Renungan Hari Minggu Biasa  XIV: “Allah Bagi Orang Kecil dan Sederhana”

Bacaan: Zak. 9:9-10; Rm. 8:9, 11-13; Mat. 11:25-30

Dalam hidup kita jumpai ada orang yang cerdik pandai, dan ada orang kecil dan sederhana. Orang cerdik pandai memiliki sejumlah pengetahuan dan bisa juga keahlian dalam bidang tertentu. Orang-orang seperti itu sering disegani, dihormati dan dimintai pendapat, bahkan nasehat-nasehat bijak. Mereka berkecukupan dalam kehidupan ekonomi, juga diperhitungkan dalam kehidupan bersama. Mereka juga didengarkan ketika mereka menyampaikan ide atau apa saja. Mereka juga punya banyak sahabat, dan bersahabat dengan orang-orang penting dan berkedudukan. Beda dengan orang orang kecil, sederhana, apalagi miskin dan tersingkir.  Mereka justru tidak memiliki apa dan siapa, dan karena itu andalan mereka adalah Tuhan. Mereka menggantungkan harapan dan mimpi-mimpi mereka, kiranya Tuhan selalu memperhatikan dan mendengarkan serta menolong mereka, ketika kesulitan, beban hidup dan penderitaan menghimpit. Mereka kurang mendapat perhatian dan sering tidak diperhitungkan dalam kehidupan bersama. Mereka juga tidak bisa menentukan nasibnya sendiri apalagi nasib orang lain. Itulah kenyataan yang ada dalam hidup kita, juga ada di sekitar kita.

Perhatian Yesus dalam Injil hari ini tertuju kepada orang kecil dan sederhana. Yesus berpihak, punya kepedulian dan perhatian yang sangat istimewa terhadap orang-orang seperti ini. Karena itu dalam doa-Nya, Yesus bersyukur kepada Bapa atas orang-orang kecil dan sederhana ini. Bagi Yesus, Kerajaan Allah, kesungguhan hidup dalam kebahagiaan yang penuh, tidak diperoleh dan tidak dimengerti oleh mereka yang pintar, yang kuat dalam persaingan, tetapi mereka yang peka akan nilai kehidupan, mereka yang rendah hati, yang tidak mementingkan dirinya sendiri, yang bisa membangun hidup bersama dalam kesederhanaan, mereka itulah yang dapat mengerti rahasia Kerajaan Allah. Karena Kerajaan Allah tidak dikuasai oleh nilai dunia ini, tetapi hidup selalu bernilai dan berharga. Ketika di sana ada kerendahan hati, kepekaan  terhadap yang lemah dan yang tak berdaya. Yesus bersyukur kepada Bapa karena orang-orang seperti inilah, yang dalam kesederhanaan dan dalam kesadaran akan kekecilan dirinya di hadapan Tuhan dan sesama membangun hubungan dengan Tuhan menjadi utama. Melalui Yesus kita mengenal wajah Allah yang sederhana dan penuh perhatian terhadap manusia. Allah yang membuka diri-Nya bagi yang kecil dan sederhana dan manusia menemukan dalam Allah kekuatan dan kebesarannya. Allah mencintai manusia tanpa syarat, tanpa batas.

Kita diajak untuk mengimani Allah yang demikian, berarti menghidupi nilai-nilai yang diajarkan-Nya dan mengikuti teladan hidup-Nya, yang senantiasa mau berbuat baik kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia terus mengajak dan mengundang untuk datang kepada-Nya, “Marilah datang kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah daripada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”.

Semoga kita juga menjadi bagian dalam doa syukur Yesus. Menjadi orang kecil dan sederhana yang tetap selalu mengandalkan Dia, untuk terus datang kepada-Nya dan belajar pada-Nya, sampai jiwa kita pun mendapat ketenangan dalam Dia.

*****

Ditulis oleh Rm. Frans Emanuel Da Santo, Pr, Sekretaris Komkat KWI

Gambar: sarapanpagi.org

 

 

3 thoughts on “Renungan Hari Minggu Biasa  XIV: “Allah Bagi Orang Kecil dan Sederhana”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *