Komisi Kateketik KWI menyelenggarakan Pertemuan Nasional Katekis ke IV di The Sun Hotel Island, Denpasar Bali dengan tema, “Kegembiraan dan Pembaruan Semangat Misioner Katekis menyambut 100 Thaun Ensiklik Maximum Illud”. Kegiatan Pernas empat tahunan ini dibuka dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh yang mulia Bapak Uskup Denpasar, Mgr Silvester San, Pr didampingi Mgr Paulinus Olla, MSF, Ketua Komkat KWI, dan sebagai uskup keuskupan Tanjung Selor. Kegiatan yang berlangsung mulai dari tanggal 26 s.d. 30 Agustus ini dihadiri 80 katekis dari seluruh 37 keuskupan di Indonesia.
Dalam homilinya, Mgr Silvester San, mengajak para katekis untuk sungguh-sungguh menghayati, dan melaksanakan apa yang para katekis ajarkan kepada para murid atau kepada umat tentang ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja yang mereka ajarkan di sekolah atau di paroki. Kesaksian hidup, dalam bentuk perkataan dan perbuatan jauh lebih penting dari pada kata-kata. Rasul Paulus, demikian Mgr San, pasca pertobtannya tidak hanya mengajar dari satu tempat ke tempat lain, namun melaksanakan apa yang ia ajarkan itu, seperti yang ia sampaikan dalam suratnya kepada umat di Tesalonika yang kita dengarkan hari ini. Dalam Injil, kita mendengar tentang bagaimana Yesus menegur orang Farisi dan Saduki serta para imam besar Yahudi karena kemunafiaknnya. Teguran Yesus ini juga untuk kita semua, pimpinan Gereja/umat dan juga para katekis yang juga sebagai pemimpin umat. Nah disini kita ditantang untuk melaksanakan warta gembira yang kita ajarkan dalam hidup kita. Keberhasilan tidak diukur oleh kehebatan kita berpidato tetapi bagaimana kita melaksanakan dalam hidup kita.
Ketua Komkat KWI, Mgr Paulinus Ollah, MSF pada acara pembukaan, mengucapkan terima kasih kepada Mgr Silvester San, sebagai uskup tuan rumah yang telah menerima para katekis dengan penuh gembira dan sukacita dan berkenan mempimpin perayaan ekaristi pembukaan. Mgr Paulinus yang juga uskup keuskupan Tanjung Selor ini mengucapkan terima kasih kepada panitia pelaksana dan semua yang terlibat dalam mempersiapkan pertemuan nasional ini. Terima kasih untuk semua narasumber yang akan membagikan pengalaman dan keahlian mereka untuk kita semua.
Pada tgl 25-28 Feb, di samadi Jakarta telah didakan hari studi kateketik antara lain melihat tentang tantangan katekese pada jaman ini, Pada waktu itu, para pengurus membahas persiapan pertemuan nasional katekis yang sekarang kita laksanakan di Bali saat ini.Mengikuti arah pastoral gereja universal..Kita memilih tema : Kegembiraan dan pembaruan semangat misioner katekis, menyambut 100 tahun masimum illud yang dikeluarkan oleh Paus Benediktus XV. Pilihan tema ini, demikian Mgr Paulinus, sangat relevan, karena pada bulan agustus 2019 ini, KKM KWI telah mengadakan kongres missi di Jakarta untuk menyambut surat apostolik yang sama. Dengan demikian pemikirn-pemikiran ini, kita berharap dengan bantuan para narasumber, para katekis nantinya dapat kembali ke keuskupan masing-masing dengan hati yang gembira dan semangat misioner yang berkobr-kobar. Jika dua hal itu tidak terjadi, kami berharap, bahwa minimal diketahui apa itu maximum illud yang gencar dibicarakan. Sebagai ketua Komkat yang baru dipilih tahun lalu, saya bertanya kepada Rm. Festo yang juga baru dipilih menjadi sekretaris Komkat KWI..Apa tujuan diselenggarakan Pernas ini? Mengapa hanya diutus dua orang? Sementara kita mempunyai ribuan katekis di Indonesia. Apa yang diharapkan dari mereka setelah kembali dari Pernas? Pengurus Komkat yang sudah lama, Rm. Adi Susanto,SJ menjelaskan bahwa tujuan Pernas ini antara lain untuk menghibur katekis. Kalau untuk menghibur, mengapa hanya dua orang? Kalau sekedar menghibur maka cukup mengadakan tamsya saja di Bali..Namun setelah melalui proses diskusi pengurus Komkat KWI dirasakan bahwa pernas katekis dangat penting sebagai ajang untuk saling meneguhkan, dalam jatuh bangunya dalam mengemban tugas sebagai sebagai katekis dan dan disini kita melihat bersama proses belajar bersama dengan mengagkat pengalaman pribadi dan pengalaman gereja universial seperti yang akan kita lakukan dalam pertemuan ini. Pernas katekis juga menjadi kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada para katekis yang menjdi pahlawan-pahlawan yang sering kali tanpa nama dan tanpa tanda jasa. Semoga studi dan pengalaman yang dibagikan pada pertemuan ini dapat dibagikan kepada kalangan yang lebih luas, melalui publikasi seperti yang dilakuka dalam perna-pernas yang lain. Semoga kita menghasilkan buah-buah berlimpah dalam tugas pelayanan kita di tempat karya masing-masing.
Hari kedua pernas dilanjutkan dengan sharing para katekis dalam kelompok tentang pengalaman hidup dan karya para katekis di lapangan untuk saling menguatkan satu dengan yang lain. Hasil sharing kelompok kemudian dipresentasikan dalam pleno. (Daniel Boli Kotan).