Renungan Minggu Biasa  XXI: “Hidup Adalah Perjuangan”

Bacaan: Yes. 66:18-21; Ibr. 12:5-7; 11-13; Luk. 13:22-30

Dari sejak kecil sampai lanjut usia, dalam hidup ini setiap saat kita terus berjuang menghadapi berbagai hal. Berjuang dalam membangun hidup keluarga, berjuang dalam hal pendidikan bagi anak-anak kita, berjuang melawan penyakit, berjuang melawan godaan dan cobaan. Singkatnya, tiada hari tanpa perjuangan kalau mau hidup bahagia sejahtera, sehata rohani-jasmani, sukses dalam pelbagai usaha, dan lainnya. Jangan pernah berhenti untuk berjuang.

Yesus mengingatkan kepada kita untuk terus berjuang. Ia mengenal kita semua secara pribadi, la adalah pintu satu-satunya untuk kita sampai ke tempat perhentian terakhir yang dipenuhi dengan damai sejahtera dan sukacita kekal. Dengan menggunakan kata “berjuanglah”, Tuhan Yesus mau mengatakan kepada kita komitmen moral dan usaha yang terus menerus untuk berpartisipasi agar meraih kebahagiaan dan keselamatan kekal dalam perjamuan abadi di Surga. Yesus tidak mengatakan jumlah orang yang persis tetapi yang jelas, orang-orang yang setia mengikutiNya akan memperoleh tempat yang layak di Surga. Ia mengingatkan supaya para pengikutNya memiliki daya juang untuk memperoleh keselamatan.

Manusia mengharapkan keselamatan. Kita mengimani Allah dalam diri Yesus sebagai Penyelamat umat manusia. Ia memiliki kuasa atas keselamatan umat manusia.  Jerih payah, kerja keras atau pun segala upaya yang dilakukan setiap orang, agar dilakukan untuk memperoleh “keselamatan” itu. Mereka meyakini bahwa usaha serta pikirannya itu akan membawanya menuju kepada keselamatan. Bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang, melintasi batas-batas buatan manusia. Namun hanya orang-orang yang tetap setia, yang imannya selalu terarah pada Allah layak untuk masuk tinggal bersama-Nya di dalam kerajaan-Nya.

Pertanyaan yang ditujukan kepada Yesus, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”
Ajaran moral oleh Tuhan Yesus demikian keras sehingga para pendengar-Nya yakin bahwa hanya sedikit orang yang bisa diselamatkan. Yesus minta supaya berjuang masuk melalui pintu yang sesak, yaitu pintu yang sempit.Pertanyaan orang ini dilatarbelakangi oleh- pandangan orang Yahudi pada jaman itu bahwa orang Yahudi akan selamat secara otomatis, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak akan bisa selamat. Yesus tidak menjawab pertanyaan “sedikit” atau “banyak”. Namun Yesus memberikan dorongan kepada orang yang bertanya untuk berjuang memperoleh keselamatan itu karena “pintu yang sesak” itu. Bahwa keselamatan itu tidak secara otomatis diperoleh tanpa usaha, tanpa perjuangan.

Yesus ingin menyampaikan bahwa dirinya adalah pintu itu, artinya orang yang menerima keselamatan, jalan yang dilalui tidak akan mudah. Untuk masuk ke dalam pintu keselamatan yang sudah dianugerahkan itu diperlukan kesungguhan hati, sehingga jangan menganggap murah, mudah atau remeh. Kata ‘berjuanglah’ secara implisit ini mengandung arti bahwa dalam perjuangan yang diwajibkan Yesus itu, kita akan menghadapi banyak penderitaan, bahkan penderitaan yang sangat hebat. Butuh pengorbanan. Tidak mudah. Satu hal yang harus kita lakukan adalah melayani dan mengasihi seperti Yesus sendiri.

Keselamatan telah Yesus berikan, namun hanya orang-orang yang tetap setia dan selalu berjuang untuk selalu ingin bersama Yesus yang pada akhirnya akan masuk bersama-Nya di dalam Kerajaan Surga. Kita harus terus berjuang, harus berjerih payah : berjerih payah seperti orang yang berlari untuk mendapatkan hadiah; mengerahkan segala daya dan upaya kita. Artinya orang yang mau diselamatkan harus mengikuti Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh. Bahkan pengorbanan dan penderitaan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dalam meriah keselamatan, damai sejahtera dan kebahagiaan. Jangan menganggap remeh sebuah keselamatan yang telah Tuhan nyatakan. Dengan iman kiita percaya pada Yesus, kita harus tetap berjuang masuk ke pintu yang sesak dalam menghadapi tantangan dan pergumulan hidup yang kita alami. Jangan mundur dan menyerah tetapi tetap terus bersama Yesus berjuang dalam mempertahankan keselamatan yang telah Dia berikan kepada kita. Kita tetap bertekun dalam doa dan tetap terus bersama-Nyadalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Semua orang dipanggil kepada keselamatan, tetapi bagi kita semua pintu itu sesak. Tidak ada orang yang mengklaim dirinya sebagai orang yang memiliki hak istimewa. Perjalanan menuju hidup kekal memang terbuka kepada semua orang tetapi melalui pintu yang sesak sehingga butuh komitmen untuk mematikan egoisme diri.Banyak orang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan bangga sebagai orang Kristiani, sebagai orang Katolik tetapi hidupnya tidak mencerminkan Kristus di dalam dirinya. Orang-orang seperti ini ketika mengetuk pintu surga akan menerima jawaban “Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” (Luk 13:27).Jawaban Yesus kepada orang yang tidak mengikut Dia dengan sungguh: 1)Aku tidak mengenalmu 2) Aku tidak tahu dari mana kamu datang 3) la mencampakkan mereka : “Enyahlah dari hadapanku. Lalu Yesus menyebutkan alasan menolak mereka dengan mengatakan : “hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan”. lnilah yang menjadi perhatian dan kewaspadaan kita. Secara lahiriah kita boleh menipu manusia dengan segala sesuatu ketaatan dan melaksanakan berbagai kewajiban agama kita, namunYesus melihat hati. Ada orang yang memakai pakaian Kristus namun pekerjaan lblislah yang dilakukan. Kita bisa terkecoh namun Dia tidak akan pernah tertipu. Hukuman Tuhan adalah ratap dan kertak gigi. Penderitaan dan kemarahan akan ditimpakan kepada mereka. Lalu siapakah orang yang akan diselamatkan? Orang-orang yang akan bersama-Nya adalah mereka yang telah bersusah payah untuk sampai di pintu yang sesak. Mereka datang dari jauh – dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan. Mereka yang telah berhasil melalui berbagai iklim  kehidupan dan tetap setia pada Tuhan dalam berbagai kesusahan dan kemalangan yang menimpa hidup mereka.

Keselamatan adalah insiatif dari Allah dan butuh jawaban pasti dari pihak manusia. Allah memberi keselamatan sebagai anugerah, dan kita manusia menjawabi anugerah ini dengan menghidupi iman itu.

Paus Benediktus XVI mengatakan: “Persahabatan yang benar dengan Yesus ditunjukkan dalam cara hidup seperti ini: dengan kehendak hati yang baik, rendah hati, lemah lembut, berbelas kasih, mampu mengasihi, membangun keadilan dan kebenaran, memiliki komitmen untuk setia dan jujur dalam membangun kedamaian dan rekonsiliasi.” Bagi Benediktus XVI, kebajikan-kebajikan ini merupakan kartu identitas yang menunjukkan bahwa kita benar-benar sahabat Yesus Kristus dan akan membuka jalan kepada hidup abadi meskipun harus melewati pintu yang sesak.

Pemenuhan syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Allah justru dapat dilakukan oleh mereka yang tampaknya jauh tertinggal dan tersingkirkan namun mereka lah yang ada akhirnya diterima untuk masuk tinggal dalam kerajaan-Nya. Untuk selamat kita harus berjuang. Artinya sebagai orang beriman, justrumenyebabkan kita akan menjadi orang yang berjuang. Orang percaya yang tidak mau berjuang, jelas mereka bukanlah orang percaya. (bdk. Fil 2:12).

Pintu itu juga gambaran kerahiman Allah, yaitu wujud belas kasih-Nya sendiri. Sejatinya setiap manusia diundang masuk ke dalam-Nya. Hanya saja, semua yang baik itu tidak ada yang mudah. Demikian pula jalan untuk mencapai keselamatan itu tidak lapang. Orang harus berjuang dalam kebaikan-kebaikan untuk mencapainya.

Bagi kita, bukan tidak mungkin kita memperoleh keselamatan itu, asalkan dalam kehidupan harian, kita telah berhuang dan berjalan di jalan sempit itu, seperti tergambar dalam pertanyaan-pertanyaan ini: Siapakah yang dapat dengan mudah memaafkan orang dekat yang benar-benar menyakiti? Siapakah yang mudah memberikan yang dimiliki padahal dirinya sendiri sebenarnya sangat membutuhkan? Siapakah yang mudah untuk menerima direndahkan? Itulah usaha untuk datang dan membuka pintu. Tawaran sudah diberikan, apakah kita menerima tawaran itu atau menolaknya. Hidup adalah perjuangan. Selamat berjuang!

 

*******

RD. Fransiskus Emanuel da Santo, PR  adalah imam asal Keuskupan Larantuka, kini berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif, Komkat KWI, Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *