KATEKESE BAGI ANAK USIA DINI
Membina Iman Anak Menghadapi Tantangan Arus Perubahan Jaman
Daniel Boli Kotan
1. Pengantar
Ajaran iman Katolik harus diwariskan kepada anak-cucu kita. Di sebagian daerah di Indonesia, banyak anak-anak tidak mendapatkan ajaran iman Katolik sebagaimana mestinya. Maka peran pembina iman anak untuk pewarisan iman anak menjadi penting. Hal ini menjadi catatan penting bagi Gereja Katolik Indonesia karena dalam kurun waktu satu atau dua dekade mendatang, dampak kebijakan politik pemerintah di bidang pendidikan, khususnya menyangkut sekolah murah atau gratis akan menggiring anak-anak katolik untuk masuk ke sekolah negeri. Pada hal di sekolah negeri itu sendiri, hak anak-anak kita untuk mendapatkan pendidikan agama katolik kiranya cukup diabaikan. Sementara Sekolah Katolik sendiri diperkirakan akan sangat terbatas menerima siswa Katolik karena selain biaya yang mahal juga karena orangtua yang sebagian besar adalah kelas ekonomi menengah-bawah lebih cenderung memasukkan anaknya ke sekolah negeri. Jika demikian maka semakin banyak anak-anak Katolik di sekolah negeri yang terabaikan pendidikan imannya.
Para penulis Injil menjelaskan bahwa Yesus sebagai tokoh yang sangat dekat dengan anak-anak, menyayangi, dan mencintai anak-anak. Yesus mengenal secara baik dunia anak-anak sebab Dia sendiri pernah mengalaminya. Ia lahir pada suatu waktu tertentu, di suatu tempat tertentu, berintegrasi dalam suatu kebudayaan tertentu yaitu kebudayaan Yahudi Palestina. Yesus sendiri berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 19: 14).
Perkataan Yesus tersebut tentu saja tidak berlebihan dan bukanlah tanpa alasan. Warta keselamatan dari Allah yang dimaklumkan dalam diri Yesus Kristus ditanggapi oleh setiap orang secara berbeda-beda, yaitu menurut cara mereka sendiri. Bagi Yesus, anak-anak telah menunjukkan suatu cara yang tepat dalam menanggapi pewartaan itu. Ia melihat bahwa kepolosan anak-anak dalam menghadapi segala hal, dan sikap mereka dalam menghadapi sesuatu tanpa praduga rupanya membuat mereka mampu menangkap, memahami, dan menerima warta kabar gembira dari-Nya.
Pengakuan inilah yang merupakan salah satu pendorong bagi Yesus untuk membiarkan anak-anak datang pada-Nya. Kalau demikian, maka sudah sepantasnyalah kita membiarkan anak-anak kita untuk dekat dengan Yesus. Akan tetapi, kedekatan itu hanya akan tercipta kalau anak-anak mengenal Yesus. Caranya? Melalui pengajaran secara intensif baik di rumah, di sekolah dan di gereja. Di rumah, orang tua
hendaknya selalu mengajarkan dan menularkan pengetahuan dan iman Kristiani kepada anak-anak. Di sekolah, anak-anak belajar memperdalam informasi mengenai iman Kristiani yang diterimanya dari orang tua. Di gereja, mereka mengekspresikan imannya sebagai anggota Gereja, serta dibantu, dibimbing untuk mengembangkan religiositasnya.
2. Tantangan Pembinaan Iman Anak Masa kini dan Masa Mendatang
Budaya global yang dibangun oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi media informasi dan hiburan telah membawa banyak perubahan, termasuk perubahan nilai-nilai. Perubahan-perubahan nilai ini bisa bersifat konstruktif, tetapi juga dekstruktif.
Beberapa trend negatif dari pengaruh globalisasi yaitu; budaya materialistik dan hedonistik: Prinsip hidup; limpah materi dan bersenang-senang. Makna hidup yang dicari adalah kemewahan dan kenikmatan. Nilai hidupnya ditakar dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, dll), bukan karakter. Pengorbanan, askese, tapa, kesederhanaan dan kerelaan melepaskan kesenangan untuk sebuah keluhuran hidup tidak ada tempat dalam budaya itu. Iklan-iklan di media audiovisual ikut menyuburkan budaya itu. Bahkan iklan-iklan itu menjadi “firman” yang menjanjikan “keselamatan” dan “kegembiraan” di depan mata. TV telah mengganti peran agama bahkan menjadi agama baru dalam kehidupan manusia. Budaya materialistik dan hedonistik akhirnya melahirkan sikap konsumerisme.
Orang mengkonsumsi sesuatu bukan karena kebutuhan tetapi karena keinginan atau nafsu untuk memiliki. Harga dirinya diukur oleh apa yang telah dibeli dengan harga tinggi atau di manakah ia makan dan minum. Bagaimana dengan masyarakat ekonomi lemah? Ada yang terpengaruh dan ekonomi keluarganya pun semakin berantakan!
Individualisme; adalah akibat diferensiasi antara pelbagai lingkungan fungsional/tempat kerja. Bagi petani, nelayan maupun tukang dan saudagar tradisional pekerjaan tak terpisahkan dari kehidupan dalam keluarga. Gaya hidup modern memisahkan dengan tajam antara dua bidang itu. Hidup dalam keluarga dan pekerjaan semakin tidak ada sangkut pautnya satu sama lain. Pagi hari ayah secara fisik dan emosional meninggalkan rumah dan keluarganya selama delapan sampai sebelas jam, menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan istri dan anak-anaknya. Apabila pulang malam hari, dan andaikata tidak membawa pekerjaan kantoran, barulah tersedia waktunya bagi keluarganya. Dengan demikian budaya kampung,ketetanggaan dan kekeluargaan dalam arti luas berubah. Kekeluargaan dibatasi pada keluarga yang sungguh inti. Pergaulan dengan para tetangga serta partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan semakin dirasakan sebagai gangguan. Budaya kelas menengah (apalagi kelas atas) modern semakin individualistik.
Fundamentalisme; Ada fundamentalisme Islam, fundamentalisme Kristen. Fundamentalisme agama ini sering ditunggangi untuk kepentingan politik tertentu, seperti yang kita alami di negeri kita saat ini. Selain fundamentalisme agama ada juga fundamentalisme lainnya seperti; regionalisme, sukuisme, daerahisme dan dsbnya. Yang cukup berbahaya adalah ancaman dari sekte-sekte, kelompok-kelompok doa, kelompok-kelompok injili dan karismatik tertentu. Mereka itu menawarkan keamanan dan pembebasan dari segala keragu-raguan, tetapi dengan menutup diri terhadap dunia, dengan menjadi eksklusif dan anti rasional.
Masyarakat media audio-visual; Ciri lain masyarakat kita ialah nilai-nilai dan pandangan-pandangan hidup masyarakat ditentukan oleh media massa, radio dan terutama televisi, video, internet dsbnya. Dapat dipastikan bahwa pengaruh TV dan Video akan luar biasa mendalaminya. (Ingat akan “Budaya” kekerasan dan pornografi). Pengaruh TV dan video akan lebih kuat daripada segala indoktrinasi oleh negara atau kotbah-kotbah kita. Melalui antene parabola, orang akan dapat menyedot program dari mana saja ke layarnya.
Krisis makna generasi muda; situasi seperti yang dilukiskan diatas bila tidak diolah dengan baik maka generasi muda akan mengalami krisis makna dalam hidupnya. Mereka akan bingung kalau harus menjawab pertanyaan: “untuk apa aku hidup?” Bagaimana generasi muda akan bereaksi terhadap kebingungan itu? Reaksi mereka dapat berupa:
-hedonisme (sindrom disco, dugem),
-fundamentalisme sebagai pelarian
-gang-gang kriminal, premanisme, pemakai dan pengedar narkoba.
-memisahkan diri dari masyarakat orang dewasa,
-skeptis dan tak percaya terhadap omongan generasi tua
Perlu disadari bahwa krisis makna generasi muda itu adalah krisis generasi muda Gereja juga. Itulah tantangan yang ada di depan mata! Menghadapi situasi seperti itu,bagaimana dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama yang harus mampu membekali generasi muda untuk menghadapi budaya global. Membekali mereka dengan pengetahuan saja tidak cukup! Mereka hendaknya dibekali dengan pelbagai kemampuan dan keterampilan.
Bangsa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis multi dimensi. Krisis di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan sebagainya. Krisis multi dimensi itu berakar pada krisis etika, krisis moral. Bangsa Indonesia telah berpolitik, berekonomi, melaksanakan hukum dan sebagainya tanpa etika, tanpa moral. Karena itu dalam pendidikan termasuk pendidikan agama anak didik ditempa untuk mampu:
– berpikir kritis. Tahu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
– berinisiatif dan berprakarsa. Dalam situasi yang sulit ia mampu membuat terobosan-terobosan.
– bersikap dan bertindak inovatif.
– bersikap mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain dan membangun relasi, berdialog dan terbuka dengan sesama (inklusif).
Semua sikap dan tindakan itu tentu saja menyangkut kemampuan dan kompetensi, bukan sekedar pengetahuan saja. Peserta didik hendaknya mampu berpikir (kognitif), mampu menentukan sikap (affektif) dan mampu bertindak (psikomotorik). Dengan demikian ia menjadi manusia yang bermartabat. Dalam pendidikan agama (Katolik) bukan sekedar proses pengalihan pengetahuan iman dari guru kepada peserta didik, tetapi suatu proses pergumulan untuk menginterpretasikan ajaran imannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kalau proses ini dilatih terus menerus, maka peserta didik akan terampil dan kompeten untuk selalu melihat intervensi Allah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dan itulah artinya hidup beriman. Dengan demikian keterampilan dan kompetensi ini akan merupakan bekal bagi hidupnya yang tak ternilai.
3. Pengembangan Program Katekese Anak Usia Dini di Sekolah Bina Iman Anak atau Sekolah Minggu
Pembinaan iman anak bertujuan membangan atau mendewasakan religiositas anak. Dengan bantuan pembinaan iman, anak diharapkan menghayati imannya dengan semakin mandiri dan semakin bertanggung jawab. Perlu dipahami bahwa tempat dan cara mengembangkan iman anak, pertama-tama berkembang dalam keluarga melalui pengajaran dan teladan yang diberikan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Iman anak berkembang pula dalam pembinaan iman anak yang dilaksanakan melalui pengajaran dan teladan pembina iman anak, bukan sebagai pengganti, tetapi sebagai pengembang dan pelengkap pembinaan iman anak dalam keluarga. Iman anak juga berkembang dalam pergaulan dengan teman melalui pengaruh yang diberikannya. Iman anak berkembang dalam jaman yang maju ini melalui pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi informatika, dan perkembangan pemikiran manusia.
Kelompok Bina Iman Anak (disingkat: BIA) merupakan salah satu wadah yang secara sengaja dibentuk oleh paroki untuk ‘menularkan’ iman Kristiani kepada anak-anak. Model pengajaran yang diterapkan melalui permainan, nyanyian, dan cerita Kitab Suci. Dengan cara ini, anak-anak akan mengetahui secara lebih baik siapa sebenarnya yang mereka imani, mendekatkan mereka pada Yesus, serta menjadi bekal bagi mereka agar kelak mereka mampu mempertanggngjawabkan iman yang mereka miliki kepada orang lain. Kalau tidak, maka generasi penerus kita akan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak cukup tahu tentang apa yang dianutnya.
Karena itu maka betapa pentingnya kasih sayang yang kita curahkan kepada anak-anak, cinta kita lebih berarti dari uang. Perhatian, kasih sayang, masih kurang jika tidak mau memperlajari perkembangan anak tersebut.Perlu diingat masa kecil adalah landasan pendidikan (Iman, perilaku, budi pekerti, dll) untuk masa depannya, jadi sangatlah penting. Kami sekedar merangkum tulisan perkembangan anak 3-5, 6-8, 9-11 tahun, dan apa yang harus kita lakukan dalam perkembangan anak tersebut. Banyak keluarga sekarang lebih memberi beban pada pengasuh, itu salah, kasih sayang kita sebagai keluarga lebih dibutuhkan.
a. Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak Usia 3-5 tahun
1) Perkembangan Fisik
Sangat aktif, selalu bergerak, fisik anak akan bertumbuh dengan pesat.
Ia lebih suka melakukan sesuatu daripada menjadi penonton.
Ia belum dapat tahan pada aktivitas yang terlalu lama.
Bertumbuh dengan pesat; otot besar berkembang lebih dulu daripada otot kecil.
Mudah terserang penyakit.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Ruangan Sekolah Minggu sebaiknya tidak sempit.
Sediakan waktu untuk mengambar memilih nyanyian dengan gerakan, permainan, drama.
Menyusun acara SM yang bervariasi, cerita Alkitab 5-10 menit saja.
Pekerjaan yang halus (mengunting) belum dapat dikerjakan dengan teliti.
Perhatikanlah anak yang kurang sehat.
2) Perkembangan Sosial
Egosentris, belum melihat dan mengerti orang lain.
Orientasi utama ialah terhadap keluarga (orang tua, kakak, adik).
Menuntut perhatian, ingin dipuji.
Membutuhkan dukungan.
Maju dalam hal bermain bersama anak lain.
Implikasi pembinaannya adalah:
Berilah cukup perhatian kepada setiap anak; sebaiknya mereka duduk dalam lingkaran.
Kenalkan orang tua dari setiap anak kecil, kunjungilah keluarganya. Bercerita mengenai keluarga dalam Alkitab.
Pujilah dia, asal jangan berlebihan.
Apa yang benar dan baik dapat didukung.
Berilah kesempatan bergaul dengan kawan sebaya.
Setialah pada kelasmu, jangan terlalu banyak ganti guru. Berilah batas-batas tertentu dalam SM tetapi terbuka juga untuk perubahan.
3) Perkembangan Mental
Pengertian akan kata-kata bertambah tetapi masih terbatas.
Pengertian tentang jarak dan waktu masih sangat terbatas.
Daya tahan konsentrasi sangat terbatas.
Mengerti hal yang nyata.
Dapat menghafal tetapi belum mengerti artinya dan juga cepat lupa.
Memberi respon terhadap rangsangan intelek.
Belajar melalui menirukan orang lain.
Selalu ingin tahu.
Daya khayal kuat, kadang-kadang sulit membedakan kenyataan dan khayalan sangat kreatif, suka membuat cerita sendiri.
Belajar melalui semua panca indera; melihat, meraba, merasa, mencium,mendengar.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Pakailah kata-kata yang sederhana, ulangi kata-kata baru, ucapan perlu jelas.
Minta perhatian untuk waktu tertentu saja, kemudian ganti aktivitas.
Berbicaralah hal yang konkrit.
Bahan hafalan (doa, nyanyian, ayat Alkitab) harus jelas dan sederhana, sering diulangi dan dibahas ulang, sehingga pengertian bertambah.
Pakailah kata-kata baru, nyanyian baru (yang sederhana).
Jadilah teladan yang dapat ditiru. Hentikanlah kelakuan anak yang kurang baik, sebelum dicontoh oleh anak lain.
Jawablah dengan sabar semua pertanyaan.
Dengarkanlah baik-baik kalau seorang anak kecil bercerita untuk mengerti alam pikirannya. Cegahlah kalau berlebihan. Pakailah daya khayal dalam drama spontan.
Susunlah ruangan sedimikian dan bawa alat peraga, supaya ada rangsangan untuk panca indera.
4) Perkembangan Emosional
Emosi yang dialami pada umur ini sangat kuat, tetapi kesanggupan untuk mengontrolnya belum begitu berkembang.
Emosi anak kecil belum stabil dan sering berubah, mudah menangis, mudah tertawa.
Anak kecil sering mengalami rasa takut. Rasa takut adalah emosi yang wajar dalam proses berkembang.
Anak kecil bisa marah dan meledak, kalau terlalu banyak halangan dan larangan.
Dapat menunjukkan rasa jengkel, kalau merasa dirinya sanggup, padahal belum. Akibatnya kecewa dengan hasil pekerjaannya.
Mudah iri hati, kalau anak lain diperhatikan khususnya adik yang masih kecil.
Sering menangis sambil meminta sesuatu.
Senang dengan alam semesta, mengagumi bunga, binatang, pemandangan.
Senang dengan makanan enak.
Dapat sayang kepada orang yang dekat kepadanya, juga dapat menunjukkan belas kasihan kepada anak lain.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Ciptakanlah suasana yang tenang, tetapi gembira. Sebagai orang dewasa perlu mengontrol emosi sendiri.
Kalau emosi negatif, tunjukkan perngertian, kemudian coba membelokkan emosi itu kearah yang positif: berikanlah aktivitas baru.
Hiduplah dekat pada anak untuk mengetahui apa yang ditakuti dan lindungi dia. Berilah penjelasan kalau yang ditakuti tidak beralasan. Jangan sekali-kali menakut-nakuti anak supaya tunduk.
Berilah seperlunya saja larangan serta penjelasan. Ledakan/tangisan jangan dibiasakan sebagai senjata/alat untuk mendapatkan sesuatu yang diingini.
Memberanikan untuk mengerjakan sesuatu tanpa mengharapkan hasil yang sempurna; perhatikan setiap pekerjaan dengan interes sekalipun belum sempurna.
Berilah pengertian, perhatian dan kasih; mengajak untuk berbuat baik terhadap anak lain atau anak kecil lain.
Berilah petunjuk bahwa ia boleh minta, tanpa menangis/paksaan.
Ajarlah bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, sehingga anak belajar memuji Allah.
Ajarlah untuk berterima kasih atas segala makanan dan minuman yang diterima.
Biarkanlah dia mengekpresikan rasa sayang kepada anak lain; ajarlah dia berdoa buat teman lain.
5) Perkembangan Rohani
Mudah percaya.
Ikut kepercayaan orang tuanya.
Mulai membedakan yang benar dan yang salah.
Mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Pemberi segala sesuatu yang baik, sebagai Tuhan yang dapat menolong.
Implikasi Pembinaannya adalah
Apa yang diajar harus benar, agar layak dipercaya/tidak menyesatkan.
Orang tua harus menjadi teladan yang baik. Guru SM mengusahakan hubungan yang baik dengan orang tua anaknya.
Ajarlah bahwa Allah mau supaya kita melakukan yang baik, Tuhan mau mengampuni kesalahan kita.
Memimpin anak untuk menyembah Allah sebagai Pencipta, Pembimbing , Penolong.
b. Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak 6-8 tahun
1) Perkembangan Fisik
Bertumbuh pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian jadi gemuk.
Gigi susu ganti gigi tetap.
Penuh energi, suka bergerak dan aktif sekali, lama-kelamaan keaktifan lebih terarah.
Masih senang berlari-lari.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Perlu makanan yang bergizi, dan cukup banyak istirahat, aktivitas ramai berselang-seling dengan aktivitas tenang.
Latihlah, melalui permainan sepak bola atau permainan lain, berenang, dsb.
Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain harus seimbang.
2) Perkembangan Sosial
Masih merasa dekat dengan orang tua. Senang dalam keluarga mereka.
Hormat dan segan kepada guru.
Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai hilang dan diganti dengan kesanggupan untuk mengerti.
Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri.
Kurang sabar terhadap anak kecil.
Belum tahu “kalah dengan hormat”.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Carilah kontak yang baik dengan orang tua. Kunjungilah keluarga mereka.
Janganlah mengecewakan mereka.
Berilah banyak kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya, ajarlah agar saling mengerti.
Guru harus dekat dengan mereka bila mereka bertengkar, ia perlu berfungsi sebagai jembatan perdamaian.
Ajarlah mereka untuk mengerti anak kecil.
Belum waktunya untuk mengadakan banyak perlombaan, lebih baik mengajarkan kerja sama.
3) Perkembangan Mental
Konsentrasi tahan lebih lama, mereka sanggup mengikuti pelajaran di sekolah sampai 43 menit.
Dapat mengikuti instruksi guru dan mengerjakan tugas tertentu.
Bertumbuh dalam hal tanggung jawab karena dapat lebih mengerti.
Senang mendengar cerita, meskipun sudah dapat membaca.
Belajar membaca, menghitung, menulis.
Belum mengerti hal yang abstrak. Cara berfikir berdasarkan hal yang konkrit.
Belum mempunyai pendapat sendiri, masih bergantung dari pendapat orang dewasa, orang tua, guru.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Mengharapkan/antisipasi mereka untuk duduk tenang selama bercerita, kemudian diberi kesempatan untuk bergerak.
Berilah tugas, seperti mengulangi ayat hafalan atau cerita.
Berilah tanggung jawab sesuai kemampuan.
Jadikanlah cerita Alkitab pusat pelajaran di SM.
Pakailah alat peraga dengan huruf yang jelas.
Pakailah kara-kata dan contoh-contoh berdasarkan hal yang konkrit dan sederhana.
Berilah contoh yang baik dalam kelakuan dan perkataan, dan menantikan mereka meniru contoh itu.
4) Perkembangan Emosional
Lebih stabil, tetapi mudah gelisah, gugup, kadang-kadang putus asa.
Pada permulaan anak merasa kuatir, belum bisa, lama-kelamaan lebih yakin akan diri sendiri.
Kurang sabar terhadap diri sendiri.
Membesar-besarkan.
Dapat merasakan perasaan teman lain juga perasaan orang tua.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Usahakan suasana yang tenang, ramah. Anak tidak boleh ditertawakan.
Berilah tugas yang tidak terlalu sulit. Memberanikan anak dalam segala hal yang terasa sulit.
Ajarlah dia bekerja dengan tenang dan menyelesaikan apa yang dimulai dengan teliti.
Membetulkan fakta tanpa mempermalukan.
Ajarlah dia untuk mengekspresikan rasa sayang dan juga menolong kawan dalam kesulitan, termasuk orang tua.
5) Perkembangan Rohani
Mereka senang datang ke SM.
Kenal akan Allah, mulai bertanya tentang surga, neraka dan kematian.
Senang menghafal ayat firman Tuhan.
Sudah sadar akan dosa.
Mengasihi Yesus sebagai teman dan penolong.
Mereka memiliki iman sederhana, dan dapat dibimbing untuk menerima Tuhan Yesus.
Anak umur ini seperti tanah liat kalau menerima firman Tuhan, tetapi seperti batu yang keras dalam memegang apa yang telah diterima.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Jagalah supaya kesenangan ini tetap melalui persiapan yang matang dan pelajaran yang menarik, suasana kasih, tertib.
Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur.
Berilah ayat hafalan setiap pelajaran. Jagalah bahwa ayat tidak terlalu sulit/panjang.
Ajarlah bahwa Tuhan membenci dosa, tetapi mengasihi anak berdosa dan bersedia mengampuni.
Ajarlah banyak tentang Tuhan Yesus.
Memberi kesempatan untuk dapat menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
Ajarlah hal yang besar dengan cara terbaik karena mereka mengalami masa perkembangan yang baik sekali untuk “menerima dan memegang”.
c. Perkembangan dan Implikasi Pembinaan Anak 9-11 tahun
1 Perkembangan fisik:
Aktif/penuh kegiatan, badan kuat dan seimbang, suka mengembara di alam terbuka, senang berolah raga.
Tertarik kepada orang yang kuat dan cakap, olahragawan sebagai pahlawan tetapi juga tokoh-tokoh yang berhasil di bidang lain.
Lebih senang bermain daripada bekerja, khususnya kalau pekerjaannya tidak sesuai dengan selera.
Suka berkelahi karena bersaing.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Berilah kesempatan untuk petualangan, tantanglah dia melalui aktivitas di alam terbuka, berilah kesempatan berolah raga sesuai dengan kesanggupan yang ada.
Ceritakanlah tentang pahlawan-pahlawan iman dari Alkitab yang “berhasil”, meskipun mereka juga menderita.
Tantanglah mereka, supaya mereka selesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin, kemudian mereka diijinkan bermain.
Mengadakan perlombaan yang kreatif, dan ajarlah konsep “kalah dengan hormat”.
2) Perkembangan Fisik
Masih tunduk terhadap pemimpin, tetapi coba mengujinya melalui memberontak.
Rindu pemimpin yang tegas, berani dan berwibawa.
Akan mendendam kalau diperlakukan tidak adil.
Setia kawan, suka berkelompok dalam “gang”. Anak yang kurang berani atau kurang kuat dijauhkan.
Mulai tertutup terhadap orang tua, tahu menyimpan rahasia.
Mulai menjauhi jenis kelamin lain.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Jadilah pemimpin yang cerdas dan yakin (persiapan yang memadai) dan mempertahankan disiplin dan suasana saling menghormati dalam kelas.
Tantanglah mereka, sebelum mereka menantangmu! Kewibawaan berasal dari hidup berdisiplin sendiri dan bergaul dengan Tuhan.
Memperlakukan mereka dengan adil.
Cobalah untuk mengenal dan memenangkan “kepala” kelompok, supaya dia menjadi penolong. Ajarlah mereka memperhatikan anak-anak yang lemah.
Cobalah untuk mendapat kepercayaan mereka tanpa memaksa mereka. Jadilah teman mereka, kakak!
Biarlah mereka duduk terpisah, tapi jagalah suasana saling menghormati.
3) Perkembangan Mental
Konsentrasinya baik, mudah menghafal.
Suka akan penyelidikan, berusaha mencari jawaban sendiri.
Ingin mengetahui tentang negara dan kebudayaan negara lain.
Memperkembangkan pendapat sendiri.
Senang mengadakan koleksi, misalnya perangko, kupu-kupu, serangga,
Mempunyai pengertian tentang keadilan.
Ingin bebas, menentang paksaan.
Biasanya percaya diri.
`
Implikasi Pembinaannya adalah:
Merencanakan bahan hafalan yang berguna.
Mereka dapat diaktifkan untuk mencari jawaban sendiri dalam Alkitab atau bacaan lain.
Sajikan cerita misi dan cerita-cerita dari orang Kristen di negara lain.
Berilah kesempatan untuk bertanya, berdiskusi.
Memberanikan mereka untuk membagikan pengalaman tentang koleksi mereka.
Berlakulah adil dalam segala hal, menekankan keadilan dan sifat adil dari Tuhan.
Berilah kebebasan tanpa menghilangkan disiplin.
Meskipun mereka tampak yakin dan berani, ajarlah mereka supaya hidup bergantung dari Tuhan.
4) Perkembangan Emosional
Mereka masih senang diperhatikan, tetapi canggung menerima kasih yang dinyatakan secara terang-terangan.
Mereka biasanya merasa aman; tidak banyak hal yang menakutkan mereka. Dan kalau takut, mereka segan mengakuinya.
Dapat cepat marah, tetapi emosi marah tidak lama.
Senang humor, tetapi kadang-kadang tidak tahu batas dan menyakiti orang lain dengan lelucon yang tidak pada tempatnya.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Berilah perhatian pribadi kepada mereka, tanpa menonjolkan perhatian itu di depan kawan sebaya mereka.
Coba mengerti, dimana ada segi-segi yang membuat mereka merasa kurang aman, bicarakanlah tentang hal itu tanpa memancing pertanyaan, berilah kenyataan saja.
Tetap tenang, meskipun kena letusan marah, baru berbicara, kalau rasa marah berkurang.
Jangan tunjukkan sikap terlalu serius, pakailah humor di mana mungkin, tetapi ajarlah juga di mana batasan lelucon; ajarkan mereka ikut merasakan perasaan orang lain.
5) Perkembangan Rohani
Banyak pertanyaan tentang hidup sebagai orang Kristen, apa yang tidak boleh.
Masih senang datang ke Sekolah Minggu, khususnya kalau boleh aktif dan senang dengan guru.
Senang dengan cerita Alkitab tentang pahlawan iman dan sejarah bangsa Israel.
Suka melakonkan drama spontan, juga menyanyi dalam koor.
Tidak terlalu beremosi dalam kerohaniannya.
Terbuka terhadap perkara-perkara rohani, dan dapat diajar tentang pertobataan dan keselamatan.
Mereka tahu akan akibat dari perbuatan yang tidak baik/dosa dan takut akan akibat itu.
Sering mereka menetapkan tujuan moral yang terlalu tinggi.
Anak besar membutuhkan dorongan untuk membaca Alkitab pribadi tiap hari.
Implikasi Pembinaannya adalah:
Pakailah segala kekayaan Alkitab khususnya sepuluh Hukum, untuk menanamkan suatu patokan untuk hidup keKristenan mereka.
Berilah tanggung jawab kepada mereka sebanyak mungkin, ajarlah mereka supaya saling memperhatikan dan saling menolong secara aktif.
Kurikulum Sekolah Minggu untuk umur ini harus mengajar banyak tentang pahlawan iman.
Berilah kesempatan untuk ekspresi kreatif. Baik sekali kalau diadakan koor.
Kalau menantang mereka, umpamanya untuk bertobat, tidak usah merangsang emosi.
Berilah pengetahuan dan kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan.
Berilah pengertian bahwa dosa dapat dihapus oleh darah Tuhan Yesus Kristus dan bahwa akibat dosa boleh diserahkan kepada Tuhan.
Ajarlah mereka hidup sesuai dengan patokan Tuhan yang juga memberi kekuatan untuk berbuat baik.
Berilah dorongan secara positif: Firman Tuhan adalah”makanan tubuh rohani kita”. Kalau ingin menjadi kuat, harus membaca.
Memperkenalkan bahan untuk waktu teduh.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian latarbelakang, masalah dan gambaran perkembangan anak dan implikasi dalam program pembinaan iman anak usia dini maka diperlukan kompetensi dari guru atau pembina Bina Iman Anak atau Sekolah Minggu untuk mencapai tujuan Bina Iman Anak . Kmptemtesi-kompetensi guru itu antara lain, memiliki spiritualitas sebagai pewarta, kepribadian yang baik sebagai seorang pendidik, pengetahuan yg baik ttg: Ajaran Iman Katolik (KS, Kateketik), pedagogi, psikologi, metodologi pengajaran, juga kompetensi sosial (mampu berinteraksi dengan semua orang), Dll. Tanpa kompetensi tersebut, kegiatan Bina Iman Anak di gereja ataupun di rumah kurang membawa dampak bagi perkembangan iman anak di kemudian hari.
Sumber:
Komkat KWI, Pendidikan Anak Usia Dini, Komkat KWI, Jakarta, 2010
—————–, Kurikulum Pendidikan Agama Katolik di Sekolah, Komkat KWI, Jakarta, 2003
Kongregasi untuk Imam, Petunjuk Umum Katekese, Jakarta, Dokpen KWI, 1995
Suryabrata Sumadi, Ph.D, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005
bagus .
Apakah dapat membantu kami memberikan sumber untuk membantu kami menyampaikan kepada anak anak di masa PANDEMI melalaui online/secara virtual bagi anak anak di lingkungan kami.