Renungan Hari Minggu Biasa XII : “Mengapa Kamu Tidak Percaya”

Bacaan: Ayb 38: 1. 8-11; 2Kor 5: 14-17; Mrk 4: 35-41.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun silam, rasanya seperti badai yang menghantam segala lini kehidupan kita. Covid-19 membuat kita tak berdaya, takut, cemas, boleh jadi orang kehilangan iman dan mengeluh, apakah Tuhan tidur menyaksikan peristiwa ini yang tak tahu kapan berakhir. Tidak  hanya pandemi covid-19, tetapi ada sekian banyak permasalahan yang berat, yang sulit sering datang silih berganti dalam hidup kita. Entah persoalan keluarga atau rumah tangga, entah persoalan pendidikan anak-anak, soal relasi, pekerjaan, kehidupan ekonomi, dan masih banyak lagi. Kita merasakannya sebagai “badai kehidupan” yang kadang mengganggu keteguhan hati atau iman kita, bahkan menghentikan “laju bahtera hidup kita. Kita ketakutan, iman mudah goyah, bahkan perahu kehidupan kita hampir karam, seolah Tuhan “tidur”. Dan kita pun berteriak, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa” (Mrk. 4:38)

Pengalaman para murid dalam pelayaran bersama Yesus dalam kisah Injil hari ini, menggambar suatu situasi yang menegangkan dan menakutkan, dan cemas, ketika badai melanda perahu mereka, ketika mereka hampir tenggelam, ketika mereka tak berdaya dan panik. Sementara Yesus tidur seolah tidak peduli, seolah tidak tau, dan seolah membiarkan para murid itu gemetar ketakutan mengalami badai yang dasyat itu. Dan mereka membangunkan Yesus. Dan setelah Yesus dengan kuasa-Nya meneduhkan badai itu, Ia menantang mereka, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Yesus mau mengatakan bahwa seharusnya mereka tidak boleh terlalu takut selama Yesus menyertai mereka, ada dan hadir bersama mereka. Yesus “menghardik”  badai itu seperti Ia menghardik dan mengusir setan. Lautan yang kacau/badai itu adalah lambang kuasa kegelapan, karena itu dengan kuasa-Nya Yesus meredakan gelora danau yang dasyat itu, sebagai simbol kuasa Yesus atas kuasa setan.

Bahtera hidup kita sering dihantam badai dasyat. Kita pun sering dihempasnya tak berdaya. Tapi tanpa kita sadari bahwa Tuhan selalu ada dan hadir bersama kita dalam pelayaran hidup ini. Kita sering merasa bahwa Tuhan tidak peduli kalau kita binasa, bahkan merasakan seolah Tuhan tidur dan tidak memperhatikan kita. Pertolongan Tuhan selalu datang pada waktunya, tepat waktu bila kita sungguh percaya. Pertanyaan yang harus kita renungkan, “Mengapa kamu tidak percaya?”. Percaya adalah dasar keselamatan dan kebahagiaan untuk sampai ke pelabuhan yang damai. Kepercayaan harus mengalahkan ketakutan. Ia tidak menjanjikan pelayaran yang aman, damai tanpa gelombang dan badai. Ia menjanjikan kita pelabuhan yang aman, damai dan bahagia bagi yang percaya akan kehadiran dan penyertaan-Nya. Maka bila bahtera kehidupan kita sedang diterpa badai dasyat manapun, Yesus dengan kuasa-Nya akan menghardik seperti Ia menghardik danau dan menjadi tenang. Kiranya kita dengan penuh iman berdoa, “Tuhan, kami percaya,  tolonglah! Tanpa Dikau kami binasa!”**

 Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *