Hari Minggu Prapaskah I
Bacaan I : Kej 2:7-9; 3:1-7
Bacaan II : Rom 5:12-19
Bacaan Injil : Mat 4:1 – 11
T E R P I K A T
Diceriterakan bahwa ada seekor kucing yang kerjanya sehari-hari menjual cacing untuk para unggas. Yang anehnya ialah bahwa urusan jual beli cacing itu dilakukan dengan sistem barter, sistem tukar menukar barang. Sang kucing memberi cacing dan para unggas harus menyerahkan sehelai bulu sayapnya.
Adalah seekor burung elang, raja segala elang, yang keranjingan memangsa cacing milik sang kucing itu. Untuknya tidak ada soal bahwa setiap hari ia harus menyerahkan setangkai bulu sayapnya untuk seekor cacing yang ditawarkan sang kucing. Ia sungguh keenakan dan ketagihan memakan cacing-cacing itu, sehingga bahaya yang mengancam tak disadarinya dan tugasnya untuk memimpin para elang tak terpikirkan lagi. Ia terpikat dan dikuasai oleh nafsunya untuk menikmati rejeki cacing yang ditawarkan sang kucing itu.
Pada suatu hari ketika ia menyerahkan bulu sayapnya untuk kesekian kalinya untuk memperoleh cacing sang kucing, tiba-tiba ia merasa bahwa tidak mampu terbang lagi. Pada saat itulah sang kucing menangkapnya dan memangsanya.
***
Kisah ini mau mengatakan bahwa kita sering terpikat dan tertangkap oleh satu barang atau suatu hal dalam hidup ini.
Mungkin saja barang atau hal itu sesuatu yang baik dan bermanfaat. Oleh sebab itu keterpikatan kita terhadap barang atau hal itu tentu saja baik. Hanya ia menjadi tidak baik kalau keterpikatan kita terhadapnya membuat kita lupa terhadap hal-hal yang lebih pokok, atau lebih luhur.
Kita bisa terpikat dengan urusan rejeki. Kita bisa terpikat kepada harta dan kekayaan. Kita bisa terpikat kepada kekuasaan dan kedudukan. Kita bisa terpikat kepada kenikmatan dan kesenangan yang wajar. Itu semua baik dan wajar!! Tetapi semua keterpikatan itu hendaknya tidak boleh membuat kita lupa kepada hal-hal yang lebih pokok dan luhur, seperti Kerajaan Allah dan keselamatan kita yang abadi. Jangan sampai oleh obsesi kita terhadap hal-hal itu, Allah dan Kerajaan Allah terabaikan, dan dengan demikian keselamatan kita sendiri tidak terjamin lagi. Kita menjadikan hal-hal itu ilah-ilah baru dalam kehidupan kita. Kita menjadi penyembah berhala baru di abad modern ini!!
Dalam Injil hari ini kita mendengar bagaimana Tuhan kita pernah dicoba dengan hal-hal yang sama sesudah ia berpuasa selama 40 hari di padang gurun.
Percobaan pertama menyangkut soal perut, soal rejeki. Soal jaminan sosial-ekonomi. Kepada Yesus yang lapar sesudah lama berpuasa, setan mengusulkan supaya Yesus merubah batu-batu yang ada di situ menjadi roti. Kisah ini tentu suatu kisah simbolik. Pada dasarnya rupanya setan mau mengarahkan Yesus yang lapar supaya Ia terobsesi oleh roti, oleh urusan perut dan sosial ekonomi. Bangsa Israel, selama 40 tahun mereka mengembara di padang pasir, tiap kali mereka bersungut dan berpaling dari Allah karena soal roti ini. Mereka begitu dalam terpikat dengan soal makan – minum itu!.
Belajar dari sejarah leluhurnya, Yesus berusaha untuk membuat pilihan yang tepat. Obsesi utama Yesus adalah Kerajaan Allah, maka Yesus katakan: Manusia tidak hidup dari roti saja!! Tetapi terutama dari firman Allah.
Percobaan kedua menyangkut kenikmatan, kesenangan dan kepuasan. Setan mengajak Yesus untuk berakrobatik terjun bebas dari bubungan Bait Allah, sebab nanti Allah akan mengirim malaikat-malaikat datang menatang-Nya dengan tangan-tangan mereka, sehingga kaki-Nya tidak akan terantuk pada batu-batu, seperti ada tertulis dalam Kitab Suci! Suatu show dan rekreasi yang menyenangkan. Tetapi Yesus rupanya tidak terpikat. Yesus menjawab: Ada tertulis pula, jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu!
Percobaan ketiga menyangkut kekuasaan dan kedudukan. Setan membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada Yesus semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, dan berkata: semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku, Yesus ditawari kekuasaan politis. Untuk itu Yesus menjawab: Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dialah engkau berbakti! Tidak kepada iblis, kekuasaan ataupun kedudukan.
Seperti sudah dikatakan tadi bahwa kisah cobaan ini adalah kisah simbolis. Setan mungkin tidak muncul dalam sosok tubuh yang nyata dan membujuk Yesus untuk merubah batu menjadi roti, untuk menerima kekuasaan politis dan kesenangan dunia dsbnya. Percobaan-percobaan itu mungkin lebih bersifat bathiniah, di dalam pikiran dan hati Yesus, untuk membuat pilihan-pilihan dalam hidup dan karya-Nya.
Cobaan-cobaan itu tentu saja menarik dan tidak gampang untuk dikesampingkan begitu saja.
Mengapa Yesus tidak tergoda untuk menerima tawaran-tawaran itu.
Menurut penginjil Matius kisah tentang percobaan ini terjadi sesudah kisah Yesus dipermandikan di sungai Yordan oleh Yohanes. Dalam kisah permandian itu Yesus diperkenalkan sebagai Putera yang berkenaan di hati Allah. Misi dan tugas dari Yesus Sang Penebus kemudian menjadi jelas, yaitu mewartakan Kerajaan Allah! Itu tugas pokok Yesus.
Kisah percobaan itu pada dasarnya mau melukiskan bagaimana Yesus digoda supaya Ia lebih mengfokuskan perhatian dan usaha-Nya pada jaminan sosial bagi diri-Nya dan bangsa-Nya, pada perjuangan politis membebaskan diri-Nya dan bangsa-Nya, pada usaha membuat diri-Nya dan bangsa-Nya hidup senang dan tenteram…….
Tetapi Yesus menolak. Ia bukan sekedar tokoh pembaharu kehidupan sosial ekonomi atau politik. Misinya lebih dari itu. Membangun Kerajaan Allah di bumi ini!
Percobaan ini tentu tidak sekali jadi dalam hidup Yesus. Mungkin saja bisa bahwa selama hidup-Nya Yesus senantiasa digodai dengan cobaan-cobaan itu. Penginjil Lukas mencatat: sesudah iblis mengakhiri semua percobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik untuk muncul lagi (Luk 4:13).
***
Sang iblis akan senantiasa muncul juga dalam hidup kita para pengikut Kristus untuk mencobai kita. Sering dengan godaan yang sama.
Percobaan pertama: Godaan menyangkut soal perut, soal sembako, soal jaminan sosial ekonomi. Dalam situasi krisisseperti sekarang ini, dimana beban hidup terasa semakin berat, bisa jadi seluruh minat dan perhatian kita hanya tertuju kepada urusan perut dan jaminan sosial ekonomi masa depan saja, sehingga Tuhan sungguh terdepak dari pikiran dan perhatian kita. Kadang-kadang memang sulit untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan di tengah kemelut hidup ini. Tetapi itulah tantangan hidup ini. Tetapi itulah tantangan untuk beriman!! Permata akan semakin bercahaya kalau digosok !! Mungkin juga demikian dengan iman kita.
Percobaan kedua: Godaan menyangkut kesenangan, hiburan dan kenikmatan. Dalam suasana serba kalut dan tertekan karena beban ekonomi dan politik, orang bisa mencari rupa-rupa hiburan dan pelarian. Hiburan dan pelarian dalam bentuk miras, judi, pelesir, ekstasi, dan sebagainya. Hiburan dan pelarian itu bisa membuat orang fly dan lupa akan derita, lupa akan kesulitan, tetapi juga lupa akan Tuhan!! Memang kenikmatan dan kesenangan itu tidak selalu jelek! Ia sangat baik dan perlu untuk hidup kita. Tetapi jelas ia menjadi tidak baik, kalau ia membuat kita lupa pada misi dan tujuan pokok hidup kita yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya…..
Percobaan ketiga: Godaan menyangkut kekuasaan dan kedudukan. Dunia perpolitikan kita masih semrawut dan kisruh. Kerusuhan terjadi dimana-mana. Dalam situasi seperti itu bisa jadi orang berusaha untuk mencari selamatnya sendiri. Kalau perlu pakai kekerasan, tipu daya dan rekayasa. Tuhan, Kerajaan Allah dan nilai-nilai Kerajaan Allah yang luhur ditinggalkan saja!! Cobaan-cobaan muncul dalam banyak wajah, semakin beragam dan semakin canggih!! Semuanya itu bisa mengalihkan tugas dan misi pokok kita sebagai seorang kristiani!!