PKKI XI Makasar: Komitmen Sebagai Pewarta dan Sinergisitas Dalam Tugas Pelayanan Gereja

tiga tokoh PKKI XI.jpg

PKKI XI di Makassar (29 Agustus- 2 September 2016) diawali dengan perayaan ekaristi kudus di gereja katedral Makassar dipimpin oleh Mgr John Liku Ada’ Pr, uskup Agung Makassar, didampingi Mgr Paskalis Bruno. Syukur, OFM, Ketua Komisi Kateketik KWI dan enam imam yang mewakil regio Komisi Kateketik Keuskupan di Indonesia. Dalam homilinya, Mgr John Liku Ada merefleksikan bacaan Injil (Mark 6:17-29) tentang Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya atas perintah raja Herodes. Ada kesan bahwa penguasa cenderung bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Namun disini kita tidak perlu fokuskan perhatian pada tiga tokoh; Herodes, Herodias dan putrinya. Kita justru harus fokuskan perhatian pada tokoh Yohanes Pembaptis. Pesan dari kisah kematian Yohanes Pembaptis ini adalah soal komitmennya yang kuat sebagai seorang pewarta sampai akhir hayat hidupnya. Semangat, spirit, komitmen hidup Yohanes pembaptis inilah yang harus kita bawa dalam PKKI XI ini.

Misa pembukaan PKKI XI ini, demikian Mgr John, dapat menjadi pintu masuk suci PKKI XI dan misa penutup nanti menjadi pintu suci keluar untuk mewartakan kabar baik, khususnya tentang kesucian keluarga sebagaimana yang dicanangkan Paus Fransiskus. Bahwa keluarga sebagai sel Gereja dan sel masyarakat. Keluarga yang sehat, akan menjamin Gereja atau masyarakat yang kuat. Cinta adalah inti dari lembaga perkawinan. Yesus sendiri menegaskan bahwa dasar dari segala hukum adalah cinta. Atau cinta sebagai hukum dasar dalam hidup manusia. Zaman ini penuh dengan tantangan yang berat termasuk dalam hal lembaga perkawinan atau keluarga. Kita sering mendengar ada WIL, PIL yang merusak kehidupan keluarga. Ada pula perkawinan sejenis yang bertentangan dengan nilai perkawinan katolik. Tantangan bagi keluarga modern yang lain adalah masalah sosial ekonomi. Sekarang ini telah berkembang pesat gaya hidup hedonistis dan materialistis. Egoisme semakin kuat, jurang antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Tantangan berikutnya adalah krisis iman. Nota Pastoral KWI tahun 2003 mengingatkan kepada kita, antara lain bahwa kini iman tidak lagi sebagai inspirasi hidup, tetapi hanya sebagai simbol-simbol belaka yang tak bermakna. Di Indonesia misalnya terjadi tindakan aborsi sekitar 2,5 juta orang setahun. Perkawinan sejenis juga merupakn wujud krisis moral yang sedang kita hadapi sekarang ini.

Mgr John berharap agar para peserta PKKI XI menggeluti ketiga permasalahan besar yang terjadi saat ini yaitu masalah ekonomi, dengan solusinya misalnya mendorong umat untuk masuk dalam gerakan CU. CU atau Credit Union tidak hanya sekedar untuk urusan ekonomi keluarga tetapi juga dalam kerangka gerakan iman. Masalah perkawinan/keluarga, dengan solusi misalnya mendorong pasutri masuk dalam gerakan kaum awam seperti ME, Pria Sejati Katolik, Wanita Bijak, dll. Masalah krisis iman, dengan solusi misalnya mendorong umat masuk dalam komunitas awam seperti gerakan chatolic ministry, dan gerakan-gerakan awam lainnya. Masa depan Gereja kita kini sangat tergantung pula pada gerakan kaum awam.

Pada acara seremonial pembukaan di aula wisma keuskupan Agung Makassar, Mgr John Liku Ada’ selaku tuan rumah mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta PKKI XI dan terima kasih atas ditunjuknya Keuskupan Agung Makassar sebagai tuan rumah PKKI XI. Dalam sambutannya, dengan mengutip pesan Paus Fransiskus, bahwa selama tahun kerahiman ini kita hendaknya sungguh merenungkan diri. Kita, orang Katolik harus berani keluar dari zona aman dan bergabung dengan saudara dan saudari yang beragama/berkeyainan lain untuk bersama-sama menanggulangi segala permasalahan duniawi yang sedang dihadapi. Dalam konteks Indonesia misalnya, kita bersama orang lain ikut serta mensukseskan gerakan revolusi mental yang dicanangkan oleh Jokowi, presiden RI. Apabila dikaitkan dengan PKKI XI yang mengambil tema tentang keluarga, maka kita dapat menjabarkannya semangat revolusi mental dalam karya katekese Gereja Katolik Indonesia.

Dirjen Bimas Katolik, Kementerian Agama Republik Indonesia, Bp. Eusibius Binsasi mengatakan bahwa kita patut bersyukur dapat berkumpul untuk membicarakan tema tentang keluarga yang nampaknya sangat penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Tema PKKI XI tentang keluarga merupakan tema yang sangat actual untuk dibicarakan. Perkembangan tekonologi informasi yang berkembang pesat seperti sekarang ini sangat memperngaruhi kehidupan keluarga, selain masalah lain yang telah disampaikan Mgr John Liku Ada. SAGKI 2015, kiranya sangat menarik perhatian Menteri agama, sehingga ia memerintahkan semua dirjen di lingkup kementerian agama untuk memberikan perhatian khusus pada pembinaan keluarga. Dalm kaitan dengan hidup keluarga, banyak nilai yang kini mulai tergeser oleh sikap gaya hidup egoistis, hedonistis, materialistis. Nilai-nilai pancasila pun tergerus, semakin kurang dihayati oleh masyarkat Indonesia. Berkaitan dengan nilai-nilai religius, pertemuan ini menjadi sangat penting untuk memanejemen kembali (tata keloloa) tugas pewartaan secara baik.

Ketua Komisi Kateketik KWI, Mgr Paskalis Bruno Syukur mengawali sambutannya dengan mengutip ajaran rasul Paulus “celakalah aku bila aku tidak mewartakan Injil. Sebagai pewarta, demikian Mgr Paskalis, kita perlu ingat baik-baik pesan St.Paulus ini.Pertemuan ini merupakan pertemuan ke 11, semoga tidak sekedar rutinitas tetapi sebagai ajang bagi kita refleksi dan mengevaluasi pertemuan sebelumnya sekaligus sebagai peluang baru untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya yaitu 1) Konsolidasi ilmu kateketik. Bahwa bidang ini penting, kita harus mengklaimkn diri secara positif…Konsolidasi antara pelaku ilmu kateketik dan pelaku katekese, 2) Menciptakan generasi baru katekis yang profesional dan 3) Menemukan cara-cara baru untuk berkatekese. Mgr Paskalis juga mengajak semua Komkat Keuskupan se-Indonesia untuk mencermati masalah-masalah keluarga yang sedang terjadi sebagaimana yang disampaikan Mgr John Liku Ada. Saatnya kita berjalan bersama gerakan-gerakan kaum awam, seperti ME, Pria Katolik Sejati, dll. Katekis perlu hadir dalam gerakan-gerakan tersebut untuk memberikan pencerahan dari segi ajaran Gereja, Kitab Suci, dll sesuai bidang keilmuan yang kita kuasai. Ketua Komkat KWI berjanji akan mencoba mengajak para uskup Indonesia untuk mengirimkan tenaga-tenaga imamnya untuk belajar secara khusus tentang katekese, sehingga ke depan kita meliliki tenaga-tenaga katekis (SDM) yang profesional. Di akhir sambutannya, Mgr Paskalis mengajak para peserta PKKI XI untuk memasuki pertemuan nasional ini dengan semangat rasul Paulus dan juga ajakan pastoral Paus Fransiskus dan paus-paus sebelumnya tentang keluarga sebagai sel Gereja dan masyarakat (Daniel B.Kotan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *