Renungan Hari Kamis Pekan Biasa XXXIII
Bacaan:
Wahyu 5:1-10
Lukas 19:41-44
Yesus menangisi Yerusalem. Tangisan Yesus dalam Injil yang kita dengar hari ini memiliki banyak makna. Yesus tidak hanya sedih melihat Yerusalem yang sekarang, tetapi juga karena seluruh sejarah keselamatan yang telah terjadi. Sepanjang sejarah keselamatan itu, Allah mengutus para Nabi untuk mengingatkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada jalan yang benar. Namun mereka tetap saja menjauh dari Allah dan menolak serta membunuh para Nabi itu. Hal ini juga tampak pada kedatangan Yesus. Memang benar Yesus dianggap sebagai Mesias oleh kebanyakan orang, tapi dalam pengertian yang berbeda. Orang Israel memandang Mesias dalam artian politis. Mesias yang akan menjadi pemimpin perang dan akan mengangkat senjata untuk melawan penjajahan bangsa Romawi serta membawa mereka kembali pada kebebasan dan kemerdekaan.
Yesus justru menghadirkan Mesias dalam konsep yang berbeda. Mesias yang dihadirkan oleh Yesus tidak dalam artian politis tetapi murni untuk menghadirkan kerajaan Allah di tengah dunia yang sedang sakit. Yesus mau datang untuk orang-orang kecil dan terpinggirkan. Yesus menyelamatkan dunia dengan jalan penderitaan, bukan dengan jalan perang. Untuk ini, Yesus meratapi Yerusalem dan bersedih akan apa yang akan menimpa mereka. Penghancuran Bait Allah dan pembuangan mungkin menjadi salah satu sejarah terpuruk Israel. Mungkin juga, kesedihan Yesus mengarah pada peristiwa ini bahwa salahnya konsep Messias yang diidam-idamkan membawa mereka kepada kehancuran itu sendiri.
Dalam kenyataan harian kita, sering kali ada konsep yang salah tentang Yesus. Kita memperlakukan Yesus seolah-olah bisa mengikuti kemauan kita. Kita menuntut terlalu banyak dan kalau permintaan kita tidak sesuai seperti yang kita harapkan, maka kita mulai hilang kepercayaan dan berbalik arah. Di saat-saat seperti inilah, Yesus sebenarnya sedang menangis melihat kita. Yesus bersedih dan meratapi kesalahan dan penolakan kita terhadap rencana-Nya. Hal yang seharusnya kita buat adalah tetap percaya dan menyerahkan segala permohonan, kekuatiran, dan segala problema hidup kita kepada Yesus. Selebihnya, Yesus akan menyempurnakannya. Mungkin tidak di saat seperti yang kita inginkan, namun bisa jadi di saat yang tepat.
Mari selalu bersyukur atas anugerah yang sudah Allah berikan dalam hidup kita dan menyerahkan semua hidup kita pada penyelenggaran ilahi. Amin.
(Ignasius Lede)