Komisi Kateketik KWI, bekerja sama dengan Bimas Katolik, Kementerian Agama RI dan penerbit PT Kanisius, Yogyakarta mengadakan peluncuran dan bedah buku “Menjadi Saksi Keselamatan; Pendidikan Agama Katolik Untuk Perguruan Tinggi” secara virtual pada tanggal 11 Juni 2021. Hadir sebagai key note speaker, Mgr Paulinus Yan Olla, MSF selaku Ketua komisi Kateketik KWI, bp. Yohanes Bayu Samodro, M.Pd selaku Dirjen Bimas Katolik. Rm. Dr. Manfred Habur, dari Universitas Katolik St.Paulus Ruteng, Flores selaku wakil penulis buku, dan Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ sebagai pengkritik buku dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peserta yang hadir secara online sekitar 100 orang dosen dan pemerhati pendidikan Katolik serta anggota dewan pengurus Komkat KWI. Mereka yang tidak dapat bergabung di room zoom meeting, mengikutinya melalui saluran youtube yang disiapkan PT Kanisius selaku penyelenggara kegiatan.
Dalam sambutannya, Mgr Paul Yan Olla, MSF mengucapkan apresiasinya kepada sekretariat Komkat KWI yang mengkoordinir penulisan buku Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi. Buku yang kini hadir di tangan pembaca telah digagas sejak tahun 2000, bahkan tahun sebelumnya melalui rangkaian seminar yang melibatkan Komisi Kateketik KWI dan Dirjen Bimas Katolik, Kementerian Agama. Melalui berbagai diskusi disepakati silabus untuk memenuhi standar pengajaran agama di Perguruan Tinggi. Silabus itu pada tahun 2017, masih disesuaikan dengan revisi Kurikulum Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum (PAKAT-PTU). Selanjutnya diadakan pembentukan Tim Penulis yang juga mengalami dinamika dua kali Pembentukan Tim dalam proses penulisan buku. Buku ini akhirnya diselesaikan pada bulan Juli 2020, dengan menampung hasil evaluasi para dosen dari PAKAT-PTU.
Mgr Paulinus yang adalah uskup Tanjung Selor ini menegaskan bahwa kendati buku telah disusun berdasarkan standar yang memperhatikan Kurikulum Pemerintah, namun sepatutnya menjadi perhatian dalam Pendidikan Agama Katolik adalah pertumbuhan iman melalui pengalaman akan Allah baik secara pribadi, maupun secara komunal (dalam Gereja) yang diwujudkan dalam relasi dengan orang beriman lainnya (baca: dialog) maupun kehadiran dalam masyarakat pada umumnya (dimensi sosial iman).
Kita menyadari bahwa waktu yang dialokasikan untuk mendalami aspek-aspek di atas sangat terbatas, namun dalam keterbatasan itu PAKAT-PTU bukan sekedar tambahan dalam kurikulum. Hal itu perlu dimaknai sebagai kesempatan untuk menanggapi keprihatinan akan mutu pendidikan iman orang Katolik yang ditengarai tidak mengalami peningkatan, karena sangat minim dan cenderung stagnan. Teolog Amerika Richard G. Malloy, menunjuk adanya pengalaman akan fenomen “Catholic illiteracy,” yakni semacam “buta aksara Katolik”. Maksudnya, orang Katolik yang diamatinya seringkali berpendidikan tinggi dengan gelar doktor dan gelar akademis yang tinggi di bidang profesinya masing-masing, tetapi di bidang agamanya mereka tidak mempunyai pengetahuan dasar yang memadai tentang agama Katolik. Tingkat pemahaman akan kekatolikan kebanyakan orang hanya setingkat anak SD dan SMP.
Kita tidak ingin menghakimi atau menuduh adanya kualitas iman yang rendah di Indonesia, demikian Mgr Paulinus, tetapi belajar dari pengalaman di Gereja Katolik Amerika, seperti diungkapkan di atas, Pendidikan Agama di negeri kita patut diperhatikan. Pendidikan Agama tidak sekedar untuk memenuhi formalitas dan tuntutan konstitusional atau melayani “pesanan” negara. Kita sepatutnya bersinergi dengan pemerintah dalam pendidikan untuk menyumbang bagi pembangunan bangsa ini tetapi berlandaskan pengalaman dan pemahaman iman yang mendalam akan apa yang kita percayai sebagai orang Katolik. Maka buku ini untuk membantu agar hal-hal mendasar tentang iman Katolik dapat dijamin dalam pendidikan dan sekaligus menjadi buku pegangan bersama. Dengan demikian bahan pendidikan agama tidak diserahkan pada selera atau keputusan pribadi pengajar di masing-masing universitas.
Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samodro dalam sambutannya mengatakan kita bersyukur kepada Tuhan atas berkat-Nya, sehingga penyediaan buku pegangan dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Katolik Untuk Perguruan Tinggi Umum (PAK PTU) dengan judul “Menjadi Saksi Keselamatan” telah terwujud. Saya menyambut kehadiran buku PAK di PTU ini dengan gembira sebagai bentuk dukungan kepada kelangsungan Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum.
Buku ini merupakan hasil kerja sama para dosen pengampu matakuliah Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum seluruh Indonesia dengan Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bersama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia. Setidaknya tiga tahun berturut-turut pertemuan dengan para dosen pengampu mata kuliah Pendidikkan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum; yang diawali dengan reviu atas Kurikulum PAK PTU di Jakarta. Selanjutnya pertemuan reguler dengan dosen PAK PTU yang dibagi menjadi empat regio: Palembang, Banjarmasin, Makassar dan Kupang. Total jumlah dosen PAK di PTU 200 orang.
Buku ini menjadi penting kehadirannya sebagai “wadah” penyatuan pemahaman mengenai bagaimana menyiapkan mahasiswa beragama Katolik yang sedang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi umum dengan tetap memperkuat pemahaman agama Katolik-nya dengan baik dan bermutu di tengah zaman yang semakin maju. Sekaligus menjadi “ruang dinamis dan kreatif” untuk bagaimana merawat persaudaraan umat seagama, memelihara persaudaraan sebangsa dan setanah air dan mengembangkan persaudaraan kemanusiaan. Dalam diskusi-diskusi para dosen PAK PTU, berbagai isu dan tantangan yang dihadapi dicurahkan untuk memperoleh masukan yang berfungsi memoderasi cara beragama mahasiswa Katolik di tengah masyarakat majemuk. Mahasiswa merupakan salah satu sasaran layanan Bimbingan Masyarakat Katolik.
Namun perlu dikemukakan bahwa Buku PAK PTU ini juga tidak tanpa kekurangan. Salah satu kekurangan yang dimaksud adalah tidak semuanya hal yang bersifat “lokal” dibahas dalam buku ini. Karena hal itu dapat menjadi domain dosen bersama mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang bersangkutan. Maka metodologi yang hendak digunakan dalam melaksanakan buku PAK di PTU ini tidak bersifat kaku. Dalam artian ini maka kearifan lokal menjadi salah satu sumber kekuatan untuk bagaimana moderasi beragama bekerja atau operasional. Berbagai atribut disematkan kepada mahasiswa, yaitu intelektual muda penuh energi, calon pemimpin masa depan, agen perubahan yang andal, menjadi sasaran peningkatan kualitas proses pembelajaran di PTU. Mahasiswalah yang menjadi inti dari bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dosen dan mahasiswa diharapkan kerja sama yang sejuk untuk menghasilkan proses pembelajaran yang akomodatif. Dosen tetap diharapkan menjadi fasilitator yang mampu mendinamisir kelangsungan proses pembelajaran PAK di PTU.
Akhirnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang dengan penuh dedikasi menghasilkan Buku PAK di PTU ini. Terima kasih kepada para dosen yang telah bekerja keras untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan guna meningkatkan mutu PAK di PTU. Terima kasih kepada para mahasiswa yang dengan caranya sendiri-sendiri telah menjadi sumber inspirasi bagaimana mengelola kelas dengan isu-isu sosial dinamis yang mendukung terwujudnya mahasiswa Katolik yang memiliki iman dan takwa yang kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan belajarnya. Terima kasih kepada Sekretaris Eksekutif Komisi Kateketik KWI atas bantuan dan pendampingan kepada para dosen PAK di PTU, mewakili Gereja Katolik menjadi kekuatan dalam bagaimana mengelaborasi isi atau tema-tema kontekstual dalam buku PAK di PTU ini. Terima kasih kepada Penerbit Kanisius atas penerbitan Buku ini. emoga Buku PAK ini bermanfaat meningkatkan kualitas pemahaman pengamalan ajaran dan nilai-nilai Agama Katolik bagi mahasiswa katolik yang sedang belajar di Perguruan Tinggi Umum, demikian harapan Dirjen Bimas Katolik.
Rm. Dr. Manfred Habur, mewakili para penulis menyampaikan kilas balik proses penulisan buku kuliah Pendidikan Agama Katolik, sejak tahun 2000 yang diawali dengan lokakarya nasional dengan peserta perwakilan para dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Lokakarya yang diselenggarakan dalam kerja sama Komkat KWI dan Ditjen Bimas katolik kala itu menghasilkan draft visi dan misi Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Selanjutnya ada tim kecil yang dibentuk Komkat KWI mewujudkan visi dan misi tersebut dalam silabus yang diterbitkan Komkat KWI pada tahun 2005. Silabus inilah yang digunakan banyak dosen untuk kuliah agama Katolik di Perguruan Tinggi. Pada tahun 2017 s.d. 2019, Ditjen Bimas Katolik bekerja sama dengan Komkat KWI mengadakan workshop di beberapa propinsi secara regional untuk mereview silabus yang harus direvisi mengikuti regulasi Standar Nasional Pendidikan.
Pastor Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selalu pengkritik buku memberikan catatan tentang buku ini diawali dengan penjelaan tentang proses pendidikan dalam konteks mahasiswa zaman now yang digolongkan dalam mhasiswa generasi Z yang memiliki ciri-ciri; melekat dengan Gadget- IT- non linear, Kebebasan, kritis, ekspresi spontan, Komunikasi luas, toleran, Ingin diakui dan Cepat bosan.
Berkaitan dengan Konteks Bangsa dan Gereja Inonesia, mahasiswa mengalami beberapa tantangan yaitu berhadapan dengan kelompok ekstrem, tantangan NKRI, Pancasila, kesatuan; Kita minoritas dalam jumlah; Diperlukan iman yang lebih kuat dan mendalam dan diperlukan lebih bersatu, berkelompok, saling menguatkan. Karena itu Kebutuhan Gereja kedepan adalah memerlukan tokoh-tokoh muda yang kuat imannya, Lewat kuliah agama, mereka perlu dilatih, dibantu untuk semakin bersatu, semakin membentuk gereja mini; Ini lebih terbentuk dalam perjumpaan, dalam bentuk rekoleksi, kegitan ekstrakurikuler daripada kuliah di kelas.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah adanya pandemi covid-19 yang menuntut Kulliah daring, Zoom, google classroom. Namun tidak semua mahasiwa antusias, seihingga timbul pertanyaan apakah kegiatan belajar lebih menekankan pengetahuan, apakah perlu Blended Learning? Proyek Bersama? Perlu membuat Video, IT, dll.
Peran Dosen adalah menjadi Fasilitator, Membantu mahasiswa aktif, Membantu refleksi, membangun relasi dialogis dengan mahasiswa dan menjadi saksi keselamatan juga (kesaksian). Bahan atau sumber belajar yang dibutuhkan antara lain Buku Ajar ini: Menjadi Saksi Keselamatan, dan sumber-sumber lain serta pengalaman hidup dan beriman.
Beberapa catatan umum tentang buku ini oleh Pater Paulus Suparno dari segi isi buku sebagai bahan kuliah adalah cukup lengkap. Tema pokok iman katolik dibahas: manusia, Yesus, Trinitas, gereja, Tradisi dan Maria, kemasyarakatan, hubungan antar agama, IPTEK, Moral. Bentuk naskahnya: uraian. Uraian atau penjelasan yang relatif singkat dan mudah, membantu mahasiswa dapat mendalami sendiri di rumah. Hal ini sesuai dengan tingkat mahasiswa, yang perlu pengertian lebih dalam tentang imannya. Dari segi urutan: tidak linear, malah menunjukkan karakter anak jaman yang bisa belajar dari manapun. Pertanyaan pendalaman: pada akhir penjelasan bagus lengkap. Dari segi referensi: lengkap dapat menambah referensi bagi mahasiswa yang minat mendalami sendiri (pustaka & internet).
Catatan khusus untuk buku ini adalah dari segi Judul buku Menjadi Saksi Keselamatan. Banyak tekanan pada pengetahuan bagi mahasiwa tentang iman kristiani; Kompetensi Dasar adalah memahami. Perlu lebih banyak ditekankan dalam pembelajaran, pengalaman mahasiswa tentang imannya, tentang Yesus dll. Untuk menjadi saksi keselamatan, kiranya sangat penting tekanan pada pengalaman pribadi yang sungguh mendalam, ditambah pengetahuan karena sebagai mahasiswa harus mendalam pengetahuannya.Namun pengalaman, menjadikan iman lebih terasakan-kuat. Sudah ada refleki tentang pengalaman, namun perlu ditambahkan.
Dari sisi isi sudah sangat banyak bahan. Menurut Pater Paul kalau hanya 15 pertemuan, bahan yang 10 ini pun tidak akan selesai. Pengalaman saya mengajar di USD, ternyata membahas satu topik kadang butuh 2 pertemuan, agar lebih mendalam . Misalnya bahan Yesus, tugas gereja, Maria, iman dan masyarakat, banyak dan tdk akan cukup diterangkan dalam 2 jp. Maka mahasiswa perlu dibantu menyiapkan dari rumah atau kita tidak perlu berambisi menyelesaikan bahan, tetapi kemandalamannya.
Dari segi Metode Pembelajaran; Sudah banyak dijelaskan berbagai metode dalam kuliah yang baik dalam buku ini (hal 36-40). Pertanyaanya adalah dalam prakteknya nanti perlu memang dilakukan, yaitu metode yang mengaktifkan mahasiswa. Perlu diperbanyak lagi refleksi, dan pengalaman hidup.
Dari segi pembelajaran orang dewasa (Andragogi), Pater Paul menekankan agar mahasiswa aktif, mengkonstruksi pengetahuannya, mahasiswa atif mengembangkan imannya. Mereka lebih dikuatkan dalam studi bersama, saling diskusi, saling melengkapi dan mengkritisi, menggunakan model proyek bersama yang sangat disukai dan akhirnya soal agama, itu menyangkut pengetahuan dan keyakinan: perlu pikiran dan hati!
Kuliah Pendidikan Agama Katolik pun dapat berkontribusi untuk pembentukan tokoh jemaat/penguatan kelompok. Melihat tantangan hidup beriman kristiani di Indonesia saat ini banyak, maka diperlukan semangat saling menguatkan di antara mahasiswa; maka perlu kaderisasi kelompok beriman, di sini mereka dapat saling menguatkan menghadapi tantangan. Hal ini sangat terbantu lewat acara ekstrakurikuler, semacam rekoleksi, weekend di i luar kelas sehingga mereka (mahasiswa) lebih akrab, lebih efisien dan dapat dengan pelatihan macam-macam bahkan dapat membangun perjodohan katolik.
Berkaitan dengan hubungan antar agama, dalam kegiatan belajar perlu proyek bersama, bukan hanya pengetahuan, hidup live in ditengah kelompok lain. Hal ini akan lebih memberikan keyakinan mendalam bagaimana membangun kerjasama dengan kelompok lain.
Kekuatan buku ini, demikian Pater Paul yang juga mantan rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini adalah bahwa isi dan uraian tentang iman kristiani pokok lengkap; Uraian sederhana, memudahkan mahasiswa mendalami sendiri; Dosen dapat menggunakan sebagi cuan umum; Model pembelajaran dapat dikembangkan sendiri sesuai situasi dan konteks mahasiswa; Referensi lengkap dapat digunakan oleh mahasiswa yang berminat mendalami; Bagi orang non kristiani, dapat menjadi perkenalan pengetahuan dasar iman kristiani yang relatif utuh dan mudah.
Mengakhiri bedah buku ini, Pater Paul menyampaikan puji Syukur bahwa buku ini selesai dengan baik! Profisiat untuk para penulisnya, yang sudah kerja keras dan menghasilkan buku ajar pendidikan agama katolik untuk Perguruan Tinggi. (Daniel Boli Kotan)