Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXXIV
Peringatan Wajib St. Maria Dipersembahkan Kepada Allah
Bacaan:
Wahyu 14: 1-3,4b-5
Lukas 21: 1-4
Bicara tentang ketulusan dalam memberi, banyak orang pasti akan mengacu pada bacaan Injil hari ini tentang kisah persembahan seorang janda miskin. Sebelum janda ini memasukkan persembahannya, ajang tunjuk kekayaan dalam memberikan persembahan sudah dimulai oleh orang-orang kaya. Orang-orang kaya ini memasukkan persembahan dalam jumlah yang besar. Persembahan dua peser dari Janda itu pun dibandingkan dengan persembahan sebelumnya. Nilainya tidak berarti. Melihat hal ini, Yesus pun mengatakan bahwa persembahan janda miskin jauh lebih banyak daripada yang lainnya, karena dia memberikan dari kekurangannya, bahkan dari seluruh nafkah hidupnya.
Dalam hidup kita sehari-haripun, ukuran pelayanan yang kita pakai adalah ukuran yang sangat manusiawi dan duniawi. Kita hanya berhenti pada tampilan luar. Jika pelayanan kita berjalan dengan baik dan sukses, kita kemudian mengatakan bahwa inilah pelayanan yang seusungguhnya. Ukuran itu kita terapkan untuk diri kita sendiri dan kadang hanya untuk mendapatkan pengakuan dari banyak orang. Ketika banyak orang membicarakan pelayanan kita, saat itu baru kita merasa melayani. Saat pelayanan kita tidak mendapat tanggapan, kita seperti kekelahan lalu mulai kurang bersemangat melayani dan pada akhirnya berhenti melayani. Hal inilah yang mau dikritik oleh Yesus.
Dalam kitab Wahyu dibicarakan lebih rinci tentang hal yang harus ada dalam sebuah pelayanan. Dalam melayani, kita harus ingat bahwa kita pertama-tama adalah mengikuti Kristus. Kedua, dalam pelayanan itu, tidak boleh ada dusta atau kemunafikan. Semua yang kita lakukan harus kita buat dengan hati yang tulus dan dengan kasih yang besar seperti sudah ditunjukkan oleh Yesus sendiri dalam hidup dan pelayanannya.
Melalui bacaan-bacaan hari ini, kita diajak untuk memberikan hati secara 100% dalam melayani. Pelayanan kita harus tulus dari hati yang paling dalam. Apapun yang kita buat harus sungguh berasal dari hati yang mau memberi. Pemberian atau pelayanan yang hanya mau mencari ketenaran, tidak bernilai di mata Tuhan. Untuk itu, kita semua diajak untuk semakin menyadari panggilan kita sebagai murid Kristus dan selalu memupuk cinta serta kasih dalam memberikan pelayan kepada siapapun tanpa pandang bulu, tanpa alasan. Kita melayani karena kita mau melayani. Amin
(Ignasius Lede)