Hari Minggu II Adven: Sediakan Jalan Tuhan !

adven2.jpg

Bacaan I : Yes 40:1-5.9-11
Bacaan II : 2 Ptr 3:8-14
Bacaan Injil : Mrk 1:1-8

Suatu ceritera rakyat dari Nusa Tenggara mengisahkan bahwa dahulu kala jarak antara langit dan bumi masih dekat sekali. Pohon-pohon bambu yang tinggi di daerah itu menyentuh langit. Diceriterakan pula bahwa antara langit dan bumi, terdapat sebuah tangga, yang merupakan jalan di mana Tuhan Allah dapat turun ke dunia untuk bermain dengan anak-anak manusia dan manusia bisa naik ke langit untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan di langit. Tuhan Allah mengatakan kepada manusia supaya tangga yang merupakan jalan yang menghubungkan Allah dan manusia itu tidak boleh diganggu gugat dan dirusakan. Namun pada suatu waktu ada seorang anak manusia yang jahat menolak dan merusakkan tangga itu. Tangga itu jatuh ke tanah dan langit melenting tinggi seperti sekarang ini, sehingga terputuslah jalan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan……..

Ceritera rakyat ini sungguh kaya maknanya. Ceritera ini mau mengatakan bahwa pada awal mulanya hubungan atau relasi antara Tuhan dan manusia adalah baik. Hubungan yang baik itu dilukiskan dengan kedekatan antara langit dan bumi serta tangga yang menjadi jalan bagi Tuhan dan manusia untuk saling berjumpa itu. Tetapi oleh kejahatan manusia hubungan yang indah itu telah dirusakan. Apakah tangga yang merupakan jalan penghubung antara Allah dan manusia itu dapat dibangun kembali?? Dari iman kristiani kita dapat mengatakan bahwa tangga yang jatuh itu telah dibangun kembali oleh Yesus Kristus, ketika Ia turun ke dunia menjadi manusia seperti kita. Ia telah memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan yang telah putus itu. Namun hubungan ini setiap kali dapat diganggu gugat kembali oleh manusia.

***

Kalau ceritera rakyat Nusra di atas mengungkapkan hubungan kita dengan Tuhan dengan simbol tangga, maka dalam budaya Yahudi semasa nabi Yesaya hubungan ini dilukiskan dengan simbol jalan.
Dalam Yes 40:3-4 tertulis :

“Persiapkanlah di padang gurun
jalan untuk Tuhan,
luruskanlah di padang belantara
jalan raya bagi Allah kita!
Setiap lembah harus di tutup
dan setiap gunung dan bukit hendaknya
diratakan.

Menurut penginjil Markus, Yohanes Pembaptis mengulangi seruan nabi Yesaya itu untuk menyongsong kedatangan Yesus Kristus, sang Mesias!!
Sekarang menyongsong pesta Natal, dalam masa Adven ini, gereja mengulangi seruan nabi Yesaya dan Yohanes Pembaptis itu! Umat hendaknya bergegas menyiapkan jalan bagi Tuhan!
Dalam Injil hari Minggu Adventus II ini kita diperingatkan untuk memperhatikan dan mempersiapkan jalan yang bukan menghubungi manusia dengan manusia atau manusia dengan suatu tempat, tetapi suatu jalan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Peringatan itu datangnya dari seorang nabi, Yohanes Pemandi, bentara Tuhan. Ia berseru: “Sediakan jalan Tuhan, yang lekak-lekuk hendaknya diratakan, yang bengkok hendaknya diluruskan”.
Memang supaya Tuhan bisa datang, suatu jalan harus disiapkan. Arti dari kedatangan Tuhan pada hari Natal sangat tergantung dari jalan ini. Ia berada dalam hati kita, dalam keluarga kita, dalam bangsa kita. Jalan yang lekak-lekuk oleh permusuhan, kebencian, kemesuman, kesombongan dan sebagainya harus diratakan dan dibereskan. Jalan yang tidak lurus oleh penipuan, korupsi, pemerasan, penindasan dan ketidakadilan harus diluruskan.
Yohanes Pembaptis ditempatkan pada awal sejarah kehidupan Yesus. Sebagai nabi ia menunjukkan akhir suatu masa, namun sekaligus juga awal saat baru. Maka pewartaannya bercirikan pertobatan, suatu sikap dasar untuk membuka sejarah baru.
Tugas Yohanes Pemandi adalah mewartakan pembaruan. Kesadaran akan tugas seperti itulah yang mestinya juga dimiliki oleh orang kristen yang mau menyongsong Yesus Kristus. Berani mengambil arah (tobat) dan mempersiapkan suasana yang layak untuk mengembangkan sikap dasar itu, merupakan persiapan yang pantas untuk menyongsong Kristus.
Peranan Yohanes Pemandi ditekankan sebagai petunjuk jalan ke arah Mesias. Yohanes Pembaptis menunjukkan jalan secara dinamis, bukan seperti papan penunjuk jalan yang tinggal di tempat melainkan ia ikut dalam perjalanan itu. Dengan demikian, Ia bukan sekedar petunjuk pada waktu lampau, ia pun menjadi penunjuk jalan bagi kita sekarang tentang bagaimana Kristus harus dituju.
Yohanes Pembaptis yang mengingatkan kita, agar kita meluruskan jalan-jalan hidup kita, agar kita sadar kembali akan martabat kita sebagai anak Allah dan akan kewajiban kita sebagai orang kristen.
Pada pesta Natal kita ingin menyambut Yesus, Putera Allah yang datang menjadi saudara kita. Yohanes Pembaptis mengajak kita, agar kita menyiapkan diri, baik secara pribadi maupun secara bersama dalam keluarga, dalam lingkungan dan dalam paroki. Apa yang ingin kita buat dalam hari-hari yang akan datang untuk memperlihatkan kepada Yesus bahwa kita mencintai Dia, bahwa kita menghargai korban-Nya dan kerelaan-Nya untuk datang, tinggal diantara kita dan merintis jalan ke surga bagi kita? Apa yang mau kita buat di rumah, di tempat kerja, di sekolah, di desa atau lingkungan agar kita semua siap dengan lebih baik untuk menyambut Yesus pada pesta Natal?

Tuhan akan datang! Dan Ia selalu akan menempuh jalan yang lurus!

Rm. Yosef Lalu, Pr;
Dalam buku Homili Tahun B, terbitan Komkat KWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *