang lain? Apakah kita sungguh menjadi terang bagi orang-orang di sekitar kita melalui tutur kata dan perilaku hidup yang baik, bersahabat, damai, rukun dan saling menghargai perbedaan? Bila belum, maka kita masih dalam kegelapan yang perlu terang Kristus agar kita mampu bertobat dan bangkit menjadi manusia terang, karena Yesus adalah terang yang menerangi kegelapan hidup kita. “Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Mat 4:16) Terang itu menerangi hati dan hidup kita kini dan sepanjang masa. Tuhan memberkati.***

 

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr;  Sekretaris Komkat KWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *