Renungan Natal Siang: “Pada mulanya adalah SABDA”

Bacaan: Yes. 52:7-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18.

Natal menempatkan kita dalam suatu relasi, suatu hubungan yang baru dengan Allah; membuka suatu cakrawal hidup baru; suatu pandangan baru, dmana Tuhan menjadi tumpuan harapan manusia yang mendambakan kasih karunia Ilahi. Natal kiranya membawa perubahan dalam sikap hidup manusia beriman: lama menjadi baru, menjadi manusia yang dapat menguasai diri, manusia yang baik, yang suka mengampuni, yang mau dan mencintai damai, yang solider dengan sesama, yang semakin mencintai.

Yesaya melukiskan bagaimana Israel bergembira atas berita damai, kabar baik, sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya dan menebus mereka. Warta gembira ini diberitakan kepada segala bangsa sehingga seluruh ujung bumi melihat penyelamatan oleh Allah. Di sini, orang yang menerima kabar gembira, warta keselamatan itu, harus menjadi pembawa kabar gembira, kabar keselamatan kepada orang lain di mana saja melalui sikap, kata dan hidupnya.

Selanjutnya Allah mengutus para utusan-Nya, para nabi untuk menyampaikan kabar keselamatan itu. Utusan Allah itu berpuncak pada diri YESUS Putera Allah sendiri. Yesus Kristus adalah segalanya. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Dia itulah yang oleh Yohanes dalam Injil diwartakan sebagai perwujudan Allah, yang oleh Firman, Sabda-Nya itu menjadi manusia, Yesus Kristus. Dalam bacaan kedua mengajak kita merenungkan bahwa natal harus meneguhkan perjalanan iman kita untuk bertemu dengan Yesus dan mengakui Yesus sebagai Putera Allah. “Sejak dahulu kala Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera-Nya”.

Merayakan Natal juga membuat kita menemukan suatu misteri baru dalam perjalanan ziarah iman kita. Injil mengatakan, “Sabda itu menjadi manusia dan diam di antara kita”. Itu berarti manusia itu adalah pribadi yang sangat penting yang perlu dihargai dan diperhatikan. Bahwa Tuhan hadir dalam sesama, dalam pribadi manusia. Karena itu, peristiwa natal  mengungkapkan betapa dekat dan bersatunya Allah dengan manusia ciptaan-Nya. Allah yang Agung itu menjadi Allah yang akrab, dekat, satu senasib dan sepenanggungan dengan manusia. Dalam segala ha Ia sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Tuhan tidak hanya ada di tengah kita, tetapi Ia sungguh menjadimanusia untuk membuka diri-Nya, mencintai, lahir, hidup dan wafat untuk manusia, untuk kita.

Pesta Natal adalah pesta keselamatan. Allah menyapa manusia dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus. Dialah Immanuel, Allah beserta kita. Bila demikian maka, Natal ini kiranya memberikan kita kekuatan, hiburan, harapan akan masa depan sehingga tetap tabah dan setia dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam memberikan kesaksian tentang berita kesukaan Natal di tengah dunia, di tengah kehidupan kita. Natal juga kiranya mendorong kita untuk melakukan refleksi, introspeksi, memantapkan kebersamaan untuk membaharui diri terus menerus, untuk dilahirkan kembali. Natal mengajak kita untuk menghayati kehidupan kita secara bertanggung jawab sebagai orang yang ditebus dan dibebaskan dari dosa. Dan pada akhirnya, dengan merayakan Natal Tuhan ini kita kiranya menghayati kelahiran baru sebagai anak-anak Allah, putera-puteri kesayangan Allah.

Tuhan datang sebagai terang dan terang itu bersinar dalam kegelapan, dan kegelapan tidaka akan menguasainya. Maka, semoga kita pun selalu menjadi terang dalam hidup ini berkat Firman-Nya yang sudah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.

Di depan bayi natal yang terbaring damai, kita datang bersujud. Yang kaya boleh jadi meminta sesuatu yang tidak terdapat pada harta kekayaannya, yang miskin datang boleh datang meminta sesuatu mengatasi kemiskinannya, yang putus asa boleh datang untuk mencari jalan baru, yang tertindas, boleh datang untuk mencari kelapangan hati, yang maju boleh datang untuk menyadari bahwa masih ada tujuan hidup yang lebih tinggi. Semua kita mengalami dan merayakan bahwa Allah dekat dengan kita. Ia adalah Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Ia tinggal, Ia ada, hadir untuk membebaskan kita, damai sejati bagi hati yang mendamba. Selamat pesta Natal. ***

 

 

Rm. Frans Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komisi Kateketik KWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *