Renungan Hari Minggu Biasa XXI: “Siapakah Yesus Bagiku”

Bacaan: Yes. 22: 19-23; Rm. 11:33-36; Mat. 16:13-20.

 

Mengenal seseorang dengan baik dan benar, tentu tidak sebatas mengenal namanya, atau latar belakang asal-usul, kepribadian, sifat, dll, tetapi harus lebih jauh dan mendalam untuk memastikan siapa dan bagaimana orang itu sebenarnya. Walaupun sudah tau dengan baik dan benar seringkali kita pun salah dan keliru dalam cara pandang kita tentang orang itu dan menilainya, karena dalamnya hati siapa tau.

Beberapa waktu lamanya para murid telah hidup bersama dengan Yesus. Diharapkan setelah ada dan bersama dengan Yesus, mereka semakin mengenal, tau dan mengerti siapa Yesus dan seluruh perjuangan-Nya, karya pewartaan-Nya, juga perutusan-Nya yang diterima dari Bapa dalam membangun Kerajaan Allah. Namun, ketika meminta tanggapan para murid tentang apa kata orang, ternyata ditemukan sejumlah jawaban yang berbeda, seperti, Yohanes Pembaptis, Elia, atau salah seorang nabi. Kata orang demikian karena mereka tidak mengenal dengan baik secara pribadi siapa Yesus itu. Karena itu cara pandang dan cara menilai pun sangat jauh berbeda. Sebaliknya, khusus kepada para murid yang sudah sekian tahun bersama, Yesus meminta tanggapan dan pengalaman pribadi tentang siapa Yesus bagi mereka.. Di sinilah pengalaman pribadi menjadi penting, agar tidak salah menilai dan cara pandangpun tidak keliru.

Petrus memberikan jawaban bahwa “Engkaulah Mesias Putera Allah yang hidup”. Jawaban itu tepat karena Bapa yang mengatakan itu kepadanya. Namun cara pandang dan gambaran Petrus  tentang Mesias masih saja salah dan keliru. Bagi Petrus Mesias tidak boleh menderita, tidak boleh dibunuh dan mati. Bahkan dengan berani mau membela bila sesuatu yang terjadi atas diri Yesus. Justru inilah kejatuhan Petrus, ketika ia ternyata mengkhianati dengan menyangkal Guru dan Tuhannya itu. Jawaban atas pertanyaan Yesus tentang siapa diri-Nya harus lahir dari  pengalaman iman pribadi. Pengalaman iman yang membiarkan diri disapa oleh Yesus, juga terbuka hati untuk memahami seluruh perjuangan dan misi perutusan Yesus. Yesus justru lebih mengenal siapa Petrus dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dengan segala perjuangannya untuk menjadi murid Yesus dalam keterbatasan pengetahuan dan imannya. Yesus sangat mengetahui siapa Petrus, dan karena itu cara pandang Yesus sangat jauh berbeda dengan cara pandang manusia. Dan, Yesus memberi kepercayaan yang sungguh luar biasa karena Ia mencintai. Petrus menjadi batu karang yang kokoh tak terkalahkan bagi pembangunan Gereja Kristus, bahkan alam maut tidak akan menguasainya.

Bagi kita, beriman itu adalah sebuah proses, dari mengenal dan menjadi tau; dengan mendengar dari orang lain. Kita mendengar melalui: pendidikan, pengajaran, melalui keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat. Beriman itu adalah soal pribadi, yaitu huungan pribadi antara kita dan Allah. Kita harus percaya secara pribadi, bukan pada kata orang. Dan iman itu adalah hadiah dari Allah, Dengan demikian, iman akan membuat kita kuat, setia, bahagia. Selanjutnya, iman itu harus berbuah Kasih. Kasih yang mempersatukan, karena seperti Petrus kita jga diberi kunci Kerajaan Surga.

Bagaimana dengan pengalaman kita. Pengalaman dalam mengenal siapa Yesus yang kita bangun selama ini entah melalui membaca dan merenungkan Kitab Suci, melalui perayaan-perayaan sakramen, melalui ibadat, juga pengalaman-pengalaman yang sangat pribadi dalam perjumpaan dengan Yesus melalui doa-doa dan berbagai peristiwa hidup yang kita alami, apakah telah membuat kita mengenal secara lebih baik dan benar siapa Yesus sesungguhnya? Gambaran dan cara pandang kita tentang siapa Yesus mungkin belum sempurna, masih keliru dan salah, tetapi yang pasti Yesus lebih mengenal kita secara pribadi, Ia mengenal dan mengetahui siapa kita sampai ke dalam lubuk hati kita masing-masing. Maka perlu kerendahan hati dan keterbukaan hati, membiarkan diri kita disapa dan disentuh oleh Yesus karena Ia sungguh mencintai kita, juga ketika seperti Petrus terkadang kita pun menyangkal dan mengkhianati-Nya. Kita harus terus bangkit dan memperbaharui diri kita agar semakin layak bagi-Nya karena kita pun adalah batu-batu hidup bagi bangunan Kerajaan Allah. Kita menjadi lebih baik dari hari ke hari karena pengalaman akan kasih Allah yang sangat mencintai kita, Ia sangat peduli dan percaya kepada kita. Yesus adalah segalanya bagi kita, sekarang dan selama-lamanya.***

 

Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo,Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

2 thoughts on “Renungan Hari Minggu Biasa XXI: “Siapakah Yesus Bagiku”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *