Rapat Pleno Pengurus Lengkap Komkat KWI 2017

Pleno-1.jpg

Sekretariat Komisi Kateketik KWI menyelenggarakan Rapat Pengurus Lengkap di Wisama Samadi, Kalender, Jakarta Timur. Rapat tahunan 2017 ini diselenggarakan di wisma Samadi, Kalender Jakarta pada tgl. 23 s.d. 25 Februari 2017. Rapat Pelno dibuka oleh Ketua Komisi Kateketik KWI, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM. Dewan pengurus lengkap Komkat KWI terdiri dari Ketua, Sekretaris, ahli kateketik, ahli kemasyarakatan, wakil- wakil dari enam regio Komkat Keuskupan, wakil lembaga pendidikan kateketik dan pastoral, wakil lembaga pendidikan Filsafat-Teologi (Seminari Tinggi), serta undangan khusus P. Hartono, MSF dari Komisi Keluarga KWI yang hadir sebagai narasumber pada hari pertama rapar pleno.

Sekretaris Komkat KWI, P. Leo Sugiyono, MSC pada kata sambutannya menyatakan bahwa pertemuan tahunan pengurus lengkap ini untuk melihat kembali program kerja Komkat KWI dan Komkat – Komkat Keuskupan yang telah dibuat pada PKKI XI di Makassar pada bulan September 2016 yang lalu, dan saling berbagi tentang karya katekese di masing-masing Komkat Keuskupan melalui wakil regio. Pertemuan ini diawali dengan mendengar masukan dari P. Hartono, MSF tentang pastoral keluarga dan esok hari dilanjutkan dengan materi tentang katekese digital yang disampaikan Bp. Stefanus dan ibu Ingrid dari katolisitas.org.

Ketua Komkat KWI, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM dalam sambutan pembukaan rapat menyatakan bahwa tantangan besar kita saat ini dan seterusnya adalah bagaimana pengajaran iman katolik sampai kepada umat. Tantangan ini besar karena banyak umat yang tidak tau tentng ajaran Gereja Katolik, termasuk ajaran-ajaran yang paling aktual dari Paus. Untuk itu kita perlu meningkatkan tenaga-tenaga katekis di lapangan yang menjadi perpanjangan kita. Sejuah mana kedekatan kita dengan para katekis. Misalnya mengadakan hari khusus untuk katekis di keuskuapn-keuskupan kita. Kunjungan ziarah katekis ke tanah suci baru-baru ini merupakan salah satu contoh kedekatan dengan para katekis.

Ada impian besar, demikian Mgr Paskalis, kedepan kita melahirkan doktor-doktor ilmu kateketik untuk mengembangkan karya katekese Gereja Katolik Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Mgr Paskalis, yang juga Uskup Bogor ini telah menghubungi beberapa kongregasi atau tarekat, seperti OMI untuk mengirimkan pastornya untuk belajar kateketik sampai tingkat doktoral.

Masukan Narasumber tentang Pastoral Keluarga

Agenda utama pertemuan diawali dengan mendengar masukan dari Rm Hartono, MSF, Sekretaris Komisi Keluarga KWI tentang pastoral keluarga pada zaman yang penuh tantangan saat ini.

Untuk itu, Rekomendasi SAGKI IV Tahun 2015 menjadi acuan kerja Komisi Keluarga KWI. Ada beberapa acuan dari rekomendasi SAGKI IV adalah:

1.Pedoman Pastoral Keluarga KWI yang diterbitkan tahun 2010 harus diperhatikan dan dilaksanakan;
2.Reksa pastoral keluarga terpadu dan berjenjang mulai dari persiapan perkawinan sampai pada pendampingan keluarga pasca nikah, termasuk pertolongan pada keluarga dalam situasi khusus harus dibentuk dan dihidupkan kembali;
3.Katekese keluarga harus dikembangkan;
4.Kebijakan dan koordinasi perangkat pastoral keluarga baik di tingkat KWI, regio, keuskupan, maupun paroki harus ditegaskan dan disosialisasikan;
5.Keuskupan-keuskupan se-Indonesia harus bekerjasama dan solider dalam sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keuangan;
6.Pelayanan perangkat pastoral seperti Komisi Keluarga dan Tribunal Gerejawi harus mendapat perhatian dan diberdayakan;
7.Lembaga dan pelayan pastoral keluarga, termasuk kelompok-kelompok kategorial dan pemerhati keluarga serta para ahli harus diikutsertakan;
8.Komunitas basis keluarga dan institusi pendidikan katolik harus dilibatkan;
9.Ekonomi keluarga harus ditingkatkan melalui lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan;
10.Data-data yang berkaitan dengan kepentingan pastoral keluarga harus dimanfaatkan;
11.Lembaga Hidup Bakti harus diikut-sertakan dalam pastoral keluarga dengan tetap menghormati kekhasan karismanya.

