Percikan Kisah dan Refleksi Hidup Katekis Akar Rumput (3), Jolentinus Jomilena; “Memberi dengan “HATI” itulah yang saya lakukan”

anak papua.jpg

Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia telah menyelenggarakan Pertemuan Nasional Katekis ke-3 di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan 22-25 September 2015 dengan tema “Katekis Sebagai Saksi Iman dan Moral di Tengah Keluarga dan Masyarakat Multikultural”. Ada sekitar 80 orang katekis lapangan atau katekis akar rumput yang hadir. Para katekis yang datang dari 35 Keuskupan di Indonesia ini memiliki kisah kehidupan berkaitan dengan panggilan hidupnya sebagai rasul awam di tengah masyarakat yang terus bergeliat menghadapi berbagai tantangan jaman. Berikut kisah dan refleksi bapak Jolentinus, katekis dari keuskupan Agats.

Pada tanggal 08 Desember 2010, dengan kapal laut Tataimalau saya tiba di Keuskupan Agats. Situasi yang saya rasa sangat mengesankan. Kapal bersandar di pelabuhan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki kira-kira 3 km menuju Komplek Misi yaitu sebutan untuk area Komplek Keuskupan Agats.
Setelah melalui pertemuan dengan Pimpinan Uskup, maka saya sebagai Ketekis di tugaskan di Paroki St. Silvia yaitu di stasi St. Yosep Yaun Yufri yaitu pada tanggal 02 Januari 2011. Pada tanggal itu saya diantar oleh Pastor paroki dan selanjutnya dengan beberapa tugas yang diberikan dan telah dibicarakan bersama, selanjutnya saya tinggal dan melayani di stasi Yufri Yaun. Saya tinggal di pastoran sendiri, dan melaksanakan tugas serta pelayanan bersama dan bekerjasama dengan dewan stasi dan umat yang ada.

Panggilan saya sebagai Katekis yang diharapkan menjadi saksi iman dalam keluarga masyarakat terus kami upayakan bersama melalui kegiatan-kegiatan rohani, ibadat lingkungan, ibadat hari minggu, kegiatan bersama komisi serta pelayanan atau pembinaan sakramen-sakramen. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk semakin mengajak dan mengarahkan umat agar lebih hidup baik, dekat dengan Tuhan. Tanggapan umat yang baik, itupun semakin membuat saya mencintai, mengasihi dan peduli terhadap umat karena pada satu sisi sangat membutuhkan kehadiran Katekis yang dapat membantu menumbuhkembangkan, mengarahkan kehidupan rohani mereka. Dengan itu juga kami bersama Dewan bekerjasama untuk meningkatkan semangat untuk peduli, mencintai, dan menghidupi Gereja. Saya bertugas di Stasi Yufri Yaun 4 tahun 6 bulan.

Banyak keprihatinan saya alami melihat situasi dan keberadaan umat dimana saya bertugas. Ketidakpedulian atau ketidaktahuan umat terhadap lingkungan hidup, malas atau cepat puas, egois mementingkan diri sendiri, banyak anak-anak yang tidak mengecap pendidikan, banyak yang tidak tahu dan hafal doa-doa sederhana, semua mau cepat/instan dan ada hasilnya, susah untuk berproses, belum lagi koordinasi dengan pastor paroki yang kurang maskimal, dan berharap pada bantuan pemerintah, dlsb. Dalam situasi tertentu saya sebagai manusia seringkali mengalami jalan buntu, tak tahu harus berbuat apa, bicara apa, namun satu sisi saya juga diajak untuk berpikir positif dan melayani dengan HATI. Suasana tenang yang sangat jauh dari hiruk pikuk seringkali mengantar saya untuk merefleksikan semua kecemasan-kecemasan yang saya hadapi bersama umat. Namun toh Tuhan sangat membantu dan mendengar doa-doa kami, sehingga sampai saat ini saya masih sangat bersemangat ada, berada, melayani umat di Keuskupan Agats ini.

Memberi dengan “HATI” itulah yang saya lakukan. Maka usaha yang saya lakukan adalah mengajak umat untuk duduk bersama, bercerita bersama, mengunjungi mereka dari rumah ke rumah merupakan bagian pelayanan harian saya. Memberikan semangat atau motivasi untuk belajar hidup dekat Tuhan dan mau bekerja keras dan bekerjasama merupakan santapan setiap hari saya ketika berjumpa entah secara pribadi, kelompok ataupun dalam gereja.

Namun saya juga bangga bisa bersama umat yang sangat baik, sederhana, ramah, namun juga terbuka terhadap masukan-masukan dari siapa saja, terbuka terhadap siapa saja. Dan ini menjadi satu kekuatan yang bisa dan mampu mengubah pandangan mereka.

Saya yakin bahwa melalui usaha dan upaya perjumpaan bersama, mampu mencairkan kekurang tahuan kami, ketinggalan informasi kami, membakar keegoisan dan kekerasan kami dan menjadikan kami lebih bersemangat dan peduli akan situasi lingkungan ataupun umat. Yang saya yakin bahwa saya mencintai Panggilan saya sebagai Katekis.

Setelah 4 tahun lebih bersama umat di stasi St Yosep Yufri Yaun, sejak Agustus 2015 saya berpindah melayani di Paroki terjauh di Keuskupan Agats. Dengan jarak tempuh ± 9 jam mengarungi sungai-sungai menuju Paroki St. Yoseph Senggo. Situasi umat tidak berbeda jauh dengan umat sebelumnya. Pastoral sekolah (sebagai guru agama) sedang saya jalani serta pembinaan-pembinaan di paroki maupun stasi lainnya. Pengalaman sebelumnya menjadi cermin tersendiri untuk saya agar semakin mampu menemukan pola pastoral dan pendekatan yang lebih baik. Kerjasama dengan pihak sekolah, dewan paroki atau stasi serta pastor paroki menjadi satu tim yang mampu mengantar umat menjadi saksi iman dalam keluarga dan masyarakat.
Demikianlah kisah kasih diri saya sebagai Katekis di rimba Asmat Papua. Menyenangkan dan mengagumkan bisa berada di alam yang indah elok ini. Yang bisa saya lakukan adalah Saya hadir, saya ada, saya memberi hati dalam suka dan duka saya bersama umat yang dipercayakan kepada saya.

Sumber artikel: Pernas katekis ke-3 tahun 2015
Gambar/ilustrasi: Google picture.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *