Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun”. Tapi bukankah ibu bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.
Itulah suatu misi hidup dalam sebuah karya. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup sesama adalah pemelihara kehidupan. Demikian hendaknya karya kita sehari-hari: menghadirkan secercah kesejah-teraan bagi sesama. Di tengah-tengah gejolak politik bangsa kita saat ini: koalisi partai-partai yang cenderung mengejar kekuasaan, uang, jabatan dan kesejahteraan golongan tertentu saja, marilah kita berdoa untuk para pimimpin negara dan untuk para wakil rakyat agar bijaksana dalam menentukan langkah, dengan mengutamakan kesejahtaraan seluruh bangsa. Marlah kita berdoa juga untuk kita sekalian agar semakin dimampukan untuk hidup sederhana, solider dan bertumbuh dalam iman.