Renungan Hari Minggu Biasa XVII:  “Dalam Yesus Selalu Ada Kelimpahan”

Bacaan: 2Raj. 4: 42-44; Ef. 4:1-6; Yoh.6: 1-15.

“Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan, tetapi apakah artinya untuk orang sebanyak ini?”. Demikian ungkapan ketidak berdayaan Andreas, ketika Yesus minta mereka untuk memberi makan kepada orang banyak yang mengikuti Yesus, sebagaimana kita dengar dalam Injil hari ini. Bekal seorang anak lima roti dan dua ikan itu ternyata menjadi modal dasar terjadinya sebuah mukjizat yang sungguh luar biasa. Ungkapan ketak berdayaan dan ketidakmampuan Andreas adalah jalan Tuhan menjawab kesulitan yang sedang dihadapi para murid Yesus. Apakah artinya untuk orang sebanyak itu. Sesuatu yang mustahil, tidak mungkin. Namun bukan demikian bagi Yesus. Membawa kepada Yesus yang dianggap tak berarti dan sedikit itu akan menjadi berkat.

Menarik bahwa bekal dari seorang anak itu menjadi sarana berkat bagi banyak orang. Sang anak merelakan bekalnya untuk dibagikan kepada orang banyak melalui Yesus. Kerelaan memberi dari si anak itu menjadi hal yang sangat penting. Suatu perbuatan yang indah. Ia membahagiakan orang yang diberi, tetapi juga orang yang memberi. Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya untuk selalu rela memberi, karena kerelaan memberi dan membagi dari apa yang dimiliki merupakan hal yang pokok dalam Kerajaan Allah. Tidak harus besar atau banyak, tetapi justru kerelaan hati dari yang sedikit itu menjadi penting dan berharga.

Saling memberi dan membagi dapat kita alami dan rasakan ketika masa pandemi covid-19 melanda dunia dan kita. Kita jumpai banyak orang dengan sukacita membagi dan memberi apa yang mereka miliki. Bukan banyaknya, tetapi keterbukaan hati dan kerela-sediaan itu menjadi sangat berharga. Banyak sesama kita yang kehilangan pekerjaan sebagai sumber hidupnya, banyak yang lapar dan tidak memiliki apapun; tetapi ketika ada sesama yang rela dan dengan senang hati membagi dari yang sedikit itu, menjadi berkat yang luar biasa. Memberi dengan ikhlas akan menciptakan keadilan dan kesejahteraan. Pemberian dengan rasa syukur diberkati.

Sebelum dibagikan kepada orang banyak itu, Yesus terlebih dahulu menengadah ke langit dan mengucap syukur. Yesus bersyukur karena ada orang, bahkan seorang anak kecil yang merelakan miliknya yang sedikit dibagi kepada orang lain. Yesus juga bersyukur karena Allah Pencipta  senantiasa memberikan rejeki kepada umat manausia melalui kemurahan hati sesama manusia. Dan memberi  menunjukkan hakekat Allah. Yesus sendiri membuktikan, bahwa Ia sendiri memberi diri-Nya, Tubuh dan Darah-Nya menjadi santapan jiwa kita. Suatu pemberian yang sangat istimewa bukan untuk mengenyangkan rasa lapar sesaat, tetapi menjadi kekuatan dan menjadi sumber serta daya hidup ilahi dalam diri setiap orang yang menyambut dan menyantap-Nya. Maka marilah kita belajar untuk memberi dari diri kita, pemberian dari hati yang ikhlas selalu mendatangkan berkat berlimpah. Kita terus memberi diri, hati dan hidup kita bagi Allah dan bagi sesama, maka akan selalu mengalami kelimpahan. Dalam Yesus selalu ada kelimpahan dan berkat.****

 

Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *