Renungan Hari Minggu Biasa XXVI: “Sekali Ya, Tetap Ya”

Bacaan: Yeh. 18: 25-28; Flp. 2:1-5; Mat. 21:28-32

Kisah dua anak dalam pengajaran Yesus sebagaimana Injil hari ini, menggambar sikap manusia terhadap undangan Allah. Anak yang pertama menjawab “Ya”, tetapi tidak pergi, sementara yang kedua menjawab “Tidak”, tapi kemudian menyesal dan pergi. Tentu kita pun sepakat bahwa sikap anak yang kedua itu lebih baik dari yang pertama. Itulah kita, yang sering berkata, bertindak ABS, yaitu asal bapak senang. Jawaban, kata-kata dan sikap kita hanya supaya orang senang dan menganggap kita itu baik, nyatanya sebaliknya. Sikap ABS ini sering kita jumpai baik dalam kehidupan keluarga, juga di tempat kerja atau di mana saja. Hanya supaya orang senang dan punya kesan baik terhadap kita serta tidak sakit hati, di depan orang kita seolah baik, tetapi ternyata lain di belakang. Kita ternyata tidak peduli dan menyakitkan orang lain. Kita tidak mau melakukan apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama.

Sebaliknya, sering juga ada yang seperti anak kedua. Pada awal ia tidak mau, tidak bersedia. Bahkan dengan tegas mengatakan bahwa, “pokoknya tidak!”,tapi dalam perjalanan, ia menyadari bahwa ia keliru, ia salah dan ia menyesali jawabannya itu, dan dengan berani ia berubah. Ia mengubah pikiran dan pendapatnya yang sebelumnya tidak, sekarang menjadi ya. Tentu hal seperti ini mengejutkan. Karena ia mau dan berani berubah. Ia menyesal dan melakukan apa yang dikehendaki atau diperintahkan kepadanya.

Yesus mau menunjukkan kedua sikap itu sering ada dalam diri manusia, dalam diri kita. Memang keduanya itu tidak pantas, tapi yang terakhir ketika ia bisa menyadari kekeliruan, menyesal dan berubah/bertobat, itulah menjadi lebih baik dari yang pertama. Yang diharapkan Yesus adalah orang harus bisa mengubah masa lalunya yang mungkin penuh kelemahan, salah dan dosa kepada suatu masa depan yang lebih baik. Menjadi manusia baru, yang berbenah, berubah dan berbuah. Allah selalu mau dengan penuh kesabaran mengasihi dan menerima kembali orang-orang berdosa yang bertobat. Allah selalu melihat di dalam setiap orang ada nilai-nilai baik yang ia miliki, yang mendorongnya untuk bangun kembali untuk menjadi lebih baik. Kita bisa melihat ada banyak contoh dalam Kitab Suci, dimana Yesus justru menerima kembali orang-orang berdosa yang bertobat. Maria Magdalena, Petrus yang sempat menyangkal-Nya, Zakheus, Lewi pemungut cukai, dll yang semuanya diterima oleh Yesus, ketika mereka menyesal dan kembali menyatakan “Ya” dan berkomitmen untuk tetap setia kepada Yesus.

Kita pun diajak oleh Yesus untuk bangkit kembali dan membaharui komitmen kita kepada-Nya, bahwa kita pernah jatuh, bahwa kita punya masa lalu yang gelap. Tapi kita sangat dihargai dan dicintai, karna kita bisa berubah. Semoga kita tidak menjadi anak yang “Ya” tapi tidak, atau “Tidak” tapi “Ya”, melainkan menjadi anak yang sekali “Ya” dan tetap “Ya” atas undangan Tuhan bagi kita.**

Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo,Pr; Sekretaris Komkat KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *