“Jatuh Dari Jembatan”

pengakuan.jpg

Alkisah di sebuah daerah, di mana seperti umat katolik pada umumnya, mereka secara rutin menerima sakramen rekonsiliasi. Namun hal yang unik adalah mereka terbiasa menggunakan kode kode tertentu dalam pengakuan dosa mereka. Pastor tua yang melayani mereka sudah mengerti dengan baik kebiasaan tersebut, diantaranya adalah bila mereka terjatuh dalam perzinahan, maka mereka akan mengatakannya sebagai “jatuh dari jembatan”. Sebenarnya pastor tersebut sudah berkali kali mencoba untuk merubah kebisaan tersebut, tapi rupanya umat setempat cukup bebal sehingga pastor tua tersebut menyerah. Sampai pada saat pastor tua tersebut pensiun dan digantikan oleh seorang pastor baru yang tidak tahu menahu mengenai kebiasaan unik tersebut. Pastor baru ini pun berkarya disambut dengan baik oleh umat setempat. Sampai pada saat menjelang hari natal, dimana umat beramai ramai menerima akan datang ke gereja untuk menerima sakramen rekonsiliasi.
Dalam ruangan pengakuan, pastor tersebut kaget, karena banyaknya umat yang mengakukan dosa bahwa mereka “telah jatuh dari jembatan”. Bingung, kenapa umat setempat menganggap jatuh dari jembatan sebagai sebuah dosa? Bukankah dalam hal ini mereka lebih sebagai sebagai korban? Dan lebih dari pada itu, dia merasa khawatir pada keselamatan umatnya yang beramai ramai jatuh dari “jembatan”. Mengapa pemerintah setempat tidak berinisiatif untuk memperbaiki “jembatan” tersebut? Didorong oleh rasa khawatirnya, pastor tersebut pun segera menuju ke kantor walikota. Di sana ia mengenali walikota tersebut sebagai salah satu umat di gereja setempat. Pastor tersebut segera disambut oleh walikota dan para petugas di sana. Senang dengan sambutan tersebut, pastor muda itu segera menceritakan keresahannya akan banyaknya umat yang “jatuh dari jembatan”, dan meminta walikota untuk segera melakukan tindakan pencegahan dengan memperbaiki “jembatan” tersebut.
Namun walikota tersebut malah tertawa terbahak bahak. Tentu saja, karena ia mengerti apa yang sebenarnya dimaksud dengan “jatuh dari jembatan” itu. Begitu juga dengan para petugas setempat. Semakin pastor tersebut mencoba menjelaskan maksudnya, semakin mereka tertawa lebih kencang lagi. Sampai akhirnya pastor tersebut marah karena mereka tidak menghargainya sama sekali dan menganggap remeh masalah ini.
Sampai pada akhirnya pastor itu berkata kepada walikota tersebut, “Bapak jangan tertawa tertawa saja, saya serius, dan sudah banyak sekali korbannya. Kalau bapak mau tahu, kemarin istri bapak juga jatuh dari jembatan….”
Orang muda, orang baru… harus banyak belajar blusukan…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *