Berani Menjadi Terang dalam Kegelapan

img-01-0fb197ef-f4d0-43a9-8192-632a321449ef.jpg

Hari Minggu Adven III
Matius 11: 2-11
Yesaya 35:1-6a.10
Yakobus 5:7-10

Di penjara Yohanes mendengar tentang kisah Yesus dan segala Mukjizat serta tanda yang dibuat Yesus. Namun Yohanes masih ragu. Yohanes masih kurang yakin bahwa Dia-lah Mesias yang dijanjikan itu. Yohanes melalui muridnya mengirimkan pertanyaan kepada Yesus. Jawaban Yesus sendiri mengagetkan Yohanes. Yesus tidak menjawab iya atau tidak. Yesus malah meminta Yohanes dan para muridnya untuk melihat apa yang sudah Dia lakukan. Yesus mau mengatakan bahwa lewat segala tanda dan mukjizat yang Dia lakukan, Dia sudah menampakkan Kerajaan Allah dan Dia adalah Allah itu sendiri. Yesus juga mau menunjukkan bahwa iman memang harus terbukti dalam kehidupan nyata setiap hari.

Iman bagi Yesus tidak hanya berhenti pada kata-kata. Iman juga harus tampak dalam tindakan nyata setiap hari yang dilandaskan dengan kasih. Iman kadang membutuhkan pembuktian. Iman yang hanya berhenti pada kata-kata manis tidaklah cukup. Tidak cukup kita berkoar-koar mengatakan tentang kebajikan rohani namun praktek hidup kita sehari-hari penuh dengan kemunafikan. Yesus mau menunjukkan kepada kita bahwa sabda yang kita dengar, sabda yang kita wartakan harus sampai pada praksis hidup setiap hari.

Tindakan Orang Kristen dikenali melalui tindakan dan sikap hidup-Nya yang memang menyerupai Kristus. Dalam dunia dewasa ini, identitas sebagai orang Kristen kadang menghilang ditelan lingkungan dan budaya sekitar. Masih banyak di antara kita, masih malu menunjukkan kekatolikan kita. Kita seperti hanyut dalam suasana dunia. Jika dicari sebuah perbandingan, dapatlah disebutkan seperti bunglon yang dengan sendirinya akan meleburkan semua warna badannya sehingga benar-benar mirip dengan lingkungan tempat dia menumpang. Orang Kristen tidak bisa hanya sekadar menjadi bunglon. Orang Katolik dituntut untuk menjadi layaknya katanya Yesus, menjadi Garam dan Terang dunia.

Menjadi Garam dan Terang dunia berarti berani menjadi perasa dan penerang dalam pahit atau hambarnya hidup serta dalam kegelapan kejahatan dunia. Yohanes Pembabtis telah menunjukkan kepada Kita bahwa apapun resikonya bahkan sampai di penjara pun, sabda Allah tetap menjadi pedoman dan cara hidupnya. Terhadap resiko dari berani tampil beda dan berani tetap menyuarakan keadilan adalah berbagai bentuk ketidakadilan dan kekerasan yang dialamatkan kepada kita.

Untuk resiko atau konsekuensi dari menjadi yang berbeda ini, Yakobus mengatakan bahwa kita sebagai umat Katolik harus sabar. Kesabaran adalah sifat menanggung ketidakadilan, penderitaan, kesulitan, dan penganiayaan, sambil menyerahkan hidup kita kepada Allah dalam kepercayaan bahwa Dia akan membereskan segala sesuatu pada saat kedatangan-Nya. Motivasi untuk bersabar dan bertekun dalam iman adalah kedatangan Tuhan yang sudah dekat. Dalam konteks ini, bisa dikatakan bahwa berani menjadi terang dalam kegelapan juga merupakan sebuah cara untuk menyiapkan diri agar pantas di hadapan Allah saat Dia datang dalam kemuliaan-Nya. Mari terus mempersiapkan diri dan berbenah serta berani menjadi terang dalam kegelapan. Amin

(Ignasius Lede)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *