Banyak guru di daerah-daerah mengeluh karena hingga kini buku-buku pelajaran kurikulum 2013 yang dijanjikan pemerintah belum sampai ke sekolahnya masing-masing. Ironinis memang. Di satu sisi, kurikulum diberlakukan secara nasional pada tahun ajaran baru 2014 ini, namun disisi yang lain, buku-buku sebagai salah satu perangkat pembelajaran belum sampai ke tangan guru. Ini baru satu kasus, belum kasus-kasus lainnya. Sebagian besar guru-guru, termasuk guru agama belum mengikuti diklat sebagaimana yang direncanakan pemerintah. Guru agama Katolik misalnya, hingga saat ini baru sebatas kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Bimas Katolik (kementrian agama), di beberapa propinsi. Kegiatan sosialisasi itu baru merupakan perkenalan karena waktunya pun terbatas.
Lalu bagaimana caranya agar buku pelajaran secepatnya dimiliki guru? Apabila memungkinkan, guru dapat mendownload dari internet. Berikut adalah gambaran dinamika pengadaan buku yang dilaporkan oleh koran Tempo. Sekolah-sekolah di pusat Ibu Kota negara saja banyak yang belum mendapatkan buku-buku K.13, apa lagi di daerah-daerah. Maka guru, atau pihak sekolah perlu menjemput bola, mendatangkan buku dari dunia maya! (DBK)
TEMPO.CO, Jakarta – Belum datangnya buku pelajaran Kurikulum 2013 membuat pihak sekolah menyiasati kekurangan tersebut. Salah satunya SMA Negeri 95 Kalideres, Jakarta Barat. Agar siswa bisa tetap belajar, pihak sekolah memutuskan memfotokopi buku tersebut.
“Kami fotokopi agar tidak kurang bukunya,” ujar Herman Syafrie, Kepala SMAN 95 Kalideres, kepada Tempo di kantornya, Rabu, 13 Agustus 2014.
Herman mengatakan dampak kekurangan buku itu sudah terasa sejak tahun ajaran baru dimulai pada Juli 2014. Para siswa pun untuk sementara waktu belajar tanpa menggunakan buku. Mereka cuma menerima materi dari guru. Meski begitu, Herman menjamin kegiatan belajar-mengajar tidak mengalami hambatan. Menurut dia, materi ajar yang diberikan guru sudah sejalan dengan rencana ajar kepada murid. Karena itu, ketiadaan buku itu masih bisa ditangani.
Dia mengatakan pihak sekolah juga sudah menerima sebagian buku paket dari pemerintah. Namun buku tersebut baru saja diterima, sehingga belum bisa diserahkan kepada murid. Soalnya, buku-buku itu masih harus diinventarisasi sebelum diserahkan.
Menurut dia, buku-buku itu ditargetkan bisa diserahkan kepada murid pada Senin, 18 Agustus 2014. Dia yakin kegiatan belajar-mengajar bakal lebih efektif dengan adanya buku tersebut. Baik siswa maupun orang tua siswa, kata Herman, tidak mempermasalahkan belum tibanya buku kurikulum baru itu. “Semua lancar dan masih bisa ditangani,” ujarnya.
Kepala SMA Negeri 78 Kemanggisan Sonny Djuhersoni juga mengatakan tidak terpengaruh oleh belum tibanya buku pelajaran. Soalnya, sekolah tersebut menggunakan sistem satuan kredit semester (SKS) dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
“Kalau yang pakai paket mungkin terganggu, tapi kami tidak, karena pakai SKS,” ujarnya. Sistem SKS, menurut dia, membuat guru bisa mengatur materi ajar yang diberikan kepada siswa. Apalagi pihak sekolah sudah menyiapkan silabus pengajaran yang dijadikan patokan oleh guru.
Meski begitu, dia juga mengakui keterlambatan itu mempengaruhi materi pelajaran. Namun pihak sekolah menyiasatinya dengan mengganti buku pelajaran. Guru-guru mata pelajaran pun dipersilakan memilih buku pengganti sementara agar kegiatan belajar-mengajar bisa tetap berjalan. Setelah buku tiba, dia mengatakan, yang akan dipakai tetap buku paket dari pemerintah tersebut. “Jadi, karena sistem SKS, keterlambatan itu bisa disiasati,” ujar Sonny.
Kamis, 14 Agustus 2014
Dimas Siregar