Renungan Hari Minggu Adven II
Yesaya 11:1-10
Roma 15: 4-9
Matius 3: 1-12
Di hari minggu II adven ini, kita dihantar oleh bacaan tentang kisah Yohanes Pembabtis, yang tidak pernah henti-hentinya menyerukan pertobatan. Yohanes bahkan berani mengkritik segala perbuatan jahat yang dilakukan oleh rakyat dan pemimpin pada zamannya. Seruan Yohanes sebelum pembabtisan selalu pada nada yang sama agar orang-orang segera bertobat dan menyiapkan diri bagi kedatangan Yesus. Bagi Yohanes, perlu untuk segera bertibat karena Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Allah itu kemudian nyata dalam diri Yesus.
Kata “tobat” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani metanoeo yang berarti “berbalik”. Yang dimaksudkan adalah berbalik dari cara hidup yang jahat kepada Kristus. Yohanes dengan semangat yang luar biasa selalu menyerukan agar kita bertobat. Persoalan selanjutnya ada pada diri kita. Bertobat atau tidak ada dalam pilihan dan keputusan kita. Memilih bertobat berarti memilih untuk berbalik arah dari yang jahat. Memilih untuk membelakangi yang jahat dan mengarahkan hati kepada Yesus.
Memilih untuk bertobat mengandaikan bahwa kita sudah yakin untuk menghilankan rasa sombong dan tinggi diri. Kita diajak untuk tunduk di hadapan Allah yang kuasa dan dengan rendah hati mohon ampunan-Nya. Ketegaran hati dan kesombongan perlu dihindari. Hal ini tampak dalam lukisan Yesaya tentang tunggul Isai, yaitu Kristus yang lahir dari keturunan Daud. Yesaya menggambarkan bahwa pada saat kedatangan-Nya, Ia akan memimpin dengan adil sehingga kejahatan akan berbalik menjadi kebaikan dan orang akan hidup dengan damai dan berdampingan. Inilah salah satu akibat buah dari pertobatan bahwa pertobatan itu menghasilkan segala sesuatu yang bercita rasa damai.
Dahulu kala, ketika sudah selesai menciptakan dunia dan segala isinya, harimau dan manusia adalah teman yang akrab. Belum ada saling serang seperti sekarang. Harimau sangat menghormati manusia. Karena manusia adalah ciptaan Allah yang paling luhur. Namun, tiba-tiba pada suatu hari, harimau memakan manusia, semua badannya, tulang-tulangnya, dan menyisahkan bibirnya saja. Saat kelompok manusia melihat peristiwa ini, diadakanlah pertemuan antara kelompok manusia dan kelompok harimau. Pemimpin kelompok manusia bertanya: “harimau, kenapa kalian makan manuisia? Bukannya kita sudah sepakat kalau kita hidup damai? Lalu kenapa kamu menyisahkan bibirnya saja? Pemimpin harimau menjawab: iya, benar sekali. Orang ini, yang kami makan, yang baik dan pantas untuk ditinggalkan dari seluruh hidupnya hanya bibirnya saja. Perbuatannya tidak sesuai dengan kata-katanya.
Secara singkat, melalui bacaan-bacaan hari miinggu adven II ini , Gereja mengajak kita untuk menggalakkan pertobatan. Pertobatan yang dituntut oleh Yesus tidaklah sesuatu yang fantastis. Yesus hanya mau kita untuk sedikit merubah cara berpikir dan sikap kita terhadap sesama. Jika sebelumnya kita cuek saja saat bertemu orang lain tanpa mengucapkan sebuah sapaan kecil, kini kita berusaha untuk menyapa mereka. Dengan melakukan hal-hal kecil seperti ini, jalan menuju keselamatan seperti yang dijanjikan Kristus bagi kita semakin terbuka lebar. Amin.
(Ignasius Lede)