Beberapa catatan Penegasan:

Keluarga adalah Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga), menjadikan Gereja dalam keluarga. Bagaimana keluarga mengembangkan 4 dimensi tugas Gereja: Liturgia (perayaan iman), Kerygma (pembinaan iman), Koinonia (bersaudara-persaudaraan) dan diakonia (saling melayani) dalam hidup berimannya.
Dalam SAGKI dihasilkan berbagai hal mengenai pentingnya keluarga mengembangkan pembinaan iman: maka perlu didukung dengan gerakan katekese bagi keluarga, strategi pembinaan, pelayanan pastoral keluarga, pengembangan ekonomi rumah tangga, melibatkan secara terintegrasi pelayanan pastoral keluarga dengan kelompok-kelompok penggeraknya, melibatkan komunitas keluarga dengan institusi katolik, dan melibatkan lembaga hidup bhakti.
Problematika Keluarga: kerapuhan keluarga-kelaurga modern yang menyebabkan angka perceraian begitu tinggi. Dewasa ini karena situasi yang terjadi, sering perlunya pendampingan bagi keluarga yang ditinggal atau bercerai. Ada banyak pernikahan campur, begitu juga ada banyak persoalan lain yang kadang lebih berat, dari narkoba, masalah budaya hingga kekerasan dalam rumah tangga. Ada tiga pilar utama dalam perkawinan: komitment, intimasi dan passion (pengurbanan).

Pokok-pokok Amoris Laetitia yang disampaikan Paus Fransiskus yang perlu diperhatikan adalah:
•Tantangan budaya individualisme, membawa keluarga-keluarga sulit dalam membangun budaya saling memberi. Maka bagaimana keluarga mampu mengatasi krisis komitment, dimana nilai kesetiaan dalam segala situasi. Kesetiaan dalam membangun, saling melayani dan komitment untuk saling memberi.
•Tantangan kontemporer mengenai “kesepian” modern, tidak ada waktu untuk saling menemani dan menjaga.
•Pendidikan dalam keluarga: bagaimana pentingnya pendidikan iman dalam keluarga, mendidik anak sedemikan untuk membangun pribadinya. Mengajak semua anggota keluarga menjalani kehidupan Kristiani.
•Dalam keluarga, Gereja memahami setiap keluarga dan individu dengan segala kompleksitas mereka. Gereja perlu bertemu mereka di mana mereka berada. Imam hendaknya menghindari penilaian-penilaian yang tidak mempertimbangkan kompleksitas dari berbagai situasi.
•Perlunya pendampingan dan kerasulan bagi keluarga, melibatkan keluarga sebagai agen-agen aktif kerasulan, suatu upaya evangelisasi dan katekese dalam keluarga. Menyertakan dan membawa orangtua menjalankan panggilannya sebagai pendidik iman yang pertama dan utama. Katekese keluarga tidak hanya berhenti pada inisiasi melainkan juga pendampingan yang terus menerus.

Setelah mendengar masukan dari P. Hartana, MSF, peserta rapat berdiskusi untuk mendalami materi dan menjajaki kerja sama apa yang bisa dilakukan oleh Komisi Kateketik baik ditingkat KWI maupun keuskupan.

Katekese Digital

Pada sesi hari berikutnya (Jumad 24/2) Bp. Stef dan Ibu Ingrid, pendiri dan pengelola website katolisitas.org memberikan masukan tentang Katekese Digital yang sedang mereka lakukan.

Bp. Stef dan ibu Ingrid, pasangan suami isteri yang sama-sama menyelesaikan studi magister kateketik-pastoral di Amerika Serikat ini pada awal sharingnya mengatakan bahwa sekarang ini mereka untuk sementara menghentikan tanya-jawab di website katolistas yang dikelolanya karena ada masalah yang dihadapi. Banyak pertanyaan-pertanyaan dan komentar yang kurang proporsional di websitenya. Karena itulah, Bp. Stefanus dan bu ibu Ingrid sekarang mencoba membuat sistem baru yaitu katekese digital.

Menurut kedua narasumber, katekese adalah jantungnya Gereja, jadi sangatlah vital, maka harus dikelola dengan baik. Anak-anak kita lahir dalam era digital maka mereka sangat akrab dengan gadged. Karena itu Katekese digital kini sangat penting sesui tuntutan zaman. Sementara kesulitan kita sekarang ini adalah terbatasnya katekis di paroki-paroki, dan katekis yang paling banyak di paroki adalah katekis paruh waktu.

Ada umat yang sharing bahwa ia lahir tahun 1995, dan baru sekarang mendengar kata magisterium Gereja. Selama menjadi katolik hidupnya terasa kering, jadi rasanya pingin pindah Gereja. Maka katekese kita juga dapat membantu umat katolik untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan umat protestan.

Sistem katekese online “Iman yang mencari pengegrtian: sistem katekese yang disusun untuk memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar iman Katolik dengan cara yang sistematis. Tujuannya adalah untuk petumbuhan iman. Jiwa dan sistem katekese ini: Kembali ke asal (ressourchment= KS, Tradisi dan Magisterium) dan pembahruan (Aggiornamento) yang dicapai dengan memberikan metode pengajaran yang modern. Untuk itu perlu ada komunitas katekis yang dapat saling membantu dalam pengelolaan katekese digital.

Setelah mendengar masukan dari kedua narasumber para peserta mendalami pokok gagasan tentang katekese digital yang sedang dipraketkan itu. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam mengelola katekese digital yaitu;

-Kita perlu mewaspadai ajaran sesat lewat pengajaran di on line..Maka kita perlu berhati-hati. Tetapi kita harus tetap mencari peluang-peluang untuk menggunakan media online untuk pengajaran iman katolik. Di sini Gereja perlu memberikan pendampingan dan tidak menghakimi gerakan-gerakan umat yang ingin belajar.
-Komkat KWI pernah membicarakan tentang imprimatur dan nihil obstat dari media online agar menjadi sumber yang terpercaya dalam pengajaran iman.
-Diharapkan katekese online ini tidak hanya menjadi referensi tetapi sungguh terpercaya, maka perlu ada pengakun dari Gereja.
-Untuk bisa menjadi media yang terpercaya maka perlu bekerjasama dengan Gereja setempat.
-Masa sekarang adalah masa digital dimana anak-anak muda adalah pemilik masa depan Gereja. Karena itu kita perlu memerhatikan katekese digital ini.

Sharing Regio-Regio dan Lembaga Pendidikan Kateketik

Wakil-wakil regio Komkat Keuskupan menyampaikan laporan kegiatan di regionya masing-masing, kecuali wakil regio papua, P. Paulus Tan, Pr yang berhalangan hadir karena ada acara tahbisan imam di Sorong. Berikut sharing dari wakil regio-regio dan lembaga yang hadir.

Regio Jawa

-Regio Jawa telah menghasilkan modul-modul tentang katekese berjenjang ; Usia dini, Anak, remaja, dewasa, keluarga, manula (ada contoh modul yang dibawa)
-Laporan kegiatan Komkat-Komkat regio Jawa, kecuali Keuskupan Malang yang tidak punya program kegiatan. Ketua Komkat Malang sedang belajar lagi. Menurut informasi, dengan hadirnya uskup baru, maka urusan Komkat diserahkan kepada IPI Malang.
-Pada pertemuan Regio Jawa (7 s.d.10 Feb 2017) diundang Prof. Dr. Anita Lie, Dosen Widya Mandala Surabaya sebagai narasumber. Beliau berbicara tentang Formatio Iman dari Perspektif Pendidikan. Ada banyak tantangan jaman dewasa ini yang mempengaruhi pertumbuhan hidup dan iman anak antara lain: gadget-hp-android, ATM-debit-credit card, media sosial-internet dll. Tantangan-tantangan tersebut mempengaruhi bentuk relasi, gaya hidup dan perilaku anak dalam memahami, mengalami dan mengaktualisasikan diri dalam hidup sosial.Tantangan tersebut juga mempengaruhi bentuk dan perkembangan fungsi keluarga teristimewa keluarga kristiani. Prof. Dr. Anita Lie menyatakan bahwa pertumbuhan dasar hidup manusia berintikan spiritual capital (kedalaman aspek hidup manusia) yang dipengaruhi oleh beberapa aspek al. cultural capital, emotionalwell-being, social capital dan intellectual capital. Maka yang perlu diupayakan dalam aspek pendidikan iman (anak-keluarga) adalah aspek kedalaman.
-Kegiatan yubelium katekis di keuskupan Agung Semarangdi Hall Seminari Mertoyudan menghadirkan ribuan katekis dan sebagai pembicaranya/motivatornya adalah Bapak Kardinal Yulius Darma Atmaja, SJ

Regio Sumatera
-Regio Sumatera agak mengalami kesulitan untuk pertemuan regional. Pertemuan terakhir waktu PKKI XI di Makassar.
-Regio Sumatera berencana membuat modul-modul katekese

Regio NUSRA (Nusa Tenggara)
-Komkat-Komkat Regio Nusra telah membuat modul sesuai konteks keuskupan masing-masing. Sementara untuk tingkat regional akan dibuat bersama berdasarkan modul-modul yang telah dihasilkan masing-masing komkat keuskupan.
-Regio NUSRA membuat modul-modul masih dalam bentuk KU, sementara digital masih sulit karena masalah signal internet

Regio MAM (Makassar-Amboina-Manado).
-Kegiatan mengacu pada PKKI (Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia)
-Komkat-Komkat Regio MAM sepakat untuk membuat buku doa keluarga dan pendalaman iman keluarga, dan buku katekismus.
-Regio MAM berencana untuk membuat lokakarya sebagai tindak lanjut PKKI Makassar. Misalnya membuat film-film animasi, atau film-film pendek, dll
-Hambatan MAM adalah wilayah yang luas dari Makassar sampai Maluku. Kesulitan dari segi biaya.

Regio Kalimantan
-Katekese menekankan pada aspek pengetahuan iman, kemudian pada aplikatifnya.
-Setiap Komkat mempunyai problem yang berbeda.
-Komkat Palangkaraya: Membuat pembinaan untuk para pemimpin umat. Kesulitan di lapangan adalah mengumpulkan umat untuk pembinaan iman karena ada kesibukan untuk bekerja di ladang.
-Rencana untuk pertemuan regio di Sintang
-Komkat Sintang berencana membuat lokakarya tentang katekese digital bekerja sama dengan Bimas Katolik. Pesertanya adalah para guru agama di sekolah-sekolah.

Lembaga Pendidikan Kateketik dan Pastoral

-Lembaga Pendidikan Kateketik yang berada di bawah payung Kemristek dan Dikti menerbitkan buku hasil SEMINAR di Ruteng
-Semua program studi kateketik berganti nama menjadi program studi pendidikan keagmaan.
-Program S2 Kateketik belum bisa dilaksanakan karena masih kekuarangan doktor dari segi kurikulum kateketik. Jadi sekarang masi menunggu dosen yang sedang kuliah doktoral.
-Lembaga Pendidikan dibawah Kemenag berjumlah 23 sekolah STIPAS-STPK
-Mulai tahun 2017 semuanya mengarah kepada kurikulum ber standar nasional

Rencana Program Karya Katekese Komkat KWI dan Regio Komkat Keuskupan

Setelah mendengar materi-materi dari para narasumber yaitu tantang pastoral keluarga dan katekese digital, para peserta rapat merumuskan apa saja yang dapat menjadi rencana program karya yang dapat dilakukan kedepan secara kongkrit dan bukan sebatas wacana.

Dalam kaitan dengan katekese keluarga, terdapat empat hal yang menjadi fokus katekese yaitu; 1.Meningkatkan hidup doa dan devosi keluarga (liturgia), 2.Meningkatkan pengethuan iman seluruh anggota keluarga (kerygma), 3. Meningkatkan persaudaraan dan relasi didalam hidup (koinonia), 4.Meningkatkan kepedulian dan pelayanan kepada sesama dan anggota masyarakat (diakonia)

Untuk dapat melaksanakan keempat fokus atau sasaran kegiatan tersebut maka para peserta rapat merumuskan indikator-indikator pencapaian untuk setiap sasaran kegiatan. Indikator pencapaian yang jelas dapat membantu Komkat KWI dan Komkat Regio untuk mengevaluasinya kembali secara terukur pada jangka waktu tertentu. (Daniel Boli Kotan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *