Renungan Hari Raya Pentakosta: “Ajarilah Kami Bahasa Cinta-Mu

Bacaan: Kis. 2:1-11; 1Kor. 12: 3b-7, 12-13; Yoh. 20:19-23

Hari Raya Pentakosta, adalah hari raya anugerah Roh Kudus kepada Gereja. Roh yang diutus Yesus dari Bapa, Roh yang akan mengingatkan kita tentang segala sesuatu yang diajarkan Kristus kepada kita. Roh yang sama yang menjiwai kita agar menjadi saksi-saksi Injil, saksi-saksi yang berani, saksi-saksi yang dipenuhi dan dibimbing oleh Roh Kudus. Menjadi pembawa kabar sukacita Injil. Menjadi Injil yang hidup.

Para Rasul yang berkumpul setelah Yesus bangkit dan naik ke surga dengan setia dalam doa menantikan dengan tekun “sang penolong” yang dijanjikan, Roh Bapa dan Putera. Pada peristiwa Pentakosta itu, para Rasul dikaruniai bahasa yang dimengerti oleh para pendengar. Bahasa menjadi unsur penting dalam mewartakan kabar gembira.  Bahasa yang sering memicu perselisihan dan perpecahan, kini melalui peristiwa Pentakosta, Allah mengutus Roh-Nya untuk mempersatukan kembali yang terpecah-belah dan membangun kembali yang telah runtuh dengan bahasa Pentakosta, bahasa saling pengertian, bahasa yang mempersatukan. Petrus tampil dalam bahasa ibunya dan semua orang yang datang dari pelbagai pelosok dunia itu, tiba-tiba bisa mengerti. “Kita semua mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah”. Roh yang menjiwai dan mendorong mereka untuk mewartakan dan menjadi saksi-saksi yang menyelamatkan segala bangsa. Roh yang memberanikan mereka untuk berkata-kata, mewartakan dalam berbagai bahasa yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh segala suku dan bangsa itu, tidak lain adalah bahasa kasih. Yang membuat mereka berbicara tentang karya agung kasih Allah yang sungguh luar biasa bagi manusia. Roh itu memenuhi hati dan budi, menggerakan, menyemangati, membaharui. Hanya dalam bahasa kasih karya agung Allah dapat dimengerti. Hanya dalam bahasa kasih orang semakin diteguhkan dan dipersatukan dalam Allah. Hanya dalam bahasa kasih, kita dapat saling mengasihi. Itulah hari Pentakosta, hari anugerah Roh Kudus kepada Gereja.

Bahasa kasih selalu membawa damai. Dan Yesus dalam Injil hari ini mengamanatkan kepada kita: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian sekarang Aku mengutus kamu”. Di sinilah panggilan dan perutusan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk memberikan kesaksian tentang bahasa Pentakosta, bahasa saling pengertian, dan perdamaian, bahasa kasih yang membawa persatuan, yang saling meneguhkan. Kita diutus untuk menjadi pembawa damai bila terjadi kebencian, pembawa cintakasih bila terjadi penghinaan, pembawa pengampunan, bila terjadi perselisihan  pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, pembawa kepastian, Bila terjadi kesesatan pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, pembawa harapan. Bila terjadi kesedihan, pembawa sumber kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, pembawa terang. Semangat ini harus dimiliki oleh semua kita yang telah menerima Roh Kudus.

Kiranya ini tidak sebatas doa, tapi terus diupayakan dan diperjuangkan oleh setiap orang yang telah menerima Roh Kudus. Kita harus hidup dalam semangat Pentakosta, yang selalu dan terus menerus membaharui hati dan hidup kita agar menjadi duta damai dan cinta Tuhan yang diharapkan bagi dunia dan bagi sesama. Hal ini tidak mudah memang. Ada banyak tantangan dan kesulitan. Tetapi kita tidak harus takut kalau hati dan hidup kita selalu dipenuhi dengan Roh Kudus, Roh Pentakosta, Roh Allah sendiri.

Marilah kita berdoa , “Datanglah ya Roh Kudus. Kami mohon: yang cemar bersihkanlah, yang gersang siramilah, yang terluka pulihkanlah, yang keras  lunakanlah, yang beku cairkanlah, yang sesat arahkanlah, Limpahilah umat-Mu yang percaya pada-Mu, sapta karunia-Mu.  Dan curahkan anugerah akhir hidup bahagia sukacita tak henti. Ajarilah kami, bahasa cinta-Mu, agar kami dekat pada-Mu ya Tuhanku”. ***

 

Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo,Pr; Sekretaris Komkat KWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *