Hari Malam Natal: “Natal Dahulu dan Sekarang”

malam natal.jpg

Bacaan I :Yes 9:1-6
Bacaan II :Tit 2: 11-14
bacaan Injil : Luk 2:1-14

Pada malam Natal yang indah ini, rasanya tidaklah terlalu pas untuk mendengarkan suatu homili Natal yang panjang dan berat. Mungkin lebih memadai kalau kita mendengarkan saja suatu ceritera Natal yang menawarkan banyak pesan dan kesan bagi kita pada malam yang bahagia ini. Ceritera Natal berikut ini berasal dari bumi Kalimantan, pernah dituturkan oleh seorang misionaris asing, tetapi yang sangat mencintai rimba raya dan jeram-jeram Kalimantan.

Diceriterakan….. sudah lama lalu…. ada seorang anak bernama Lawing, siswa SD di pedalaman Kalimantan, yang pada pelajaran agama menjelang Pesta Natal mendengar kisah tentang kelahiran Yesus 2000 tahun yang lalu di kota kecil Betlehem dari guru agamanya. Kisah kelahiran Yesus itu sangat memikat hatinya. Dan menurut ceritera guru itu pula, dikatakan bahwa tempat di mana Yesus dilahirkan dahulu, sekarang sudah berdiri sebuah gereja yang dinamakan “Gereja Kelahiran” Tuhan. Bahkan tempat di mana palungan Yesus dahulu diletakkan, sekarang masih ditandai oleh sebuah lukisan bintang di lantai jubin Gereja Kelahiran itu, sehingga semua peziarah ke Tanah Suci yang mengunjungi Gereja Kelahiran Tuhan, dapat melihat tempat di mana kiranya Yesus dahulu dilahirkan.
Guru menunjukkan pula foto lukisan bintang pada lantai, tempat di mana Yesus dilahirkan dahulu itu. Ceritera dan lukisan bintang tempat Yesus lahir, begitu membekas di hati Lawing, sehing-ga sulit dilupakannya. Pada saat itu, timbullah hasrat yang aneh dan sangat kuat di hati Lawing untuk sekali kelak berziarah ke Tanah Suci dan merayakan pesta Natal di Gereja Kelahiran Yesus itu.
Maka mulailah ia menabung untuk cita-citanya itu……. Setamatnya dari SD, ia melanjutkan sekolahnya ke SLTP. Cita-citanya ke Tanah Suci tidak pernah memudar. Ia meneruskan kebiasaannya menabung. Demikian juga ketika ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Setamatnya dari Sekolah Menengah Atas, ia melamar kerja pada suatu Perusahaan Kayu. Mulai dari sebagai pegawai harian sampai sebagai kepala bagian ia tetap bekerja dengan tekun dan kebiasaan menabungnya tetap berjalan terus. Ketika ia sudah pensiunan dan menjadi tua, ia merasa tabungannya sudah cukup banyak untuk membiayai dirinya untuk berziarah ke Tanah Suci……..
Maka menjelang pesta Natal sekian tahun lalu, ia bersiap-siap untuk merayakan pesta Natal di Tanah Suci. Ia berangkat dari kota kecilnya di pedalaman, menumpang motor air menuju kota Pontianak. Dari Pontianak ia akan naik pesawat ke Jakarta dan selanjutnya ke Tanah Suci…….
Pada setiap kampung atau kota kecil, motor air itu merapat ke tepi sungai untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Pada suatu kampung di tepi sungai naiklah sepasang suami istri, yang kelihatannya masih serba canggung. Mereka sungguh orang desa yang miskin dan mungkin baru pertama kali mau berjalan jauh. Karena keduanya duduk dekat Lawing, maka Lawing dapat mendengar ceritera dan makna tujuan perjalanan mereka. Mereka rupanya mau ke kota Pontianak. Ibu itu mau melahirkan, tetapi klinik bersalin setempat tak dapat membantunya, sebab kelahiran bayinya memerlukan penanganan khusus oleh dokter ahli. Mereka tidak tahu harus bagaimana dan kemana setibanya di Pontianak nanti!! Lawing menawarkan jasa baiknya untuk membantu………….
Setibanya di Pontianak, Lawing mengantar suami istri itu ke Rumah Sakit. Tetapi celakanya……ketika Rumah Sakit meminta uang muka, ternyata pasangan itu tidak mempunyai uang yang cukup. Tanpa berpikir panjang Lawing bersedia membantu. Ia membayar tuntas seluruh pembiayaan kelahiran bakal bayi itu. Bahkan Lawing masih perlu membayar penginapan di losmen buat si bapak selama istrinya dirawat di Rumah Sakit.
Akhirnya ibu itu melahirkan bayinya dengan selamat. Bayi yang manis, montok dan lucu. Betapa bahagianya pasangan suami istri dari desa itu. Ketika mereka kembali ke desanya di hulu, Lawing masih sempat mengantar keluarga yang sederhana itu ke motor air. Bahkan mereka masih sempat singgah di pasar loak dan Lawing membelikan satu-dua potong baju baby untuk si bayi, sekaligus satu kemeja untuk sang bapa dan satu kain sarung untuk sang ibu………….
Ketika motor air bertolak dari tepian, mereka hanya bisa memandang Lawing dengan air muka penuh rasa syukur sampai jauh………
Lawing sendiri bergegas pulang ke losmen, bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta, selanjutnya ke Tanah Suci……….
Sepanjang perjalanan dari Pontianak ke Jakarta, dan selama di Jakarta Lawing selalu berusaha untuk membantu siapa saja. Ia tidak segan-segan merogoh sakunya untuk membantu sesama yang kesusahan.
Ketika tiba saatnya ia pergi ke Biro Perjalanan untuk mengurus perjalanannya ke Tanah Suci, betapa kagetnya dia, sebab ternyata uangnya tidak mencukupi lagi untuk membiayai perjalanannya pulang pergi ke Tanah Suci. Dengan biaya yang ada, ia hanya bisa pergi dan tidak bisa pulang……
Lawing bingung, sedih dan putus asa!! Bayangkan……, sudah bertahun-tahun ia berhemat dan menabung untuk sekali kelak merayakan Natal di Tanah Suci, dan sekarang ternyata berakhir dengan sia-sia……
Tanpa semangat ia kembali ke Pontianak, dari Pontianak ke kota kecilnya di pedalaman. Ketika ia kembali ke kampung halamannya, pesta Natal sudah diambang pintu. Istri, anak dan cucu-cucunya kaget melihat dia begitu cepat pulang. Tetapi dia diam seribu bahasa…….
Ketika malam Natal tiba, semua anggota keluarganya pergi ke gereja untuk merayakan Natal, tetapi ia memilih tinggal di rumah, tidur…..
Dan dalam tidurnya itu ia bermimpi……
Ia merasa bahwa ia berada 2000 tahun lalu di padang Efrata bersama para gembala menggembalakan domba-domba. Tiba-tiba langit menjadi terang benderang, mereka sangat terkejut dan ketakutan, lalu tampaklah malaikat Tuhan yang berkata: “jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud! Dan inilah tandanya bagimu: kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam palungan!”
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah katanya:
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”.
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata kepada satu sama lain:
“Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti diberitahukan Tuhan kepada kita”.
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan (Luk 2:8-12).
Yang paling akhir memasuki gua tempat Yesus lahir itu adalah Lawing. Ketika pertama kali ia melihat Yusuf di mulut gua, ia kaget setengah mati. Karena Yusuf adalah tidak lain dari bapak yang telah dibantunya di motor air dalam perjalanan ke Pontianak itu. Dan Maria,……ya, itu ibu yang melahirkan anaknya di Rumah Sakit di Pontianak……,dan Bayi Yesus….., itulah bayi yang dilahirkan di rumah sakit di Pontianak…..!! Dan ya Tuhan, Yusuf ternyata mengenakan kemeja yang dibelinya di pasar loak itu. Dan Maria memakai sarung yang dibelinya dan bayi Yesus mengenakan baju baby yang dibelinya dengan harga murah di pasar loak itu!! Syahdu, terharu dan bahagia ia mendengar bayi Yesus berkata kepadanya:
“Kakek Lawing, apapun yang engkau lakukan terhadap sesama saudaraku yang paling kecil sekalipun, itu engkau lakukan terhadap-Ku” (Mat 25:40). Air mata bahagianya mengalir deras, lalu ia terbangun, bangkit berdiri, menyambar baju dan sarungnya, lalu berlari sekuat tenaga ke gereja untuk merayakan Natal bersama istri, anak-anak dan cucu-cucunya.

Ternyata untuk merayakan Natal secara bermakna ia tak perlu pergi jauh ke Tanah Suci!!.

**********

Rm. Yosef Lalu, Pr;
Dalam buku Homili Tahun B, terbitan Komkat KWI

One thought on “Hari Malam Natal: “Natal Dahulu dan Sekarang”

  1. Epivania says:

    Renungan Rm Yoseph selalu mengisnpirasi kita semua, semoga Rm Yosep selalu berbahagia di surga bersama para kudus-Nya. Amin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *