Telah berlangsung Sidang Evaluasi Tahunan dan Penyusunan Program Kerja Tahunan Keuskupan Weetebula, pada tanggal 28-30 Januari 2020, mengambil tempat di Aula pertemuan Paroki Katedral Keuskupan Weetebula. Pertemuan yang dihadiri oleh Mgr. Edmund. Woga, CSsR Uskup Weetebula, Vikjen Keuskupan Weetebula, Provinsial CSsR, Para Imam dari 28 Paroki, Ketua-ketua Komisi/Lembaga, Komunitas Biarawan/wati, Utusan anggota DPP serta utusan Ketua/Pengurus OMK Paroki se-Keuskupan Weetebula.
Mgr Edmund Woga CSsR, uskup Keuskupan Weetebula
Kegiatan ini diawali dengan hari studi tentang Katekese, yang didampingi oleh RD. Fransiskus Emanuel da Santo, Sekertaris Eksekutip Komkat KWI. Kepada sekitar 150 peserta yang hadir, Romo Festo menyampaikan alasan mengapa penting berbicara tentang Katekese. Beberapa alasannya adalah (1) Tugas utama Gereja ialah Mewartakan! “ …pergilah, jadikanlah segala bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20) Perintah Kristus ini menjadi dasar perutusan Gereja dalam karya katekese. (2) Tugas ini adalah “rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam” (EN 14). Gereja bertugas untuk “memajukan dan mematangkan pertobatan awal, mendidik orang yang bertobat dalam iman dan menggabungkannya dalam komunitas Kristiani” (PUK.61) Maka katekese menyangkut pembinaan iman anggota-anggota Gereja sampai mencapai kedewasaan rohani. (3) Katekese merupakan tanggungjawab seluruh Gereja. Dalam Gereja Partikular, Uskup adalah penanggung jawab utama karya katekese, karena “di antara tugas-tugas mendasar para Uskup, pelayanan Injil menduduki tempat utama” (LG 25). Pelaksanaan tugas ini dibantu para imam, kaum religius dan kaum awam yang terlibat dalam karya katekese. (4) Hari studi para Uskup KWI pada 2011 menyadari bahwa katekese di Indonesia berjumpa dengan pelbagai tantangan dan keprihatinan. Diantaranya bahwa para pastor sebagai penanggungjawab katekese tingkat paroki dirasakan kurang memberikan perhatian pada karya katekese. Sementara itu, tidak sedikit pula para petugas katekese yang tidak mempunyai kemampuan yang memadai dalam menjalankan katekese karena kurangnya pembinaan yang berkelanjutan, dan (5) Karena itu, kita (para imam) perlu membaharui kembali semangat untuk menghidupkan, menggerakkan, mengupayakan dan terlibat langsung dalam tugas dan tanggungjawab Gereja ini dalam bidang Katekese di Paroki dan di tengah umat kita.
Diingatkan juga bahwa Katekese di Indonesia adalah Katekese Umat. Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara amggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta yang saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan (Rumusan PKKI II, no 1).
Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Yang ditekankan di sini bukan saja antara pembimbing (fasilitator) dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antara peserta sendiri. Arah katekese sekarang menuntut agar para peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat.
Yang ditukar ialah penghayatan iman dan bukan pengetahuan tentang rumusan iman. Rumusan-rumusan iman menunjang penghayatan iman. Tukar penghayatan iman gagal dan menjengkelkan apabila para peserta tidak saling menanggapi, tidak saling menampung, tidak bersama-sama mendalami satu pokok. Pembicaraan tanpa kebersamaan dan kesinambungan, biar saleh sekalipun, tidak dicita-citakan oleh Katekese Umat.
Tukar menukar pengalaman iman itu tentu saja menyangkut suatu soal, suatu pokok, suatu tema, supaya tidak simpang siur. Tentu itu mau disoroti dalam terang Kitab Suci dan tradiri ajaran Gereja.Tema atau bahan Katekese Umat ibarat benang atau katalisator yang memberi arah dan pegangan pada kesaksian iman satu sama lain. Iman para peserta diteguhkan melalui tukar penghayatan iman tentang tema atau bahan. Bagaimana tema atau bahan itu (misalnya tentang persatuan) bergema dalam hidup konkrit para peserta masing-mnasing, itulah: Katekese Umat
Katekese Umat secara operasioanl pastoral dapat diartikan sebagai usaha kelompok untuk melihat, mendalami, dan menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, dan dengan demikian kelompok itu mendapat visi baru (metanoia) untuk mengambil keputusan dan bertindak. Katekese Umat sebagai salah satu usaha pembinaan iman umat diharapkan dijalankan secara teratur dan terencana.
Tujuan Katekese Umat.
Tujuan Katekese Umat dalam hubungan dengan peserta sendiri: Supaya dalam terang Injil umat semakin meresapi arti pengalaman-pengalamannya sehari-hari. Katekese Umat membantu untuk hidup dengan semakin sadar, semakin mendalam/utuh. Katekese Umat mendorong proses pemanusiaan Kristiani. Katekese Umat menempatkan pengalaman religious kembali ke dalam hidup konkret. Dengan demikian para peserta ditolong untuk menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatannya. Pengalaman manusiawi kita menjadi pengalaman iman. Kita menjadi semakin beriman.
Kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadarinya dalam kehidupan sehari-hari. Membuka diri (dengan segala konsekwensinya) bagi kehadiran Allah di tengah-tengah kita, itulah arti tobat menurut Kitab Suci. Dengan mengusahakan tobat, Katekese Umat menghilangkan jurang antara agama dengan hidup sehari-hari. Agama dihayati dalam hidup yang “profane”, dan hidup biasa menjadi medan perjumpaan dengan Allah. Melalui Katekese Umat, kaum beriman mengalami dan menyadari bahwa seluruh dunia kita ini termasuk segala pengalaman hidup kita ditebus oleh kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa.
Turut serta dalam gerak Trinitas itu menyatakan diri melalui tiga gejala besar, yaitu iman, harap dan cinta kasih. Agar para peserta semakin mengalami dan menyadari karunia Allah kepada kita, itulah tujuan seluruh pewartaan Gereja, termasuk pula tujuan Katekese Umat. Katekese Umat membuat kita semakin sempurna untuk beriman, berharap dan mengamalkan cintakasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita.
Selanjutnya, Tujuan Katekese Umat dalam hubungannya dengan Gereja. Katekese Umat semakin mempersatukan kita dalam Kristus, semakin menjemaat, semakin menjadi Gereja dan semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Katekese Umat membangun Gereja. Kita tidak diselamatkan sendiri-sendiri, kita dipanggil selaku anggota umat. Unsur kebersamaan ini diteguhkan oleh Katekese Umat, bukan saja karena para peserta mengalami kebersamaan ini secara langsung, melainkan juga karena pengalaman iman bersama mengutus para peserta untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata dan tindakan. Dengan melaksanakan tugas Gereja setempat, Gereja semesta hidup dan sekaligus mendorong untuk mewujudkan Gereja setempat. Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus melalui pengabdikan kepada manusia konkret, agar Kristus semakin berpengaruh dalam masyarakat dan masyarakat semakin menjadi Kerajaan Allah, itulah yang dicita-citakan Katekese Umat (Rumusan PKKI II no.6).
Selanjutnya, pada kesempatan itu, ditekankan juga pentingnya peran seorang fasilitator Katekese Umat dalam memproses sebuah katekese. Seorang Fasilitator perlu memiliki sejumlah kemampuan dan ketrampilan. Karena itu para fasilitator Katekese Umat perlu mendapat pendampingan dan pelatihan terus menerus agar ia trampil dalam berkomunikasi dan berrefleksi. Menjadi fasilitator Katekese Umat yang handal maka ia harus trampil bertanya, trampil mengevaluasi diri maupun proses, trampil menyusun dan memperlancar proses Katekese Umat.
Harapan Bapak Uskup
Fokus pastoral Keuskupan Weetebula tahun 2019 adalah peningkatan pengetahuan iman dan pemberdayaan ekonomi, maka berbagai kegiatan pastoral dan program untuk maksud tersebut terus mendapat perhatian dan menjadi gerak bersama. Sedangkan untuk tahun 2020, Orang Muda Katolik menjadi fokus dan gerak pastoral bersama. Dalam kerjasama dengan Komisi Kepemudaan Keuskupan Weetebula disusun bersama berbagai kegiatan untuk orang muda Katolik sepanjang tahun, baik di tingkat Paroki, dekenat, dan Keuskupan. Bahkan berpuncak pada Sumba Youth Day.
Di hari studi ini Bapak Uskup, Mgr. Edmund Woga CSsR menghimbau dan meminta peserta agar menghidupkan kembali kewajiban untuk berkatekese di dalam pewartaan kabar gembira. Merujuk Kanon 773-780 Bapak Uskup Edmund berbicara mengenai kewajiban seluruh umat Katolik untuk berkatekese. Sebagai contohnya sebagaimana pada kanon 776, dikatakan: “ Pastor paroki, demi jabatannya harus mengusahakan pembinaan katekis orang-orang dewasa, kaum remaja, dan anak-anak untuk tujuan itu hendaknya ia mempergunakan bantuan tenaga para klerikus yang memperbantukan kepada paroki, tenaga para anggota tarekat hidup bakti dan serikat hidup kerasulan, dengan memperhitungkan ciri masing-masing tarekat, serta tenaga orang-orang beriman kristiani awam, terutama para katekis; mereka itu semua hendaknya bersedia dengan senang hati memberikan bantuannya, kecuali jika sungguh terhalang; hendaknya pastor paroki mendorong dan memupuk tugas orangtua di bidang katekese keluarga..” dan dilanjutkan pada nomor kanon 778: “Hendaknya pemimpin-pemimpin religius dan serikat hidup kerasulan berusaha agar didalam Gereja mereka, di dalam sekolah dan karya-karya lain yang dengan salah satu cara dipercayakan kepada mereka, diberikan pengajaran kateketis dengan sungguh-sungguh”
Bapa Uskup juga mengharapkan adanya katekese untuk orang muda dengan tujuan untuk membangunkan kembali kesadaran semangat orang muda dihari orang muda. Berkatekse adalah tindakan yang pasti dan cocok di tengah mereka dan di tengah-tengah umat. ** (Rm.Festo,pr)