Bacaan: Yes. 9:1-6; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14
Natal Tuhan datang lagi! Kedatangan-Nya disambut dengan berbagai cara, berbagai sikap, berbagai tanggapan, berbagai pengalaman. Natal kali ini, boleh jadi menyentuh, menggugah hati dan perasaan, atau mungkin sempat menggugat masing-masing kita. Natal-Nya tidak harus dirayakan dalam kemewahan dan asesoris yang berlebihan, sambil melupakan kesederhanaan sang bayi natal, kesederhanaan kandang dan palungan tempat Yesus dibaringkan dan diselimuti kain lampin. Gambaran hati yang sederhana, tapi terbuka menjadi tempat Yesus dibaringkan dan disanalah, di hati itulah ada rasa damai dan bahagia. Bersama rombongan para malaekat di surga, dan sukacita para gembala di padang efrata, kita bersorak dan bersukacita.
Bangsa Israel dilukiskan dalam bacaan pertama, berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Terang itu menimbulkan banyak sorak sorai dan sukacita besar, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan, sebab seorang anak telah lahir untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya dan namanya disebut orang: Penyelamat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. Ia datang untuk membebaskan manusia dari kelemahan.
Natal-Nya adalah suatu rahmat Allah (bacaan kedua), yang tampak nyata bagi semua orang. Rahmat Allah yang menyelamatkan, rahmat Allah yang nyata dalam diri sang bayi Yesus Kristus. Yesus Kristus yang menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya yang rajin berbuat baik. Yesus Kristus itulah yang diwartakan hari ini, malam ini, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat yaitu Kristus Tuhan di kota Daud”. Warta gembira itu diperdengarkan juga kepada kita saat ini, di sini. Telah lahir bagi kita, dalam hati yang terbuka, hati yang sederhana mau menyambut-Nya, hati yang penuh sukacita tanpa balas dendam, iri hati, benci, hati yang tulus ilas, polos an jujur tanpa perhitungan untung-rugi. Di hati dan hidup seperti inilah Yessus Kristus, sang Juruselamat mau solider, hadir, lahir dan tinggal. Maka natal-Nya merupakan sebuah kabar sukacita yang menggembirakan, yang telah mengalahkan kegelapan hati dan budi, membawa damai dan berkat.
Kelahiran Yesus membawa banyak orang dari berbagai lapisan, entah para gembala miskin, entah kalangan rakyat jelata, entah para sarjana (raja) dari Timur, datang menjumpai-Nya sebagai sahabat. Maka kitapun patut hidup sebagai sahabat bagi semua orang, sebagaimana yang ditunjukkan dalam natal-Nya ini. Sahabat yang punya hati yang peduli, hati yang turut merasakan penderitaan orang lain, hati yang mau melihat dan mendengarkan warta kelahiran sang damai sejati, hati yang solider tanpa rasa takut dan curiga. Malam ini, di sini kita diteguhkan oleh sapaan “Jangan takut!”. Jangan takut karena telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan. Mengapa jangan takut? Karena kelahiran Yesus membawa damai, sukacita dan berkat. Hanya hati yang penuh dosa, kebencian, iri, hati yang cemas akan hidup ini, akan selalu merasa takut. Natal tanpa rasa takut karena Kristus Tuhan, Juruselamat, sang damai sejati telah lahir bagi kita.
Malam penuh rahmat ini, kita tidak berhenti pada rasa haru, dan tergugah oleh warna warni dan suasana natal yang meriah ini. Yesus yang adalah Allah yang menjadi manusia, kita tidak sanggup memahami cinta Allah yang demikian besar, yang dinyatakan Allah bagi kita. Allah melakukan semuanya ini bukan karena kita layak, tetapi karena Ia telah melimpahkan cinta-Nya yang tak terbatas kepada manusia. Ia menjadi senasib dengan manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Allah mengasihi manusia bukan dengan kasih yang setengah-setengah, bukan dengan kasih yang pura-pura dan membedakan, bukan pula dengan kasih yang mencari keuntungan. Ia mengasihi kita manusia dan dunia dengan kasih tulus, utuh, penuh, sempurna, tampa perhitungan, tanpa pamrih, sejati. Kasih-Nya adalah kasih yang menyelamatkan dan membebaskan. Inilah makna natal Tuhan bagi kita. Jangan takut, hari ini telah lahir bagimu Kristus Tuhan di hati dan hidupmu! Semoga natal Tuhan mengubah hidup kita lahir-batin, menjadi manusia baru, berani membawa damai dan sukacita. Selamat pesta Natal yang damai. ***
(Ditulis oleh Rm. Frans Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI, Jakarta)