Renungan Hari Minggu Biasa XXIX: “Menjadi Pelayan”

Bacaan: Yes. 53:10-11; Ibr. 4:14-16; Mrk. 10:42-45.

Anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes dalam Injil hari ini coba mendekati Yesus dan memohon agar kelak dalam kemuliaan Yesus mereka mendapat tempat khusus yakni di sebelah kanan dan kiri Yesus. Itu berarti mendapat tempat kehormatan, biarpun harus meminum cawan penderitaan dan baptisan yang diterima Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka bahwa hal itu justru diberikan kepada orang-orang yang telah disediakan.

Jalan pikiran kedua murid itu sangat berbeda dengan harapan Yesus. Kebesaran dan kemuliaan itu bukan terletak pada kuasa yang dimiliki, tetapi terutama pada pemberian diri sepenuhnya dalam pelayanan. Menjadi pelayan dan hamba untuk semua. Tujuan Yesus datang ke dunia bukan untuk menjadi raja seperti yang dipikirkan oleh para pengikut-Nya. Yang dipikirkan para murid-Nya adalah kemuliaan sebagai orang yang berkuasa tanpa harus menderita sebagaimana yang dialami Yesus sendiri. Yesus ingatkan, “Siapa saja ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa  saja ingin menjadi  yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”. Menjadi pelayan dan hamba adalah jalan kebesaran dan kemuliaan sebagai pengikut Yesus.

Ingin berkuasa, menjadi terkemuka, menjadi boss dan mencari kemuliaan dan kehebatan sering melanda kita sebagai pengikut-Nya. Apalagi harus menderita, menjadi pelayan dan hamba, sering diluar perhitungan kita. Seperti Yakobus dan Yohanes kita datang dan memohon kepada Yesus agar kelak dalam kemuliaan-Nya, kita duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus. Kita merasa sangat luar biasa hebat kalau demikian. Namun Yesus tetap menantang kita bahwa hal duduk di sebelah kiri atau kanan dalam kemulian-Nya itu adalah hak Bapa yang akan diberikan kepada siapa baginya disiapkan. Kita harus menjawab dengan jujur, “Dapatkah kamu  meminum cawan yang harus Kuminum”? yakni menderita seperti yang dialami Yesus. Maka ketulusan dan kesetiaan kita dalam menjadi pelayan dan hamba, membawa kita untuk memperoleh kemuliaan bersama-Nya.. Ketulusan dan kesetiaan dalam keluarga, dalam menjalankan tugas sebagai apa saja, memberi diri bagi kepentingan banyak orang, tidak menuntut penghargaan dan penghormatan dalam melayani. Kita menjadi pelayan yang setia dan hamba yang rendah hati, maka kemuliaan dalam dan bersama Tuhan  dapat  menjadi bagian kita.**

 

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *