Bertempat di wisma KWI Menteng Jakarta Pusat, Komisi Kateketik KWI mengadakan rapat koordinasi untuk kegiatan karya katekese bagi Gereja Katolik Indonesia. Rapat yang berlangsung selama dua hari ini (11-12/ 2016) dihadiri oleh seluruh pengurus lengkap Komkat KWI dengan ketua Mgr Paskalis Bruno Syukur, Sekretaris Rm. Leo Sugiyono, MSC, ahli kateketik, Rm. FX. Adisusanto, SJ, ahli kemasyarakatan Bp. Didik Dwinarmiyadi serta wakil-wakil regio Komkat Keuskupan, wakil lembaga pendidikan kateketik dibawah kemendikti dan kemenag, serta wakil dari lembaga pendidikan calon imam (STFT). Pada kesempatan ini, hadir pula Mgr. John Liku Ada’, mantan Ketua Komkat KWI periode, 2010 – 2015 untuk sertijab Ketua Komkat KWI yang baru, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM.
Dalam pengarahannya, Mgr John Liku Ada’ mengingatkan kembali tentang rencana pelaksanaan PKKI XI di Makassar pada akhir bulan Agustus yang bertemakan keluarga. Menurut Mgr John, Uskup Agung Makassar yang kini sebagai anggota Presidium KWI dan delegatus Kitab Suci, bahwa ada tiga gerakan untuk keluarga masa kini yang perlu diperhatikan yaitu 1) gerakan ME (mariage encounter). Dalam gerakan ini perlu pendampingan bidang katekese atau yang berkaitan dengan pendalaman iman. Nampaknya masih sangat kurang pendampiangan katekese dalam gerakan ME itu. 2) Gerakan CFM (Catolic Family Ministry) = Gerakan pelayanan Katolik ‘say the luck family”. Asal muasal gerakan ini dari non Katolik. Gerakan ini sangat bagus untuk membangkitan iman keluarga Katolik. Memang masih ada ajaran non Gereja Katolik, maka kita mulai mengembangkan ajaran khas katolik . Gerakan CFM ini seperti dalam kelompok Priska (Pria sejati Katolik) , Wabika (Wanita Bijak Katolik). Pembinaan iman dalam keluarga tidak hanya fokus suami istri tetapi dari awal, terbentuk kelompok untuk anak-anak dan orang muda katolik. Hal yang bagus dari CFM adalah bahwa mereka membina anak-anak dan remaja dan setelah itu dianjurkan ke young man dan masuk kelompok patriot. Apabila sudah menikah wanita masuk ke wabika dan pria masuk ke priska. 3) Gerakan CU (credit union) berkaitan dengan pengembangan ekonomi dalam keluarga. Disini perlu fokus pada pembinaan keluarga.
Apabila hal-hal tersebut (gerakan-gerakan umat awam) muncul dari bawah maka sangat diharapkan Komkat KWI menjadi fasilitator/memfasilitasi pembinaan gerakan-gerakan ini, khususnya dalam bidang katekese, supaya dalam perkembangan selanjutnya mereka tidak menyimpang dari ajaran Gereja Katolik.
Bidang karya Komkat KWI lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong terlaksananya Komunitas Basis Gerejani (KBG) sesuai amanat SAGKI 2000. Pasca SAGKI 2000, KBG dikelola dalam sebuah lembaga pengembangan komunitas basis gerejani (LPKB) namun kemudian dijadikan sebagai salah satu desk di Komkat KWI, dan kemudian desk tersebut dihapuskan namun tetap menjadi tugas intergal Komkat KWI. Paus Benediktus VI pernah menegaskan bahwa masa depan Gereja Katolik ada di tangan gerakan-gerakan kaum awam yang bergerak di gereja.
Mgr. Paskalis, Ketua Komkat KWI yang baru, setelah mencermati masukan informasi dari semua peserta rapat menandaskan bahwa kita perlu melihat perkembangan-perkembangan yang terjadi saat ini, dan perlu bekerjasama dengan banyak orang atau lembaga lain, untuk pendampingan atau pendidikan iman umat. Nampaknya kita perlu memperhatikan, merancang kurikulum pendidikan iman atau katekese secara berjenjang. Mgr Paskalis juga menggarisbawahi tentang pentingnya gagasan berkatekese umat secara baru pada zaman yang terus berubah saat ini.
Rapat koordinasi ini pada akhirnya menghasilkan draft acara pertemuan nasional Komisi Kateketik ke 11 yang akan diadakan pada akhir bulan Agustus 2016 di Makassar dengan tema, Iman Keluarga = Fondasi Masyarakat yang terus berubah. Melalui sarana digital, Gereja Mengembangkan Pembinaan Iman Keluarga Dalam Masyarakat Majemuk
(Daniel B.Kotan)