Pertemuan Komkat Regio Nusra: “Katekese Migran dan Perantau”

Komisi Kateketik Regio Nusa Tenggara (Bali-NTB-NTT)  menyelenggarakan pertemuan  regional yang ke 38 di rumah retret putri carmel , Ruteng, Manggarai, Flores. Kecuali Komkat Keuskupan Agung Ende yang tidak mengirimkan peserta pertemuan, Komkat keuskupan lain, yaitu keuskupan Denpasar, Ruteng, Maumere, Larantuka, Kupang, Atambua dan Weetebula  hadir lengkap, ketua dan staf atau katekis yang mewakili Komkat Keuskupannya. Pertemuan ini juga  disokong oleh Komisi Kateketik KWI.

Pertemuan regional bertajuk “Katekese Migran dan Perantau” diawali dengan acara selamat datang secara seremonial adat-tradisional Manggarai dilanjutkan dengan misa pembukaan yang dipimpin ketua  regio Nusa Tenggara, Rm. Agustinus Sugiarto, Pr  didampingi sekretaris eksekutif  Komkat KWI, Rm. Frans Emanuel da Santo, Pr dan tuan rumah,  Ketua Komkat Keuskupan Ruteng, Rm. Stanislaus Harmansi, Pr.

                      Rm. Agus Sugiarto, Ketua Komkat Regio Nusra memberikan sambutan pada acara pembukaan pertemuan regional

Pada acara pembukaan, Ketua Regio Komkat Nusa Tenggara, Rm. Agus Sugiarto menyampaikan terima kasih kepada tuan rumah yang telah menyambut dengan sangat baik dan menyiapkan tempat pertemuan di rumah Retret Putri Carmel yang sangat tenang untuk saling berbagi pengalaman tentang karya katekese di keuskupan masing-masing. Kita sangat bersyukur, demikian Rm. Agus yang juga sebagai ketua Komkat Keuskupan Denpasar karena regio Nusra adalah regio yang paling aktif dalam meklaksanakan pertemuan regional. Kita sudah 38 kali pertemuan di luar pertemuan regio  di ajang Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia (PKKI) yang tahun depan, 2010  memasuki PKKI yang ke XII.

Pertemuan Regional kali ini untuk menyusun bahan “Katekese Migran dan Perantau” sebagai tindak lanjut dari hasil musyawah pastoral Gereja Nusa Tenggara yang telah dicanangkan di Keuskupan Atambua pada bulan Juli 2019 yang lalu.

Acara dilanjutkan dengan laporan kegiatan karya katekese di komkat keuskupan masing-masing (kecuali Komkat Keuskupan Agung Ende). Kegiatan yang dimoderatori oleh Bp. Blasius Naya Manuk dari Komkat Keuskupan Denpasar ini diakhiri dengan pendalaman bersama untuk saling memperkaya pengalaman berkatekese dan berpastoral di keuskupan masing-masing.

                (kika: Ketua Komkat K. Weetebula, Sr. Xaverin, PRR – Bp.Blasius Manuk (moderator) Ketua Komkat K.Atambua, bp.Niko Tnano menyampaikan laporan kegiatan                                    katekese di    Keuskupannya. 

Pada hari kedua, kegiatan diawali dengan  informasi  tentang komkat KWI dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan di sekretariat Komkat KWI serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahun-tahun mendatang seperti persiapan PKKI XI tahun 2000.  Selanjutnya  peserta pada inti pertemuan yaitu menyusun bahan katekese umat  dengan tema umum  “Katekese Migran dan Perantau”. Sebelum melangka pada proses penyusunan itu,  Rm. Marton, Pr (doktor Kitab suci dari komkat Keuskupan Maumere)  menyampaikan gagasan dasar biblis tentang katekese migran dan perantau.  Setelah itu peserta masuk dalam kelompok untuk penyusunan katekese dalam empat kelompok sesuai sub-sub tema yang telah disiapkan.

                 Rm. Dr. Marton, Pr  (tengah) menyampaikan gagasan dasar biblis  tentang katekese migran dan perantau

Setelah  bekerja dalam kelompok, diadakan pleno untuk menyampaikan laporan hasil kerja kelompok masing-masing dan pendalaman bersama.  Tema umum: Menjadi Gereja Perantau.  Kelompok  1, menyusun materi katekese  sub tema 1: Yusuf potret penderitaan seorang migran perantau. Kelompok 2, menyusun materi katekese sub tema 2, Yusuf, Kisah perantau sukses dari budak menjadi berkat. Kelompok 3 menyusun materi  katekese sub tema 3, Dipanggil untuk membangun Tanah Terjanji. Kelompok 4 menyusun materi katekese sub tema 4, Orang Samaria yang baik hati, model kepedulian Gereja kepada korban migran dan perantau.

Materi katekese yang telah disusun ini untuk sementara menjadi draft yang akan di-review kembali sebelum diterbitkan untuk digunakan sebagai bahan katekese umat di wilayah gerejani Nusa Tenggara. (Daniel B. Kotan).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *