Kisah dan Refleksi Kehidupan Katekis Akar Rumput (5), Sr.Veronica Wahyu, “Lumpurmu Memikatku -Suka Duka Sebagai Katekis Di Rimba Asmat Keuskupan Agats-Asmat-Papua”

AGATS-2.jpg

Asmat, yah aku akan ke Asmat !!
Betapa senangnya aku untuk berkarya dan melayani umat di rimba Asmat yang unik, tenang dan menarik.

Mengawali perjalananku setelah selesai study di STKat Jogjakarta yang sekarang bernama FIPA USD tahun 1998, kakiku diajak melangkah ke ufuk timur matahari terbit yaitu di Asmat, Keuskupan Agats, Papua Selatan.

Kalau ingat-ingat akan angan-anganku pada waktu itu adalah berjalan kesana -kemari dengan speed boad untuk berkunjung pastoral ke kampung-kampung tanah papua. Waduh…rasanya sungguh sangat menyenangkan. Ternyata oleh Uskup aku diperbantukan dibagian ekonomat, dan wira wiri mengurus pesanan kebutuhan paroki-paroki. Bertentangan memang dengan apa yang ada dibenakku. Hampir selama 7 tahun berkecimpung dalam urusan administrasi, namun juga disela-sela week end saya ikut terlibat kegiatan pelayanan pastoral -katekse bersama pastor-pastor ke paroki-paroki terdekat. Dengan demikian semakin tersalurkanlah kerinduanku untuk ada dan bersama umat (ibu-ibu, OMK dan anak-anak).

Ternyata asyik juga setelah 7 tahun berkecimpung di perkantoran, semangat pelayananku sebagai Katekis lapangan tetap menggelora dalam hatiku. “Jangan berkecil hati, apabila merasa tidak mampu, serahkanlah selebihnya dalam Tangan Tuhan” Khususnya ketika saya diberi “perahu” dan saya diminta untuk menjadi pengemudinya yaitu memimpin Komisi Kepemudaan serta menangani Biro Peduli HIV-AIDS dan Penghubung Gender. Waduuuh beraaat amat, tapi sekali lagi itu ku jalani dengan senang hati dari tahun 2005 – 2008. Berkecimpung diantara orang muda dan remaja waduuh sangat menyenangkan. Orang muda yang sederhana, yang kadang kurang lancar membaca dan menulis, yang jauh dari informasi, menjadi tantangan tersendiri untuk bagaimana saya sebagai katekis bisa bersama dengan mereka berjuang untuk bangkit dan bisa semakin mengenal Yesus dalam diri, keluarga dan masyarakat. HATI ku untuk mereka, karena umat Asmatlah aku ada dan berada di di Asmat tercinta ini. Maka nilai kesabaran, kesetiaan, ketekunan, mau ada dan berada bersama mereka menjadi kunci dan semangat dalam pelayananku. Nilai-nilai dan semangat itu selalu ku pegang teguh dalam pelayanan dan kebersamaan dengan mereka. Berkecimpung dalam katekese remaja, dan orang muda merupakan kebahagiaan tersendiri. Berkatekese tentang pergaulan yang dikehendaki Tuhan. Maraknya HIV AIDS di Asmat menjadi keprihatinan tersendiri dan mengantarku untuk bersuara tentang persahabatan, pertemanan yang tidak mengarah kepada seks. 2 tahun terlibat dalam gerakan penaanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Asmat dalam wadah KPAD (Komisi Penanggulangan HIV AIDS Daerah). Berkeliling bersama tim mensosialisasikan Gerakan tolak HIV AIDS, dengan mengangkat dan mengedepankan bahwa Tuhan mencintai dan mengasihi kita, Tuhan tidak menghendaki kita binasa.

“Jangan berkecil hati, apabila anda tidak memahami dan menjalankan semua yang menjadi tuntutan tugasmu, yakinlah percayalah sebulat-bulatnya bahwa Allah akan membantu anda dalam segala tugas” beluuum banyak yang dibuat di komisi kepemudaan dan Komisi Penanggulangan HIV AIDS, sudah harus cabut untuk menggantikan posisi sebagai Ketua Komisi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi). Waduuuh lebih parah niiih. Ternyata setelah digeluti, dinikmati yah tidak beda jauh dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Disinilah saya sebagai Katekis dituntut untuk lincah, kreatif dan inovatif. Pada pelayanan ini saya lebih banyak bertemu dengan umat lintas umur. Berbagai pola pendampingan tercipta sesuai dengan Harapan Musyawarah pastoral dan Dewan Pastoral Keuskupan. Pendampingan pemberdayaan bagi kelompok tani-nelayan, kelompok anyam menganyam, kelompok simpan pinjam, memacu saya untuk mengantar pada Katekese Kerja, bahwa dengan dan melalui Kerja kita manusia menjadi teman cipta Tuhan Allah. Duduk bersama, bercerita kisah pergumulan hidup dalam keluarga, bergurau, bekerja bersama mewarnai kebersamaan saya bersama umat. Sering bergelayut dalam pikiran saya berkaitan dengan perkebunan ditanah lumpur asmat ini. Apakah mungkin tanah lumpur ini bisa ditanami sesuatu? Apakah menghasilkan sesuatu? Pikiran-pikiran itu terus mengusikku selama rentang waktu 7 tahun sebagai ketua komisi PSE. Untuk menjawabi itu usaha-usaha dan upaya-upaya kami bangun bersama umat. Pada saat tertentu saya sadar bahwa Tuhan mempunyai peranan dalam seluruh pergumulan, pelayanan, usaha dan upaya yang sedang dibangun bersama umat.

Selain berurusan dengan kelompok-kelompok, saya juga membagi waktu dan tenaga dalam pastoral lain : mengajar Agama di SMA Yan Smith Agats, memberikan rekoleksi, pendampingan bagi putra-putri altar, penggerak karismatik, terlibat dalam dewan paroki, terlibat dalam WKRI, Doa kerahiman ilahi. Kadang muncul kelelahan dan menjenuhkan ketika berhadapan dengan umat yang susah untuk bersadar atau berproses, maunya instan, cepat ada hasil. Tapi itulah bagian dari tidak enaknya namun saya tertantang untuk terus berupaya dengan bantuan Tuhan dan toh saya pribadi tetap enjoy dan semangat menghidupi diri sebagai pelayan, pewarta sabda di rimba Asmat tercinta ini.

Januari 2015, setelah 7 tahun bergelut dan bergumul di PSE akhirnya saya diminta oleh Bapa Uskup untuk membangun dan menghidupkan Komisi Kateketik. Waou sangat senang, karena saya merasa prihatin banyak hal yang belum terjamah. Maka dengan penuh sukacita dan semangat kusambut perutusan itu. Bersama 2 staf di kantor, 6 katekis yang tersebar di kampung atau paroki serta teman seperjuangan guru-guru agama yang ada disekitar kota Agats kujadikan tim yang bersama-sama memikirkan reksa katekese dan pastoral yang lebih hidup. 8 (delapan) bulan kulalui di Komisi Kateketik dengan memperhatikan katekis-katekis yang ada di paroki-paroki, pendampingan bagi remaja putri, kelompok ibu-ibu di paroki sawa, bersinergi dengan komisi lain untuk pendampingan dan pembekalan bagi dewan-dewan paroki ataupun stasi. Mempersiapkan modul-modul sakramen yang kontekstual bagi para pastur dan dewannya. Menyiapkan modul-modul pendalaman iman, rekoleksi, memperhatikan para guru agama sebagai kekuatan dalam katekese di sekolah. Sementara merangkap sebagai KKI dengan melakukan pendampingan bagi anak-anak di pinggiran kota Agats dan paroki-paroki yang juga bagian dari Katekese Anak.

Dengan kemampuan dan talenta yang ada, Tuhan telah memampukanku untuk membantu sesama di tanah Asmat. Hal ini membuat saya semakin mencintai Asmat dengan segala pernak pernik kehidupan dan pelayananku di Komisi Kateketik sejak Januari 2015. Saya sungguh menikmati dan bersyukur atas semua pengalaman hidup ini. Syukur bagiMu Tuhan atas perutusan dan panggilanMu untuk menjadi Katekis di ladang yang unik, menarik, menantang dan menggembirakan ini. Satu lagi diberikan perahu yang baru kepadaku. Ku yakin Tuhanlah juru kemudiku. Kuserahkan perahu kasih ini kepadaMu karena “Engkaulah Andalkanku”.

Sebagai pengikut Yesus dalam Kongregasi Sekular Putri Santa Angela dalam pelayanan dan perutusan saya selalu terinspirasi dan mengarah pada nasihat Bunda Angela sebagai pendiri Kongregasi yang memacuku untuk semakin terus dan terus mencintai panggilan dalam pelayanan sebagai Katekis adalah “Camkanlah … penghargaan yang harus anda berikan kepada mereka… semakin anda mencintai mereka, semakin anda mencintai mereka, semakin besar kesanggupan anda untuk melayani mereka.” (prakata Nasihat. St. Angela).

Inilah kisah suka duka pelayanan dan pewartaan di bumi Asmat, hadir sebagai sebagai Saksi Iman dan teladan hidup dalam keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja.

by Sr. Veronica Wahyu, PSA
Foto: FB Keuskupan Agats

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *