Renungan Hariraya Paskah Kebangkitan Tuhan: “Kristus Bangkit, Alleluia”

Bacaan: Kis. 10:34a, 37-43; Kol. 3:1-4/1Kor. 5: 6b-8; Yoh. 20:1-9.

Injil Yohanes adalah “Injil Perjumpaan”. Yesus lebih memilih pendekatan personal daripada massal: menjumpai, menyapa dan berbincang dari hati ke hati. Ia berdialog dengan Nikodemus, perempuan Samaria, orang buta, Maria dan Marta, bahkan Pilatus. Mereka harus mengambil keputusan dan sikap pribadi di hadapan Sang Kebenaran dan Terang sejati. Masing-masing tokoh itu, dengan caranya sendiri, menjadi model beriman bagi pembaca sepanjang masa.

Di seputar kubur Yesus ditampilkan 3 reaksi yang berbeda. Dua pria, satu perempuan. Mereka mewakili perjalanan iman Saya dan Anda di hadapan misteri Kubur Kosong. Pertama, Maria Magdalena. Ia termasuk saksi utama peristiwa penyaliban, wafat dan penguburan Yesus. Pantaslah ia ditampilkan pertama, karena dia tahu dimana letak kubur Yesus. Ia mengunjungi kubur Yesus secara pribadi. Ada relasi dan kedekatan pribadi dengan Yesus. Ia ke kubur saat “hari masih gelap”, simbol hatinya yang sedih dan kehilangan. Ia hanya melihat pintu kubur, belum menengok ke dalam. Melihat batu penutup kubur telah diambil, ia langsung berlari melaporkannya kepada dua murid Yesus. Reaksi Maria Magdalena sungguh emosional, kesimpulannya tergesa-gesa: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan” (ay.2). Hal yang sama akan dia katakan dua kali lagi (ay.13 dan 15). Reaksi awal Maria Magdalena ini adalah cerminan iman yang emosional, belum mendalam dan hanya memikirkan “Yesus masa lampau”, Yesus yang sesuai dengan konsep dan kepentingan sendiri.

Kedua, Simon Petrus. Ia selalu cepat bereaksi, tanpa banyak refleksi. Tanpa klarifikasi, ia langsung berlari ke kubur. Meski kalah cepat dari Murid yang Dikasihi Yesus, Petrus tetap menjadi orang pertama yang masuk kubur. Ia tidak mau berhenti di depan kubur. Ia langsung masuk dan melihat kain kapan dan kain peluh. Sisa-sisa ‘seragam jenazah’ Yesus terbungkus rapi. Tidak ada tanda-tanda mayat Yesus dicuri, seperti yang disimpulkan Maria Magdalena. Akan tetapi, di hadapan semua petunjuk itu Petrus hanya membisu. Reaksi awal Petrus menjadi cerminan iman yang terburu-buru, aktif tetapi kurang refleksi, sibuk tetapi kurang merenung, melihat tetapi belum atau lambat percaya.

Ketiga, Murid yang Dikasihi Yesus. Biarkan ia tetap tanpa nama, agar kita berupaya mengisinya dengan nama kita masing-masing. Ia berlari bersama Petrus, dan lebih cepat dari Petrus. Mungkin karena ia lebih muda, tetapi juga karena ia biasanya lebih cepat mengenal Tuhan dan percaya. Di depan kubur kosong, ia tidak terburu-buru masuk. Ia berhenti. Di depan misteri karya agung Allah, manusia memang hanya dapat berhenti dan berkontemplasi. Hanya dengan itu, ia dapat memasuki kubur kosong, melihat bekas dan tanda ‘peninggalan’ sang Kekasih yang bangkit, dan ia percaya. Reaksinya menjadi cerminan iman ideal: berlari bersama rekan seiman, mencari waktu untuk ‘berhenti’ dan merenungi misteri (kontemplasi), lalu ‘masuk’: terlibat dalam dunia, menjadi saksi dan percaya akan karya agung Allah (aksi).

Kebangkitan Kristus telah memberikan kepastian bahwa di balik kematian ada kehidupan.  Hal ini juga ditegaskan Tuhan Yesus sendiri,  “Akulah kebangkitan dan hidup;  barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,”  (Yoh. 11:25).  Jadi dengan kebangkitan Kristus ada jaminan pasti bahwa kita yang percaya juga akan dibangkitkan dari kematian dan beroleh kehidupan kekal.  Oleh karena itu Rasul Paulus menasihatkan,  “…saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”  (1Kor. 15:58).  Namun sampai saat ini masih ada orang Kristen yang begitu mudahnya menjual imannya demi jabatan, harta, popularitas, dan juga pasangan hidup;  keselamtan ia tukarkan dengan kemewahan dunia ini. Kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan dan bukti bahwa Injil Kristus adalah kebenaran sejati! Kristus bangkit, Alleluia.***

 

By Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo, Pr; Sekretaris Komisi Kateketik KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *