HAKIKAT dan model Gereja merupakan dua hal yang berbeda. HakIkat Gereja yang menjalankan perutusan dan misi menjadi hal yang sama untuk Gereja Katolik sedunia. Tetapi mengenai wajah atau model Gereja adalah khas/unik untuk setiap Gereja lokal. Maka yang menjadi sentral diskusi para uskup di hari yang ketiga ini adalah mencermati mengenai model Gereja ideal untuk Gereja Katolik Indonesia dan bagaimana itu diterapkan dalam konteks keuskupan.
Dinamika Hari Studi
Sejak hari pertama, para Bapak Uskup tanpa henti berkutat dalam berbagai sesi demi sesi dinamika hari studi. Tahun 2014 ini, tema hari studi yang digarap berpusat pada masalah teologi. Berkaitan dengan itu, para uskup dengan tekun mendengarkan masukan dari narasumber yang kompoten di bidangnya. Kegiatan hari studi para uskup ini dikemas secara dinamis, dimana para uskup tidak hanya menjadi pendengar yang pasif tetapi juga aktif bertanya dan terlibat dalam diskusi. Setiap sesi mengikuti dinamika yang sama: presentasi, tanya jawab, diskusi kelompok dan kemudian presentasi hasil diskusi kelompok.
Dua teolog, 2 suster, 1 pakar muslim dan Kelompok Sant’Egidio
Tahun ini, KWI mengundang para narasumber untuk membimbing dan menyampaikan gagasan, sumbangan ide selama tiga hari studi para uskup. Mereka adalah Prof. DR. Achmad Fedyani Saifudin, Prof. DR. Romo Eddy Kristiyanto OFM; Sr. Sesilia Widiastari CB; Suster Tasiana Eny RGS; Romo Dr. Krispurwana Cahyadi SJ dan Kelompok Sant’Egidio.
Prof. Saifudin di hari pertama mempresentasikan materinya dengan judul Membangun Kerukunan Umat Beragama pada Masyarakat Plural dari Perspektif Sosial Budaya.
Pluralisme budaya menjadi salah satu ciri dari masyarakat bangsa Indonesia. Menuntut model pendekatan khusus masyarakat majemuk yang mengikat keanekaragaman yang ada di Indonesia. Kemajemukan itu bukan hal yang dieliminasi tetapi bagian dari kekayaan bangsa yang dijaga dan dilestarikan.
Sementara Prof. Eddy Kristianto OFM yang secara khusus membahas harapan Konsili Vatikan II dan para Bapa Suci mengenai misi Gereja, mencermati secara khusus bagaimana ideal misi Gereja menurut Bapa Konsili dan eksortasione dari para Paus. Materi paparan yang tidak ringan tentang misi Gereja dibahas oleh Romo Eddy Kristianto dii awal hari kedua studi, Selasa 4 November 2014.
Pastor Eddy menjelaskan kembali mengenai beberapa prinsip dasar mengenai misi Gereja yang ada dalam dokumen Gereja seperti Ad Gentes dari Konsili Vatikan II, Evangelii Nuntiandi dari Paus Paulus VI, Christi Fidelis Laici, Redemptoris Missio, Ecclesia In Asia, ketiganya dari Paus Yohanes Paulus II serta anjuran apostolik Evangelii Gaudium dari Paus Fransiskus. Di hadapan para uskup, kedua nara sumber di bawah ini berkisah tentang seluk-beluk pelayanan pastoral . Mereka adalah para pelaku pastoral kategorial. Sr. Sesilia Widiastari CB mendapat kesempatan mensharingkan pengalaman pastoralnya bersama para pengindap virus HIV/AIDS. Yang dikerjakan Suster ini adalah memberi harapan positip di tengah aib dan stigma buruk bagi penderita HIV/AIDS dan korban penyalahgunaan narkoba.
Sedangkan Suster Tasiana Eny RGS dari Konggregasi Gembala Baik di Komunitas RGS Jatinegara, Jakarta Timur, juga mensharingkan pengalaman pendampingan bagi korban kekerasan seksual.
Menurut Suster Tasiana, ada banyak single mother yang mengaduh dan meminta pendampingan khusus untuk membantu mengatasi persoalan serta keediaan mendengarkan dan bersama mereka mencari solusi untuk keluar dari depresi yang mereka alami. Komunitas Sant’Egidio yang berpusat di Roma juga diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman mereka mendampingi anak-anak jalanan. Komunitas ini memiliki perhatian yang intens bagi masyarakat yang hidup di jalanan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap.
Sebagai penutup dari rangkaian kegiatan yang padat di hari yang kedua ini, para uskup mempelajari secara khusus eksortazione Evangelii Gaudium dari Paus Fransiskus.
Romo Krispurwana Cahyadi SJ dari Kolese Ignatius Yogyakarta yang menjadi narasumber dari penelaan seruan apostolik ini mengajak para uskup untuk mendalami apa yang menjadi harapan Bapa Suci. Spiritualitas perjumpaan sejati, Gereja yang memar dalam pelayanan, Gereja yang membuka diri, pemimpin Gereja yang keluar dari zona nyaman adalah kata kunci yang menjadi harapan dan teladan baik yang dihidupi Paus Fransiskus sekaligus menjadi cita-cita yang ingin dihidupi para pemimpin Gereja Indonesia.
Wajah Gereja ideal
Setelah mendapatkan input dari Prof. Afidz, Rm. Eddy Kristiyanto, dan Rm. Krispurwana, sharing kelompok pastoral pinggiran, realitas perubahan di wilayah keuskupan masing-masing, para uskup diminta berdiksui dalam kelompok untuk mencermati mengenai wajah Gereja apa yang dibayangkan oleh para Uskup Indonesia. Apa yang perlu dibangun atau diubah supaya mewujudkan wajah Gereja yang dicita-citakan?
Seluruh waktu hari ketiga, 5 November 2014, para uskup melebur dalam kelompok untuk mendiskusikan wajah Gereja Indonesia. Wajah Gereja yang diperbaharui dalam semangat refleksi atas misi Gereja, seruan apostolik Evangelii Gaudium serta pengalaman konkrit dari para uskup di lapangan.
Dari rangkaian sharing tersebut, para uskup kemudian mengingatkan kembali akan visi misi keuskupan masing-masing. Namun sebagai pendapat bersama dalam satu konferensi, studi para uskup akhirnya menemukan jalan baru bagi perjalanan Gereja Indonesia. Membaharui dan menguatkan kembali kesegaran asali injil, menumbuhkan jalan baru, kreativitas terbuka, dengan bentuk pengungkapan yang berbeda dan dengan tanda dan kata yang semakin meyakinkan bagi manusia dewasa ini.
•Gereja yang hidup dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Persekutuan itu menjadi sumber kegembiraan dan sukacita sejati yang mendorong Gereja mewartakan khabar sukacita kepada segala bangsa.
•Gereja yang keluar dari dirinya sendiri, menjumpai orang-orang, menghadirkan cinta kasih dan kegembiraan, perdamaian dan keadilan, persatuan dan persaudaraan sejati.
•Gereja yang peka terhadap bisikan Roh Kudus, daya kekuatan yang memantapkan iman, meneguhkan iman akan masa depan yang lebih baik, mempererat persaudaraan dan Allah menjadi segalanya bagi semua.
Mengobarkan sukacita Injil menjadi semangat dasar yang menjiwai tugas Gereja sebagai pewarta khabar gembira. Gereja yang berakar pada sumber dasarnya Yesus Kristus dan juga Gereja yang berakar pada realitas sosial-budaya dan kenyataan hidup umat beriman yang konkrit.
Sumber nasakah dan foto : http://www.mirifica.net / By RD. Kamilus Pantus, Pr (Sekretaris Komsos KWI).