Renungan Hari Minggu Biasa  XVIII : “Kamu Harus Memberi Mereka Makan”  

Bacaan: Yes. 55:1-3; Rm. 8:35, 37-39; Mat. 14: 13-21

Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia,termasuk kita, banyak orang kehilangan mata pencaharian, kehilangan pekerjaan, dan tentu saja berdampak pada kesulitan untuk mendapat makanan atau kebutuhan pokok untuk hidup. Banyak orang menjadi miskin, dan lapar. Tidak ada yang bisa dimakan. Hidup sungguh dirasakan semakin sulit dan menyedihkan. Menghadapi situsi sulit seperti ini, kita patut bersyukur, karena muncul banyak orang yang peduli dan berbelarasa, bersolider dengan yang lapar dan miskin. Mulai dari mengumpulkan dan membagi sembako, membagi-bagi makanan, ada BLT (Bantuan Langsung Tunai),  dan berbagai bantuan lainnya. Setiap orang tergerak hatinya untuk saling membagi. Banyak orang berusaha membantu orang-orang yang susah itu dengan pengorbanan yang tidak terkirakan. Kita memang harus melakukan sesuatu yang mungkin untuk menolong orang-orang miskin dengan memberikan bantuan-bantuan materiil. Sayangnya persoalan kemiskinan, kelaparan, dan penyakit sulit untuk hanya bisa dengan usaha yang bersifat jasmani semata. Kita membutuhkan sesuatu yang melampaui usaha-usaha yang bersifat jasmaniah itu. Kita membutuhkan campur tangan dari Yang Ilahi. Kita membutuhkan doa.

Para murid dalam Injil hari ini, meminta kepada Yesus agar menyuruh orang banyak yang mengikuti Yesus itu  pulang ke rumah mereka masing-masing karena tempat itu tidak ada makanan. Para murid merasa tidak ada jalan keluar, bahkan merasa tidak mampu berbuat apa-apa, karna yang ada pada mereka cuma “lima roti dan dua ikan”. Tapi, Yesus minta kepada para murid agar memberi makan kepada orang banyak itu. “Kamu harus memberi mereka makan!”. Ini suatu perintah.

Dalam kebingungan dan ketak berdayaan itu, Yesus minta agar “lima roti dan dua ikan yang menurut para murid, “hanya”, artinya menunjukkan ketak berdayaan mereka itu, dibawa kepada Yesus. Di tangan Yesus, melalui doa syukur atas yang sedikit itu, Para murid diminta untuk membagikannya kepada orang banyak. Dan semua orang itu bisa makan sampai kenyang, bahkan mereka tidak sanggup menghabiskan semua yang ada sehingga masih tersisa dua belas bakul penuh.

Jelas, tanpa bantuan Yesus para murid tidak bisa memberi makan kepada orang banyak itu. Dengan bantuan Yesus mereka mampu.Mukjizat bisa terjadi.  Disinilah betapa pentingnya doa. Doa yang keluar dari hati yang jujur dan tulus ikhlas akan didengarkan oleh Tuhan. Memang benar, orang miskin dan lapar butuh makan, bukan doa. Tapi setelah kita memberi makan, masalah kemiskinan dan kelaparan tetap ada di mana-mana. Baiklah kalau disertai dengan doa. Mengapa doa, karena dengan doa kita boleh dimampukan menghayati nilai-nilai Injil untuk berbelarasa dan bersolider dengan orang lain, terlebih yang lapar dan miskin.

Pesan bagi kita adalah kita harus membagikan rezeki kita sedapat mungkin apa yang kita miliki walau hanya  sedikit itu, dan kita pun perlu memperjuangkan keadilan agar jurang antara yang kaya dan miskin tidak semakin dalam dan lebar. Solidaritas dan kepedulian terus dibangun dan diusahakan agar semua orang boleh makan sampai kenyang dan bukan “suruhlah mereka pulang ke rumahnya masing-masing”. Tapi “Kamu harus memberi mereka makan” kepada yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel di sekitar kita.

Kita bertanya diri: selama ini kita lebih banyak memberi atau menerima? Bersediakah kita melibatkan Tuhan untuk peduli, berbagi dan berbelaskasih kepada sesama yang berkekurangan? Semoga kita selalu punya hati untuk peduli, berbelaras dan solider. ****

 

Ditulis oleh Rm. Fransiskus  Emanuel Da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *