Katekese, Suatu “Momen” Esensial dalam Proses Evangelisasi
Anjuran Apostolik Catechesi Trandendae dengan tegas menempatkan katekese dalam misi Gereja dan mencatat bahwa evangelisasi merupakan suatu realitas yang kaya, kompleks, dan dinamis, yang mencakup “momen-momen” esensial namun berbeda. Ditambahkannya, “katekese adalah satu dari momen-momen ini, suatu momen yang penting, dalam seluruh proses evangelisasi. Maksudnya, ada kegiatan-kegiatan yang “menyiapkan” katekese dan kegiatan-kegiatan yang berasal darinya. “Momen” dari katekese adalah bahwa yang cocok dengan periode dalam mana pertobatan kepada Yesus Kristus terbentuk, dan memberikan suatu basis bagi kesetiaan pertama kepada-Nya. Orang-orang yang bertobat, melalui “suatu periode pembinaan, suatu praksis seluruh hidup Kristiani,” dimasukkan ke dalam misteri keselamatan dan gaya hidup injili. Artinya, memperkenalkan para pendengar pada kepenuhan hidup Kristen.
Dalam melaksanakan fungsi awal pelayanan sabda dengan pelbagai cara, katekese meletakkan dasar bagi pembangunan iman. Fungsi-fungsi lain dari pelayanan yang sama akan terus membangun, pada dasar yang sama, pada tingkat-tingkat yang berbeda.
Maka, katekese awal merupakan hubungan yang perlu antara kegiatan misioner yang menyerukan pertobatan dan kegiatan pastoral yang terus menerus memupuk komunitas Kristen. Oleh karena itu, katekese ini bukanlah suatu kegiatan pilihan, melainkan dasar dan utama untuk membangun kepribadian setiap murid dan juga bagi segenap komunitas. Tanpa itu, kegiatan misioner kekurangan kesinambungannya dan menjadi steril, sednagkan kegiatan pastoral kekurangan akar dan menjadi dangkal dan membingungkan: kemalangan apa pun dapat meruntuhkan seluruh bangunan.
Sesungguhnya, “pertumbuhan batin Gereja dan hubungannya dengan rencana Allah secara esensial bergantung pada katekese.” Dalam arti ini, katekese harus selalu dipandang sebagai suatu priorita dalam evangelisasi.
Katekese dalam Pelayanan Inisiasi Kristen
Iman, dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil, menuntut Permandian/pembaptisan. Hubungan yang erat antara duan kenyataan ini didasarkan pada kehendak Kristus sendiri, yang memerintahkan para murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan mereka. “misi untuk mempermandikan, tercakup dalam misi untuk mewartakan Kabar Gembira.”
Mereka yang sudah bertibat kepada Yesus Kristus dan yang telah dididik dalam iman melalui katekese, dengan menerima Sakramen-sakramen inisiasi Kristen (Permandian, Krisma, dan Ekaristi) dibebaskan dari kekuasaan-kekuasaan kegelapan melalui sakramen-sakramen inisiasi Kristen, setelah mati dan dikuburkan, dan bangkit bersama Kristus, menerima Roh pengangkatan menjadi anak-anak Allah dan bersama dengan seluruh umat Allah, merayakan kenangan akan wafat dan kebangkitan Tuhan.
Oleh karena itu katekese merupakan unsur fundamental inisiasi Kristen, dan erat hubungan dengan sakramen-sakramen inisiasi, khususnya permandian, “sakramen iman”. Garis yang menghubungkan katekese dan permandian adalah pengakuan iman yang benar, yang serentak menjadi unsur inheren dari sakramen ini dan tujuan katekese. Tujuan kegiatan katekese terletak dalam hal ini: memberi dorongan dan semangat bagi pengakuan iman yang hidup, eksplisit dan berbuah. Untuk mencapai hal ini, Gereja meneruskan kepada para ketekumen dan mereka yang menerima katekese, pengalamannya yang hidup tentang Injil, imannya, sehingga mereka menjadikan ini miliknya dan mengakuinya. Maka “katekese yang autentik adalah selalu suatu inisiasi yang teratur dan sistematis ke dalam wahyu yang telah diberikan Allah sendiri kepada umat manusia dalam Yesus Kristus, sebuah pewahyuan yang tersimpan dalam kedalaman kenangan Gereja dna dalam Kitab Suci dan terus menerus diberitakan dari satu angkatan kepada angkatan yang berikut melalui suatu tradisi yang hidup dan aktif.
Karakteristik Fundamental Katekese Awal
Karena menjadi “momen spesial” dalam proses evangelisasi, dalam melayani inisiasi Kristen, katekese memiliki beberapa sifat:
– Suatu pembinaan iman yang organis dan sistematis: sinode tahun1977 menggarisbawahi suatu kebutuhan akan “sebuah katekese yang konprehensif dan tertata baik, karena pada dasarnya katekese berbeda dengan bentuk-bentuk lain untuk menyajikan sabda Allah melalui pendalaman yang vital dan konprehensif tentang misteri Kristus.
– Pembinaan konprehensif ini lebih dari suatu instruksi saja: pembinaan ini adalah praksis seluruh hidup Kristen, suatu “inisiasi Kristen yang utuh”, yang memajukan hidup mengikuti jejak Kristus yang autentik, yang berpusat pada pribadi-Nya; katekese ini mencakup pendidikan tentang pengetahuan iman dan dalam hidup iman, dengan cara yang demikian, sehingga seluruh pribadi, pada tingkat yang terdalam, merasa diperkaya oleh sabda Allah; katekese ini menolong murid Kristus untuk mengubah manusia lama agar dapat menerima tanggung jawab dalam sakramen permandian dan mengakui iman dari dalam “hati”.
Singkatnya, katekese awal, yang konprehensif dan sistematis, tidak dapat direduksi hanya sambil lalu dan kadang. Karena merupakan pembinaan bagi hidup Kristen yang dicakupnya, katekese melampaui instruksi semata. Karena katekese itu esensial, ia melihat pada apa yang “umum” bagi orang Kristen, tanpa masuk ke dalam pertanyaan-pertanyaan diskusif atau mengubahnya menjadi satu bentuk penelitian teologis belaka. Akhirnya, karena bersifat awal, katekese menjadi bagian hidup komunitas, yang menghayati, merayakan, dan memberi kesaksian iman. Sekaligus katekese memenuhi fungsi awalnya, yakni mendidik dan mengajar. Kekayaan yang inheren dalam Katekumenat orang-orang dewasa yang belum dipermandikan harus menjadi inspirasi bagi bentuk-bentuk katekese lainnya. (Ignas Lede)
Disadur dari Conggregation For The Clergy, Buku Petunjuk Umum Katekese, diterjemahkan dari General directory for Catechesis oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta.
Gambar: http://www.catholicaustralia.com.au/images/Baptism_2.jpg