Renungan Hari Minggu Paskah II: “Damai Sejahtera Bagimu”

Bacaan: Kis.4:32-35; 1Yoh.5:1-6; Yoh.20:19-31.

Setiap kisah penampakkan Yesus sesudah kebangkitan-Nya, kepada para murid-nya, Yesus selalu memulai dengan memberi salam. “Salam bagimu” atau “Damai sejahtera bagimu”. Damai adalah sesuatu yang khas dan istimewa dari Kristus yang bangkit. Sapaan itu mengajak para murid-Nya untuk selalu dalam damai sejahtera. Damai sejahtera dalam Kristus yang bangkit. Perjumpaan yang penuh damai, selalu membawa sukacita. Damai menghilangkan rasa takut dan cemas. Damai menghilangkan segala perbedaan. Damai menghidupkan suasana persaudaraan, merasa bersatu dalam suka dan duka serta saling pengertian. Tidak ada sukacita bila tak ada damai sejahtera.

Damai sejahtera yang disampaikan Yesus disertai perutusan. Perutusan untuk mengampuni dosa. Sebab bila dosa diampuni, sesungguhnya damai sejahtera sejati menjadi sukacita yang luar biasa. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu mengatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada”. Roh Kudus yang dicurahkan atas kita dalam tugas dan perutusan kita untuk mewartakan, membawa dan menghidupi damai sejahtera Yesus. Artinya membawa pengampunan, kegembiraan dan sukacita Paskah. Membawa pertobatan dan membangun kembali harapan dan kekuatan bagi yang menderita dan putus asa, bagi yang tidak percaya.

Mutu atau kualitas seorang utusan ialah: Percaya. Orang yang percaya harus hidup dalam damai, dan mengusahakan damai sejahtera. Sebagaimana damai yang diberikan oleh Yesus sendiri. Membangun kepercayaan dan iman yang teguh dalam Dia yang mengutus, yaitu Kristus yang bangkit. Hanya orang yang percaya dan yang mengandalkan Kristus yang bangkit, maka ia senantiasa dipenuhi dengan Roh Kudus; dan ia hidup dalam damai sejahtera Kristus. Kalau Tomas yang pada mulanya kurang percaya dan menuntut bukti, akhirnya menyadari kekurangan imannya itu, Yesus justru menyapa dengan kata-kata, “.. jangan engkau tidak percaya lagi melainkan percalah” Sebab bagi yang tidak percaya ia tidak pernah akan mengalami damai sejahtera itu. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”.

Karena itu, kita pun saat ini disapa oleh Kristus yang bangkit. Ia menyampaikan kepada kita “Salam damai sejahtera”, agar kitapun mewartakan dan hidup dalam damai sejahtera-Nya, dan meneguhkan kita dengan Roh Kudus untuk mewartakan pengampunan, agar damai sejahtera Kristus senantiasa terpancar dari hidup kita. Kita pun boleh berdoa, “Ya Tuhanku dan Allahku”.***

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *