Paus Fransiskus Menyampaikan Panduan Baru tentang Kehidupan Keluarga

just married -paus frans.jpg

VATIKAN, KOMPAS.com – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, Jumat (8/4/2016), merilis panduan baru dalam rupa dokumen tentang kehidupan keluarga. Gereja diminta lebih memahami kenyataan modern.

Surat apostolik bertajuk Amor Laetitia atau “Kasih dalam Keluarga” akan diumumkan di Vatikan oleh Kardinal Christoph Schoenborn, Uskup Agung Wina yang selama ini dipandang sebagai tokoh modern karena dirinya sendiri anak dari orangtua yang bercerai. Panduan ini akan disalurkan pada keuskupan di seluruh dunia, dengan para uskup lokal akan mendapat panduan soal bagaimana menjelaskan perubahan yang mungkin terjadi pada setiap jemaatnya.

Dokumen itu didasarkan pada dua Sinode yang membahas isu tersebut dan sudah ditunggu-ditunggu dengan penuh semangat oleh sekitar 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Dokumen setelah 200 halaman itu tidak mengubah doktrin Gereja Katolik. Namun, membuka jalan bagi para uskup di masing-masing negara agar menafsirkan doktrin sesuai dengan budaya mereka.

Menurut Vatikan, dokumen juga memuat pandangan-pandangan Paus tentang kehidupan keluarga, perkawinan, kontrasepsi, dan cara membesarkan anak.
Arahan baru ini merupakan puncak dari kerja tiga tahun Paus, yang mengirim daftar pertanyaan kepada keluarga di seluruh dunia tentang harapan dan kekhawatiran mereka.
Paus kemudian memanggil semua uskup dan kardinal dalam dua Sinode di Roma, yang diarahkan untuk mendorong mereka berdebat. Bahkan jika tidak sependapat sekalipun tentang isu-isu yang memecah belah gereja di beberapa negara.

Masalah yang masih tetap menjadi perdebatan besar adalah menawarkan komuni kepada pasangan yang bercerai maupun pasangan yang menikah kedua kali.
Juga soal kontrsepsi dan perlakuan atas umat Katolik yang homoseksual, transgender, lesbian, dan sejenisnya. Penganut Katolik radikal berharap akan ada perubahan dengan kembali pada doktrin lama.

Di sisi lain, panduan itu mungkin merefleksikan kecenderungan posisi dan pandangan Paus yang tengah menjabat. Ia kemungkinan berusaha membuat Gereja Katolik Roma lebih pemaaf dan tidak terlalu menghakimi penganutnya yang berada dalam situasi tidak wajar. November lalu, dalam sebuah audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, Fransiskus melanjutkan katekese tentang keluarga yang berfokus pada pentingnya kebersamaan.

“Duduk makan malam bersama keluarga, makan bersama dan berbagi pengalaman hari, adalah gambaran dasar kebersamaan dan solidaritas. Karena Yesus memberi kepada kita Ekaristi sebagai makanan, maka ada hubungan erat antara keluarga dan Misa,” kata Paus.

Menurut Paus, keluarga yang hampir tidak pernah makan bersama atau ketika makan bersama malah menonton televisi atau asyik dengan smartphone benar-benar bukan sebuah keluarga. “Ketika anak-anak di meja yang masih asyik dengan komputer, atau telepon, dan tidak saling mendengarkan, ini bukan keluarga,” tegas Paus, itu hotel.
Dalam audiensi itu Paus berseru kepada keluarga-keluarga untuk saling berbicara dan saling mendengarkan. “Hendaknya tidak diam di meja makan,” kata Paus saat itu.

Dikutip dari Kompas.com (8/4/2016)
Penulis : Pascal S Bin Saju
Editor : Pascal S Bin Saju
Sumber : AFP/BBC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *