Renungan Hari Kamis Pekan Biasa XXXIV
Bacaan:
Wahyu 18:1-2,21-23;19:1-3,9a
Lukas 21:20-28
Persoalan tentang sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang masih menjadi permenungan kita pada hari ini. Yesus mengatakan tentang runtuhnya Yerusalem. Runtuhnya keadaan dan kebanggaan yang selama ini sudah dinikmati oleh bangsa Israel. Perkataan Yesus menjadi nyata pada kehancuran Yerusalem tahun 70 dan pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel. Sebelum sampai kepada masa-masa sulit ini dikatakan bahwa akan ada tanda-tanda alam yang hebat. Untuk ini semua, satu hal yang diharapkan adalah tetap setia pada cinta Allah dan selalu memperbarui diri dalam sebuh pertobatan yang berkelanjutan. Kesadaran dicintai secara sempurna oleh Allah dan keinginan untuk selalu memperbarui relasi itu dalam tobat yang tiada henti adalah jalan untuk tidak terjebak dalam kehancuran.
Gambaran akan kehancuran yang terjadi akibat ulah manusia yang selalu mendamba yang jahat dan membuang kebaikan di hatinya tampak dengan jelas dalam penggambaran Kitab Wahyu akan kejatuhan Babel. Babel mungkin adalah sebuah simbol di mana masyarakat dan pemerintahan yang ada dihidupi oleh aura kejahatan dan dosa. Pertobatan tidak muncul di sana. Untuk itu, pada saatnya, seorang akan menghapus kota itu dari sejarah dengan perandaian batu kilangan yang dilemparkan ke laut dan tidak muncul lagi. Demikianlah, seluruh kejayaan dan kenikmatan yang ada hilang dalam bayang.
Dua bacaan hari ini, Injil dan Kitab Wahyu mau mengajak kita untuk selalu mempersiapkan diri menyongsong hari Tuhan akan datang lagi. Tidak ada yang tahu kapan saat itu akan tiba, namun yang terpenting yang dituntut dari kita adalah mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri dengan selalu meletakkan kasih di depan segala tingkah laku, di depan segala suka cita, dan di depan segala cobaan hidup. Kasih Allah itu yang akan menuntun kita pada sebuah cahaya yang tidak akan pernah hilang. Kasih itu yang akan menyadarkan kita untuk selalu membarui diri dalam sebuah pertobatan saat kita jatuh dalam dosa. Kasih itu yang menarik kita dari dosa dan membawa kita selalu berada di jalan menuju Allah.
Secara sederhana, dua bacaan hari ini mengajak kita untuk selalu berbuat baik kepada semua orang. Berbuat baik tanpa pandang bulu. Berbuat baik dengan cinta yang besar karena Allah sudah terlebih dahulu mencintai kita. Di saat perbuatan baik itu sempat memudar dan kita jatuh dalam rasa dendam, iri hati, dan sebagainya, kita diajak untuk berhenti sebentar untuk merenungi kasih Allah itu dan melakukan sebuah pertobatan. Pertobatan dan kasih memampukan kita untuk siap menyambut kedatangan Tuhan dalam hidup kita jika saatnya telah tiba.
Mari selalu mencinta dan berbenah!
(Ignasius Lede)