Renungan Hari Minggu Paskah VII : “Doa  dan Hidup Yesus Memuliakan Bapa”

Bacaan : Kis.1: 12-14; 1Ptr. 4: 13-16; Yoh. 17: 1-11a.

Sering orang bertanya: “Mengapa Yesus berdoa ?”, “Mengapa Yesus yang adalah Tuhan itu berdoa”. Dalam Injil kita jumpai beberapa kali Yesus berdoa. Bahkan tindakan-Nya ini menjadi bagian keseharian-Nya. Kapan dan bagaimana Yesus berdoa, penginjil mencatat bahwa “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk. 1:35, Mat. 14:23).

Yesus melakukan doa ketika situasi berat, terutama waktu Ia hendak berhadapan dengan kematian diri-Nya. Dia pun pergi ke taman Getsemani untuk berdoa kepada Bapa-Nya (Luk 22:42). Berdoa bagi Yesus bukan sekadar menunjukkan, bahwa diri-Nya berdoa kepada Bapa, tetapi Dia sebagai manusia dan Allah, hendak mengajarkan kepada para murid, bagaimana harusnya berdoa. Dia tidak sekadar mengajarkan doa, tetapi menunjukkan bagaimana seorang memiliki sikap doa yang benar, yaitu tidak seperti orang munafik, tetapi membuka hati di hadapan Allah dengan sikap yang benar. Dan doa bagi Yesus adalah doa bagi semua orang yang percaya kepada Dia supaya tetap bersatu, Dia mendoakan supaya para murid terpelihara di dunia, dan agar mereka yang percaya dan telah mendapat kemuliaan merasakan kesatuan dan mendapatkan kesempurnaan (bdk Yoh 17:23)

Injil hari ini mengisahkan Yesus yang berdoa. “Ia menengadah ke langit dan berdoa” (Yoh. 17:1).  Yesus berdoa kepada Bapa karena doa hanya dipanjatkan kepada Allah sebagai Bapa. Semua yang telah disatukan dengan Yesus menjadi milik-Nya dan bersama Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Doa permohonan Yesus adalah “permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau”. Yesus memohon kepada Bapa agar dalam penderitaan di kayu salib, Bapa tidak hanya membenarkan melainkan juga mempermuliakan Sang Anak. Bahwa Salib bukan lagi tanda penghinaan tetapi peninggian dan pemuliaan.

Yesus berdoa bagi orang-orang yang menjadi milik-Nya. Itu berarti, kita semua layak menerima kemuliaan seperti Kristus, bila mengambil bagian dalam pekerjaan yang telah diselesaikan Kristus, selagi kita masih di dunia ini.

Karena itu, tidak ada alasan bagi orang yang menjadi milik Kristus, bertanya tentang penderitaan yang dialami karena percaya kepada Kristus dan karena menjadi murid dan pengikut-Nya. Sebagai milik Kristus, kita mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya, dalam penderitaan-Nya agar bersukacita bersama Dia dalam kemuliaan. Maka, dalam situasi seperti yang sedang kita hadapi saat ini, Yesus mengajak kita untuk tidak hanya berdoa bagi kepentingan diri sendiri dan keluarga kita, tidak hanya untuk keselamatan kita sendiri.

Dalam masa pandemi ini, Yesus mengajak kita untuk berdoa juga bagi masyarakat, khususnya bagi semua saja yang menderita akibat covid-19 ini, bagi para petugas medis yang dengan setia mengorbankan seluruh diri, hidup dan kesehatannya dalam merawat para pasien dengan sabar, para sukarelawan yang peduli terhadap yang terdampak covid-19 yakni yang miskin, melarat, dan kehilangan mata pencahariannya, bagi para pemimpin bangsa kita, yang dengan segala cara terus berusaha untuk membantu dan mengatasi bencana ini. Bagi siapa saja. Kita mohon bukan hanya dibebaskan dari virus tetapi kita memaknai kemuliaan martabat kita. Kita bukan hanya berbelarasa tetapi membela kemuliaan manusia. Kita dapat memuliakan Allah di dunia ini dengan memuliakan manusia. Maka seperti Yesus, kitapun melalui doa dan hidup kita memuliakan Allah. Tuhan memberkati!

******

Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *