Mgr DR. Edmund Woga,CSsR : Siapakah Katekis; Pewarta Sabda?

Pengantar Redaksi 

Setiap tahun Komisi Kateketik Regio Nusa Tenggara menyelenggarakan pertemuan regionl. Pada tahun 2018  yang lalu, Komkat Keuskupan Weetebula menjadi tuan rumah atas kegiatan tersebut yang berlangsung dari tanggal 21-24 Agustus 2018 di Pusat Pastoral Keuskupan Weetebula di Katekoloku, Sumba Tengah. Peserta yang hadir selain para pengurus Komkat Keuskupan se-regio Nusra, juga diundang para katekis atau guru agama untuk mengikuti hari studi katekese. Dalam rangka hari studi itu,  Mgr. Edmund Woga,CSsR  memberikan materi tentang  Siapakah Katekis – Pewarta Sabda? Berikut kami tampilkan materi yang disampaikan narsumber kepada sekitar 100 katekis yang hadir dan mengikutinya dengan  penuh antusias.

1.Pengertian Etimologis: Katekis

Berasal dari kata bahasa Yunani katekein = mengajar secara lisan (lihat Lk 1,4; Kis 18,25; Rom 7,18; Gal 6,6). Katechese adalah pengajaran agama – bukan sharing – dengan bahan-bahan pokok dari Kitab Suci, dogma Gereja (8-12-1854 Maria Immaculata [Pius IX], 1-11-1950 Maria Assumpta [Pius XII; Konstitusi dogmatis Lumen Gentium dan Dei Verbum] serta ajaran-ajaran Magisterium (kuasa mengajar Gereja).

Katekese adalah penyampaian kabar gembira (Injil) kepada mereka yang belum dibaptis atau kepada mereka yang belum dewasa di dalam iman dan hidup keagamaan dengan harapan/tujuan agar mereka yang mengikuti pengajaran tersebut dibaptis atau menjadi dewasa dalam iman dan hidup sebagai orang kristiani (dalam arti: pengikut Kristus).

Pengajaran ini pertama-tama dimaksudkan, agar umat mengetahui lebih banyak isi iman kristiani dengan harapan bahwa dengan mengetahui lebih banyak dan lebih mendalam (masuk/menyerap ke dalam bathin), umat dapat menghayati imannya dan menggunakan pesan iman dalam kehidupan sehari-hari.

Katekese diberikan sesuai dengan tingkat umur, sehingga ada katekese untuk anak-anak, untuk remaja, untuk pemuda dan untuk orang dewasa.

Kateketik Adalah Teori/Ilmu Tentang Katekese

 Perbedaan antara kateketik (ilmu tentang mengajar agama) dengan homiletik (ilmu berkotbah) sebetulnya hanya terletak pada tekanan pengertian bahwa: kotbah diperuntukkan bagi orang yang sudah dewasa dalam iman, sementara katekese diperuntukkan bagi yang baru mulai.

Hubungan yang erat antara ‘pengetahuan iman’ dengan ‘penghayatan iman’ menyebabkan adanya sentuhan-sentuhan (saling bersinggungan) dalam katekese pada bidang pendidikan iman, yang juga bisa bermuara ke pendidikan moral kristiani. Katekese adalah satu bagian dari keseluruhan reksa pastoral di dalam Gereja

  1. Sejarah

Sejak ada perintah perutusan dari Tuhan Yesus untuk pergi menjadikan semua bangsa murid, dan membaptis mereka dalam Nama Tritunggal Mahakudus (Mat 28,19-20) “… dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu.”

Kis 2,42: Sejak awal hidup Gereja, para rasul sudah menjalankan katekese. “Umat bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Luk 1,4: Ajaran-ajaran ini kemudian dibukukan oleh Santo Lukas dalam Injilnya, supaya kita dapat mengetahui bahwa semua yang diajarkan oleh para rasul adalah sungguh benar, bukan isapan jempol, karena mereka adalah saksi mata mengenai segala peristiwa yang terjadi.

Gal 6,6.9: Dan baiklah dia yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Kelihatannya, pesan ini untuk membalas jasa para katekis.

Kis 18,25:  Sudah ada semacam pembagian tingkat-tingkat pengajaran (anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa).

Ada juga katekese untuk pemula, lanjutan, final untuk menjadi pengajar.

Ibr 5,12.: jenjang-jenjang dalam katekese.

Ibr 6,1  : jenjang-jenjang dalam katekese.

1 Kor 3,2.6: tingkatan-tingkatan pemberian bahan katekese.

 

  1. Dasar-dasar Kateketik

Karena tugas untuk mengajar agama berasal dari perintah perutusan (Mat 28,19), maka perlu dipertanyakan mengenai isi dan kekhasan perintah ini.

Kelihatannya, Tuhan Yesus, ketika mengutus rasul-rasul-Nya untuk mengajarkan segala sesuatu yang telah Ia perintahkan, memaksudkan agar rasul-rasul mewartakan dan memberikan kesaksian tentang perintah-perintah tersebut, dengan sasaran agar orang bertobat, menjadi percaya dan menerima sakramen pembaptisan.

3.1 Mewartakan Injil Kerajaan Allah

Mat 10,7: Semacam latihan untuk memberitakan Kerajaan Surga

Mat 24,14: Pernyataan bahwa Injil Kerajaan harus diberitakan ke seluruh dunia, sehingga menjadi kesaksian bagi segala bangsa.

Luk 9,2: mengutus ke 12 rasul untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan

 

3.2 Memberikan kesaksian:

Luk 24,47-48: menunjuk para murid untuk menjadi saksi karya penyelamatan yang terjadi dalam Diri Yesus (Sabda dan Karya). Kis 1,8: mulai dari Yerusalem sebagai kota  keselamatan.

Hal ini berarti bahwa  Hal yang harus diajarkan dalam katekese bukanlah bahan-bahan yang abstrak, tetapi peristiwa-peristiwa penyelamatan Allah yang terjadi dalam kehidupan manusia dan secara definitif dalam Diri Tuhan Yesus, dalam Sabda dan Karya Tuhan Yesus, apa yang dikatakan dan dibuat oleh Tuhan Yesus untuk menyelamatkan umat manusia, bahkan seluruh ciptaan (Kol 1,15 dst.).

 

Tuhan Yesus Menjadi inti Pengajaran Agama Katolik

Karena itu bahan dasarnya yang utama adalah Kitab Suci. Kebenaran-kebenaran iman lain yang disimpulkan dari Kitab Suci adalah sekunder.

Bahan-bahan ini pertama-tama diperuntukkan bagi hidup dan bukan hanya untuk pengetahuan, berarti yang diketahui harus dipraktekkan dalam keseharian.

Bahan dasar ini menjadi patokan dalam menentukan metode pengajaran agama, yakni pertama-tama adalah Kitab Suci, lalu dogma-dogma Gereja dan ajaran-ajaran Magisterium yang berhubungan dengan iman dan kehidupan moral, yang merupakan praktek hidup berdasar pada Kitab Suci dan ajaran gereja.

Yang juga penting untuk diperhatikan ialah situasi dan kondisi, yakni tempat dan waktu pangajaran agama. Termasuk di dalamnya siapa atau bangsa apa yang sedang dihadapi oleh Katekis. Penyesuaian budaya, bahasa, tingkat pendidikan, alat bantu katekese, metode dlsb. Inipun persyaratan yang berasal dari Kitab Suci, karena kabar tentang keselamatan harus diwartakan sampai ke ujung bumi dan untuk segala bangsa, dan Tuhan Yesus akan menyertai pewarta sampai akhir zaman (Mrk 16:15, Mat 28:20, Luk 24:47, Kis 1:8).

 

  1. Tujuan Katekese

Agar umat semakin mengenal Allah dan mencintai-Nya. Mencintai Allah berarti melaksanakan perintah-perintah-Nya. “Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku” (Yoh 14:21; 14:15). “Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, karena Allah adalah kasih” (1Yoh 4:8).

Karena itu fokus perhatian dalam katekese atau pengajaran agama adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia adalah contoh utama dalam mengenal dan mengasihi Allah, karena Ia melaksanakan perintah Allah untuk menyelamatkan kita manusia dengan memberikan nyawa-Nya. Tidak ada cinta yang lebih besar dari pada cinta seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13).

Dengan kata lain, tujuan katekese ialah membawa manusia kepada persatuan hidup dengan Tuhan Yesus. Dia adalah Sabda, yang sedang kita ajarkan kepada orang lain. Kita mengajar agama katolik untuk memenangkan Tuhan Yesus, yang mau masuk ke dalam hati manusia.

  1. Apa sebetulnya Katekese? Katekese sebagai proses pewarisan iman kristiani.

5.1 Sudah sejak awal kehidupannya/berdirinya (sejak hari Pantekosta) Gereja berusaha memenuhi perintah Kristus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus. Gereja berkehendak membantu semua bangsa untuk percaya, bahwa Yesus adalah Putera Allah. Dengan demikian semua bangsa hidup dalam Nama Yesus. Melalui pengajaran, gereja berusaha agar manusia hidup dalam nama Yesus, dan dengan itu gereja membangun Tubuh Kristus (bdk. CT 1 dan 2). Semua usaha ini sejak awal disebut Katekese.

5.2 Katekese adalah sebuah proses pendidikan iman bagi anak-anak, remaja, muda-mudi dan orang dewasa. Di dalam katekese diberikan uraian tentang ajaran kristiani yang mengarahkan para pendengar untuk mendapatkan kepenuhan hidup kristiani (CT 18).

 

  1. Siapa itu Katekis?

6.1 Orang yang ikut ambil bagian secara khusus pada pelaksanaan perutusan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada para rasul, yakni tugas untuk mengajar. Secara khusus, karena semua orang yang dibaptis diutus untuk mewartakan kabar gembira atau Injil keselamatan yang telah ia terima.

6.2 Secara khusus, juga berarti bahwa tugas untuk mengajar dari para katekis adalah  panggilan istimewa untuk bersama para rasul (itu berarti para uskup) melayani umat, agar umat semakin mengenal dan mencintai Allah dalam Yesus Kristus.

6.3 Panggilan khusus di dalam Gereja Katolik mengandaikan adanya pemberian diri yang total, karena orang yang dipanggil hidup dari iman dan untuk iman. Dengan kata lain, pengabdian diri dan pemberian diri demi tugas mengajar agama adalah postulat atau tuntutan yang tidak sekedar kita sadari, tetapi harus kita imani dan hayati.

6.4  Semuanya ini tentu saja membutuhkan usaha terus-menerus dari seorang katekis untuk mengetahui isi imannya secara lebih banyak dan menghayati imannya secara lebih mendalam, sehingga harus tahu lebih banyak tentang Kitab Suci, dogma-dogma Gereja dan ajaran-ajaran Magisterium, serta jeli dalam membaca tanda-tanda zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *