Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia ke-II

KATEKESE UMAT
(PKKI II: Wisma Samadhi, Klender-Jakarta, Juni 1980)

A.RUMUSAN KATEKESE UMAT

1.Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota Jemaah/kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.
2.Dalam Katekese Umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Susi, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya.
3.Yang berkatekese ialah Umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun di sekolah atau pergutuan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang.
4.Dalam katekese yang menjemaah ini Pemimpin Katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese.
Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hirarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus.
5.Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesame dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta dialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus-menerus.
6.Tujuan komunikasi iman itu ialah:
•Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.
•Kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
•Kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita,
•Kita semakin bersatu dengan Kristus, semakin menjemaah, semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
•Kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

B.BEBERAPA CATATAN PADA RUMUSAN KATEKESE UMAT PKKI II (Th. Huber)

Sebelum meninjau rumusan Katekese Umat bagian demi bagian, ingin kami ingatkan beberapa hal yang mewarnai seluruh rumusan itu.Rumusan Katekese Umat adalah hasil pertemuan para utusan dari Keuskupan se-Indonesia, selama satu minggu.Dengan waktu yang begitu pendek, upaya untuk mengolah tersebut pun menjadi terbatas sekali. Oleh karena itu, rumusan-rumusan yang dihasilkan tidak bebeas dari tumpang tindih, tidak luput dari pengulangan, susunan masih diperbaiki logikanya, masih ada hal-hal yang kabur, masih bias dipersingkat dan dipertajam. Namun demikian, kekurangan-kekurangan tersebut diimbangi oleh usaha untuk menampung sebanyak mungkin gagasan dari para peserta Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia II (PKKI II) sendiri, sehingga gagasan-gagasan mereka terungkap dalam rumusan tersebut. Bilamana para peserta merasakan bahwa rumusan itu milik mereka sendiri, kiranya rumusan itu lebih menggairahkan daripada rumusan yang serba singkat, padat, logis.
Rumusa tersebut menggarisbawahi arah katekese di Indonesia dewasa ini. Para peserta mencari kejelasan tentang apa yang dimaksudkan dengan Katekese, arah yang sesuai dengan tuntutan zaman. Semua ini dalam taraf Nasional.

Bagaimana arah ini dilaksanakan dalam keuskupan masing-masing sangat ditentukan oleh keadaan daerah dan kalompok yang bersangkutan.Petunjuk pelaksanaan konkret tidak bisa ditentukan secara nasional.Setiap pelaksana Katekese dan terutama setiap Panitia Kateketik Keuskupan harus merenungkan dan mengusahakan agar arah katekese dapat diwujudkan di dalam jangkauan kerjanya.
Rumusan-rumusan yang dicapai memang tidak bisa memaparkan seluruh latar belakang pengalaman, gagasan teologis dan antropologis yang menjadi akar rumusan tersebut. Kendatipun latar belakang memainkan peranan, namun tetap nyata, bahwa rumusan tersebut hanya mau menjawab pertanyaan: Apakah arah Katekese sekarang.

1.Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (pengahayatan iman) antara anggota Jemaah/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan teruama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.

Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman.Yang ditekankan di sini bukan saja komunikasi antara pembimbing dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri.Antara sekarang menuntut agar para peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan Jemaah.

Yang dibagikan ialah penghayatan iman dan bukan pengetahuan tentang rumusan iman.Namun, penghayatan bukanlah sekedar ilustrasi rumusan saja.Oleh karenanya, para peserta katekese diharapkan mengenal penghayatan sendiri di dalam Katekese diharapkan mengenal penghayatan sendiri di dalam rumusan-rumusan resmi Gereja.
Dengan mengatakan: “Katekese Umat mengandaikan adanya perencanaan”, ini merupakan pembatasan pengertian Katekese Umat, karena bidang pembinaan iman luas sekali. Gereja yang mengusahakan pembinaan iman umat secara tertaur dan terencana.Dalam pengertian ini, seorang ibu yang membina iman anaknya melaksanakan pembinaan iman – usaha ibu itu sangat perlu, malahan tak tergantikan – namun tidak perlu disebut Kateekse Umat. Tentu saja dengan pembatasan ini pembinaa-pembinaan iman lain seperti pembinaan iman spontan, perayaan iman dalam liturgy tidak diremehkan.

Di lain pihak harus dikatakan pula bahwa tidak semua peremuan katekis harus mewujudkan semua unsur Katekese Umat. Rumusan ini mengungkapkan arah usaha katekis pada umumnya.Kalau misalnya di dalam sebuah rangkaian pertemuan katekis salah satu pertemuan dipakai untuk mendengarkan ceramah ini menyuburkan penghayatan iman antar para peserta kemudian hari, sekalipun arus komunikasi dalam ceramah itu sangat berat sebelah.

2.Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari iman Gereja di sepanjang tradisinya.

Nomor dua ini mulai menegaskan, bahwa pola dan penentu Katekese Umat adalah Yesus Kristus. Katekese Umat bukan sembarang tukar pengalaman, tetapi usaha tekun yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun mengenai cara. Dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dialah pula Allah mendatangi kita.

Dengan pengakuan ini, Katekese Umat berakar dalam kancah Gereja, karena “Dialah kepala tubuh”. Seperti dalam gereja setiap wujud penghayatan iman berpedoman pada KItab SUci, sekalipun setiap bantuk penghayatan iman tidak harus tertampung secara harafiah dalam teks Kitab Suci, namun hal itu tidak berarti bahwa Kitab Suci menjadi bahan satu-satunya untuk Katekese Umat. Tukar penghayatan iman gagal dan menjengkelkan apabila para peserta tidak saling menanggapi, tidak saling menamping, tidak sama-ssama mendalami satu bahasan.Pembicaraan tanpa berkesinambungan, biar saleh sekalipun, tidak dicita-citakan oleh Katekese Umat.
Tema atau bahan Katekese Umat ibarat benang atau kristalisator yang memberi arah dan pegangan pada kesaksian pengahatan iman tentang tema atau bahan.Bagaimana tema atau bahan itu berkumandang dalam hidup konkret para peserta masing-masing, itulah isi Katekese Umat.

3.Yang berkatekese ialah umat, artinya semua umat beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pola kehidupan kelompok: Jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok, maupun di sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang.

Nomor ini menyoroti para peserta Katekese Umat. Kristuslah yang menjadi pola baik mengenai siapa-siapa yang menjadi peserta maupun mengenai cara mereka berkumpul dan berkomunikasi. Semua orang beriman: katekese tidak ditujukan kepada sebagian umat saja. Segenap warga umat terpanggil untuk mendalami iman terus-menerus.

Usaha Katekis perlu diperluas agar pembinaan iman yang teratur tidak tergantung mutlak pada pejabat Gereja (pastor/katekis).Dicita-citakan agar umat berkumpul untuk saling meneguhkan imannya, juga kalau pastor/katekis berhalangan hadir.
Yang secara pribadi memilih Kristus: Yang dimaksud di sini baik mereka yang sudah memilih Kristus secara mutlak dan mengungkapkan keputusan itu dalam permandian, maupun mereka yang ingin mengenal Kristus, seperti para Katekumen.
Yang secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus: Secara teori Gereja selalu menolak paksaan dalam hal agama. Dalam rumusan ini terpantul pengalaman para penggerak katekese, bahwa tukar penghayatan iman mengandaikan suasana bebas.Baik psikologi maupun teologi menunjukkan bahwa komunikasi iman yang sedalam ini hanya mungkin wajar kalau sukarela.

Lalu bagaimanakah dengan pelajaran agama Katolik di sekolah, dimana kebanyakan siswa yang tidak Katolik tapi diharuskan mengikuti pelajaran Agama Katolik?Sudah dikatakan di atas, ada usaha yang baik yang tidak perlu disebut Katekese.Pelajaran Agama Katolik kepada siswa nom-Katolik dapat dipandang sebagai usaha memperkenalkan Agama Katolik sebagai gejala masyarakat yang mereka jumpai dalam lingkungan mereka.Dengan demikian pelajaran agama menunjang tujuan sekolah pada umumnya, tapi tidak perlu disebut katekese.

Jadi seluruh umat, baik yang berkumpul di kelompok-kelompok basis maupun di sekolah atau diperguruan tinggi: ditegaskan bahwa Katekese Umat tidak menuntut pengelompokan yang khusus, setiap kesempatan umat berkumpul di dalam lingkup apapun juga dapat dipakai untuk Katekese Umat.

4.Dalam Katekse yang menjemaah ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah, supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hirarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus.

Nomor ini menyoroti pemimpin katekese yang dikenal dengan berbagai sebutan di tanah air kita.Ada yang menyebutnya katekis, guru umat, guru minggu, ketua umat, guru agama, dan lain-lainnya. Di sini mau dijelaskan apa yang diharapkan dari pemimpin katekese, bagaimana ia membawa diri, apa yang menjadi focus perhatiannya.

Pemimpin Katekese Umat tidak membawa diri sebagai pembesar, yang memberankan indoktrinasi kepada bawahannya; pun pula tidak mau memberi kesan seakan-akan dia yang pandai menyampaikan pengetahuan/pandangan kepada para peserta yang bodoh. Pemimpin Katekese Umat mengahayati contoh Kristus: “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan”. Dia melayani peserta kelompok dengan:
a.Mengusahakan suasana Kristen dalam kelompok di mana setiap anggota dipercaya, ditantang oleh harapan akan sumbangannya, dihargai tanpa pandang bulu. Suasana saling mendengarkan, saling menghargai dengan perhatian khusus pada anggota-anggota yang “hina”, entah karena watak yang kurang menarik, karena lidah yang kurang lincah dan lain sebagainya. Suasana seperti itulah yang diusahakan terus menerus oleh pemimpin Katekese Umat.
b.Mengarahkan pembicaraan kelompok, agar kelompok tidak melarikan diri dari salib-salib dengan pembicaraan yang dangkal.
c.Melayani para peserta yang mengalami kesulitan dengan memberi semangat, membantu merumuskan, memuji usaha, menentramkan ketegangan.
d.Mencarikan atau memberikan input yang dibutuhkan atau diminta oleh kelompok.
e.Mengatur waktu dan tempat, kalau kelompok tidak melakukannya.

Dengan demikian pemimpin Katekese Umat membantu kelompok untuk mengalami katekese sebagai pengalaman Gereja tulen, karena kebersamaan yang dihadiahkan oleh panggailan Kristus.

5.Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesame dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus-menerus.

Suasana pertemuan atau kelompok dibicarakan lebih-lebih dari sudut peserta.Para peserta Katekese Umat merasa diri sebagai kelompok setia kawan, yang bersama-sama dalam perjalanan menuju kepenuhan Kristus. Setiap peserta mempunyai sumbangan: setiap anggota perlu mendengarkan dan mengungkapkan; semua terbuka untuk pemberian Roh lewat nafsu mencari kedudukan dan gengsi, berlawanan pula dengan kecenderungan mengagung-agungkan seseorang. Hal ini sesuai perbedaan antara orang Yahudi dan bukan orang Yahudi, antara hamba dan orang bebeas, antara laki-laki dan perempuan.Saudara semuanya satu karena Kristus Yesus” (Gal 3:28).

6.Tujuan komunikasi iman itu ialah:
•Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari
•Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
•Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita.
•Pun pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaah, makin tegas mewujudkan tugas gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
•Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

Nomor terakhir ini merangkum semua menuju tujuan Katekese Umat.Kelima rumusan diatas menyoroti tujuan Katekese Umat dari sudut yang berbeda-beda.Ketiga sorotan pertama lebih-lebih memperhatikan peserta sendiri-sendiri, kedua lainnya menegaskan tujuan sebagai Gereja dan semuanya berpuncak pada “hidup kita di tengah masyarakat”.

Katekese Umat membantu kita untuk hidup dengan semakin sadar, semakin mendalam/utuh. Katekese Umat mendorong proses pemanusiaan kristiani. Katekese Umat membantu apa yang disebut “Pendewasaan Umat”.
Katekese Umat menempatkan pengalaman religious kembali ke dalam hidup konkrit/nyata.Dengan demikian, para peserta ditolong untuk menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyalamatannya.

Membuka diri (dengan segala konsekuensinya) bagi kehadiran Allah di tengah-tengah kita, itulah arti tobat menurut Kitab Suci.Dengan mengusahakan tobat, Katekese Umat menghilangkan jurang antara agama dan hidup sehari-hari. Agama dihayati dalam hidup yang “Profan”, dan hidup biasa menjadi medan perjumpaan dengan Allah. Melalui Katekese Umat kaum beriman mengalami dan menyadari, bahwa seluruh dunia kita ini, termasuk segala pengalaman hidup kita, ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa.
Turut serta dalam gerak trinitas itu menyatakan diri melalui tiga gejala dasar, yaitu iman, harapan, dan cinta kasih.Agar para peserta semakin mengalami dan menyadari kurnia Allah kepada kita, itulah tujuan seluruh pewartaan gereja, termasuk pula tujuan Katekese Umat.

Katekese Umat membangun Gereja.Kita tidak diselamatkan sendiri-sendiri, kita dipanggil selaku anggota umat.Unsur kebersamaan ini diteguhkan oleh Katekese Umat, bukan saja karena para peserta mengalami kebersamaan ini secara langsung, melainkan juga karena pengalaman iman bersama mengutus para peserta untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata dan tindakan.

Dengan melaksanakan tugas Gereja setempat, Gereja semesta hidup dan sekaligus mendorong untuk mewujudkan Gereja setempat. Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus melalui pengabdian kepada manusia konkrit.Agar Kristus semakin berpengaruh dalam masyarakat, itulah yang dicita-citakan Katekese Umat.

Klender, Juni 1980.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *