Sebuah reformasi akan meningkatkan keselarasan yang lebih besar dalam pekerjaan Kuria Romawi, kata Paus Fransiskus.
Topik ini dibahas pada Kamis, pembukaan konsistori luar biasa para kardinal yang diadakan di Vatikan.
Ketika membuka konsistori itu, Paus Fransiskus menekankan bahwa tujuan reformasi adalah “untuk menyelaraskan pekerjaan berbagai diskateris dan kantor Vatikan, dalam rangka mencapai kolaborasi yang lebih efektif dalam transparansi mutlak membangun sinodalitas dan kolegialitas”. “Reformasi sendiri bukan tujuan,” katanya, “tapi cara memberikan kesaksian Kristen yang kuat; meningkatkan evangelisasi yang lebih efektif; meningkatkan semangat ekumenis; dan mendorong dialog yang lebih konstruktif dengan semua agama.”
Paus kemudian mengatakan reformasi “sangat dianjurkan oleh mayoritas kardinal” dalam pertemuan pra-konklaf, dan bertujuan “meningkatkan identitas Kuria Romawi sendiri, yang adalah penerus takhta Petrus dalam menjalankan kantor pastoral demi kebaikan dan pelayanan Gereja universal dan gereja-gereja partikular, dalam rangka memperkuat kesatuan iman dan persekutuan umat Allah, serta meningkatkan misi Gereja di dunia”.
Menurut Paus Fransiskus, “Tidak mudah mencapai tujuan tersebut,” dan itu akan membutuhkan “waktu, tekad dan kolaborasi. Tetapi, untuk mencapai hal ini pertama-tama kita harus menyerahkan diri kepada Roh Kudus, pembimbing sejati Gereja, memohon karunia otentik dalam doa”.
Setelah Paus Franiskus, Oscar Rodriguez Kardinal Maradiaga dari Tegucigalpa, koordinator Dewan Kardinal, membaca pengantar dimana “ia menyimpulkan modus operandi Dewan itu, cara itu mereka mengumpulkan sekitar 100 kontribusi dari diskateris-diskateris Vatikan,” kata Pastor Federico Lombardi, direktur kantor pers Takhta Suci, kepada media.
Kardinal Rodriguez juga menjelaskan bahwa dewan itu tidak fokus secara eksklusif pada reformasi Kuria: dalam delapan pertemuan mereka dan lebih dari 50 sesi, dewan itu juga membahas Sinode Uskup, kerja Komisi Perlindungan Anak, dan isu-isu ekonomi.
Uskup Marcello Semeraro dari Albania, sekretaris Dewan Kardinal, kemudian menjelaskan kepada para kardinal mengenai ringkasan reformasi Kuria.
Menurut Pastor Lombardi, ringkasan itu dibagi dalam dua bagian: bagian pertama menjelaskan jalur utama reformasi, dan bagian kedua adalah landasan teologis untuk reformasi Kuria Romawi.
Pastor Lombardi menjelaskan bahwa usulan utama adalah pembentukan dua kongregasi – Kongregasi Amal, Keadilan dan Perdamaian, serta Kongregasi Awam, Keluarga, dan Kehidupan.
Kedua kongregasi itu dapat mendirikan ‘ad experimentum’, sedangkan Kuria Romawi berfungsi sebagai penyusunan sebuah konstitusi apostolik komprehensif untuk mengatur fungsinya yang akan dilakukan ke depan.
Pastor Lombardi mengatakan “mungkin ada sebuah komisi untuk menyusun konstitusi baru, dan kesimpulannya mungkin disampaikan kepada sebuah komisi kardinal terbatas yang akan membuat draft akhir. Setelah itu, Paus akan membuat keputusan.”
Proses ini “akan melibatkan para pakar hukum kanonik dan teolog,” karena “ada kebutuhan untuk memberikan landasan teologis untuk reformasi,” dan ini adalah alasan mengapa “jalan menuju reformasi akan lama”.
Peran Sekretariat Negara juga telah dibahas. Pastor Lombardi menyatakan pembentukan sebuah “moderator curiae telah diusulkan,” tetapi itu tidak dianggap sebagai kantor terpisah, melainkan salah satu tugas yang dipercayakan Sekretariat Negara.
Pada Jumat, George Kardinal Pell, prefek Sekretariat Ekonomi, melaporkan pada konsistori tentang reformasi ekonomi Vatikan.
Sumber: ucanews.com/http://indonesia.ucanews.com/16/02/2015