Renungan Hari Minggu Biasa XXII: “Kerendahan Hati”

Bacaan: Sir 3:17-20,28-29; Ibr 12:18-19, 22-24; Luk 14:1, 7-14.

 Yesus memperhatikan sikap para undangan dalam suatu pesta yang berusaha untuk menduduki tempat kehormatan. Dengan menempati tempat yang terhormat maka orang lain akan melihat bahwa mereka adalah orang terhormat. Memperhatikan situasi itu, Tuhan Yesus memberi pengajaran bahwa sikap yang mereka perlihatkan itu adalah sikap tinggi hati yang tidak patut ada pada pengikutNya.

Yesus berkata “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan  barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Tuhan Yesus bukan sedang membuat suatu aturan tentang hal kedudukan, mana tempat duduk yang pantas atau tidak, namun Yesus hendak mengajar suatu sikap yang semestinya dilakukan dan dihidupi oleh seorang pengikutNya, yaitu kerendahan hati. Betapa berbahagianya Orang yang rendah hati sebab Tuhanlah yang akan meninggikannya bukan manusia. Kehormatan, pujian, sanjungan dari manusia adalah sementara, tetapi kemuliaan yang kita terima dari Tuhan adalah kekal. Yang membuat kita terhormat bukanlah sanjungan dan pujian manusia tetapi firman yang tinggal dan bekerja dalam hidup kita.

Oleh sebab itu jangan pernah merasa layak mendapatkan suatu tempat kehormatan, atau memburu penghargaan demi gengsi, harga diri dan atau untuk menaikkan status sosial (ayat 8). Menggunakan gambaran lakon sebagai tamu, Tuhan Yesus mengingatkan itu semua bisa  mempermalukan diri kita sendiri, terlebih bila kita berhadapan dengan orang yang memang benar-benar pantas mendapatkannya. Jika memang layak untuk memperoleh penghargaan, kita pasti akan mendapatkannya (ayat 9&10).

Maka dalam hal ini, perlu ada sikap rendah hati. Rendah hati bukan karena kurang penghargaan terhadap diri sendiri, tetapi justru bagaimana menjadi murid atau pengikut-Nya yang tahu menempatkan diri.

Seseorang yang meninggikan diri dan hatinya dalam kehidupan ini akan dipermalukan di dalam Kerajaan Sorga yang akan datang. Tempat kehormatan kita di hadapan Allah jauh lebih penting daripada kehormatan kita di bumi. Kehormatan semacam itu tidak dapat diperoleh dengan menonjolkan diri, sebab hal itu hanya datang melalui kerendahan hati.

Begitu juga dalam kehidupan saat kita menjadi tuan rumah dalam suatu perjamuan. Menurut Tuhan Yesus yang perlu kita undang bukanlah hanya orang kaya dan terkenal atau kerabat kita sendiri. Mengundang mereka memang menyenangkan dan menguntungkan. Tetapi undanglah orang-orang yang tidak bisa membalas pemberian kita, mereka yang layak menerima belas kasih kita.

Kerendahan hati merupakan nilai terpuji dalam kebersamaan. Kerendahan hati adalah pintu masuk kepada kebahagiaan batin. Dari Kitab Amsal kita membaca: “Jangan berlaga di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: “Naiklah ke mari,” dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia.” (Ams 25:6-7). Sungguh kerendahan hati menjadi pribadi sungguh berharga. Kerendahan hati adalah sebuah kebajikan yang luhur. Kebajikan kerendahan hati yang benar bukanlah berarti menjelekkan diri sendiri atau membuat kita memiliki rasa rendah diri atau tak berguna dihadapan Allah dan manusia. Kerendahan hati justru membebaskan kita dari perasaan-perasaan seperti itu dan membuat kita semakin memahami diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Kerendahan hati bisa membantu kita untuk menilai diri kita secara tepat. Membantu pula untuk selalu mawas diri ketika berjumpa dengan siapa saja.

Kerendahan hati akan bermakna sejati kalau  kita belajar dari Yesus yang tidak memandang ke-Allahan-Nya sebagai milik yang dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp 2:7-8). Hidup Kristiani akan lebih bermakna bila kita memiliki hidup yang serupa dengan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Kerendahan hati-Nya mengubah seluruh hidup kita. Kerendahan hati membunuh setiap kesombongan diri kita. Yesus yang lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kami seperti hati-Mu. Amin. ***

 

 

 

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr: Sekretaris Komkat KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *