Renungan Hari Minggu Biasa II: “KehadiranNya Mengubah”

Bacaan: Yes.62:1-5; 1Kor.12:4-11; Yoh/ 2:1-12

       Kisah Injil menampilkan kehadiran Yesus pada pesta di Kana. Kehadiran-nya itu adalah penting karena rupanya kerabat dengan mempelai. Berarti Yesus pun serius memperhatikan masalah kekerabatan. Dia hadir bersama Maria, ibu-Nya. Bagaimana kita tahu kalau mereka itu kerabat dekat? Karena Maria bisa masuk ke dapur. Di dapur dia memperhatikan apa yang kurang, dan tahu kalau persediaan anggur makin sedikit, sementara pesta masih panjang. Jika anggur habis, maka itu aib besar bagi keluarga mempelai.

Lalu Maria menyampaikan tentang kurangnya anggur itu kepada Yesus. Namun sangat menarik ketika Yesus berkata, “Waktu-Ku belum tiba”. Itu kalimat yang sering Dia pakai sehingga me-nimbulkan pertanyaan, sekaligus menjadi karakteristik Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes, selalu kita akan menemukan kata-kata Yesus, “Saat-Ku belum tiba”. Misalnya Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya “Jangan memberitahu pada orang lain, karena waktu-Ku belum tiba”.

Di sisi lain, Maria sadar betul bahwa dirinya adalah ibu yang membesarkan Yesus, tetapi sekaligus Dia Tuhan yang harus dia sembah. Tetapi yang menarik, Maria selalu memperhatikan dan penuh ketaatan, sehingga dia tidak berdebat dengan Yesus. Dan ketika Yesus mengatakan kalimat itu: “waktu-Ku belum tiba”, Maria hanya mengatakan kepada para pelayan. Sekali lagi, karena dia kerabat dekat mempelai.

Pesta terus berlangsung. Para tamu bahagia, sementara di dapur sedang terjadi krisis. Kalau saja ang-gur habis, itu sangat memalukan. Lalu Yesus menyuruh para pelayan menciduk air pembasuh kaki, dan diberikan kepada pemimpin pesta. (Dalam adat Yahudi, kalau mau masuk ke rumah kaki harus bersih). Dan ketika pemimpin pesta mencicipi “air” itu, dia kaget karena itu anggur yang sangat enak. Semua orang pun kaget karena anggur itu sangat enak. Tamu-tamu memuji mempelai.

Setidaknya ada dua tradisi adat orang Yahudi yang diperlihatkan dalam nas ini:

  1. Tempayan air untuk pembasuhan dipakai oleh Tuhan Yesus menjadi tempat mengubah air menjadi anggur. Sebagaimana kita ketahui bahwa adat orang Yahudi bahwa mereka tidak akan makan sebelum membasuh tangan dengan air (Markus 7:3). Namun Tuhan Yesus memberikan suatu makna yang dalam, bahwa sebanyak apapun air yang digunakan oleh manusia dalam membasuh tubuhnya tidak akan pernah dapat menyucikan. Yang dapat menguduskan manusia hanyalah anugerah Tuhan melalui darah Tuhan Yesus. Bahwa anggur menjadi tanda darah Yesus yang ditumpahkan untuk pengampunan dosa.
  2. Anggur yang baik biasanya akan disediakan sampai orang puas minum barulah disediakan anggur yang kurang baik. Hal ini merupakan gambaran kelemahan kita manusia, selalu akan memiliki kekurangan, bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Hanya Yesus yang dapat menyempurnakan hidup kita. Tanpa Yesus, manusia tidak akan dapat menerima kebaikan hidup sampai selama-lamanya. Sebab hanya di dalam Yesuslah manusia mendapatkan kekekalan hidup.

Melalui mujizat Tuhan Yesus ini, kita akan mendapatkan banyak perenungan yang memberikan kita penguatan dalam menjalani kehidupan ini. Pertama, Kekosongan hidup bisa terjadi kepada siapapun, ada banyak penyebabnya, bisa pergumulan ataupun bisa karena kebosanan karena rutinitas yang seperti itu saja dijalani setiap saat. Namun mujizat Tuhan Yesus ini hendak mengingatkan kita bahwa Tuhan ada bersama dengan kita, Yesus yang akan selalu memberi kita ‘anggur yang baik’ setiap saat. Sekalipun kita berhadapan dengan persoalan atau rutinitas hidup yang menjenuhkan, namun Tuhan Yesus selalu memberi kita ‘rasa’ yang memampukan kita hidup dengan sukacita (setiap saat hidup dalam pesta perjamuan bersama Tuhan).

Kedua, Jika kita mengikuti percakapan singkat antara Ibu Yesus, Yesus dan Pelayan, maka kita akan menemukan adanya tiga hal yang sangat berkaitan, yaitu Doa, Iman dan pengharapan. Tuhan Yesus akhirnya mau untuk melakukan mujizat bukanlah karena itu permintaan dari ibu-Nya, tetapi Yesus mau menjelaskan bahwa Tuhan mempunyai waktu tersendiri, waktu yang terbaik untuk berbuat. Dan walaupun Yesus menanggapi permintaan ibuNya dengan berkata waktunya belum tiba, akhirnya Yesus berbuat sesuatu juga atas masalah yang terjadi saat itu. Tuhan Yesus hendak memperlihatkan kepada kita bagaimana iman dan juga kekuatan pengharapan ibuNya bahwa Yesus pasti akan berbuat sesuatu atas permohonannya itu. Maka demikianlah kita dalam menghidupi doa dalam hidup ini, bahwa kita diajarkan bukan kehendak kita yang jadi tetapi kehendak Tuhanlah yang jadi. Namun kehendak Tuhan yang terbaik dalam hidup kita hanya akan terjadi ketika kita mempunyai iman dan pengharapan akan kebaikan Tuhan.

Jadi pada pesta di Kana itu, pesan yang ingin disampaikan bukan mukjizat, di mana air berubah menjadi anggur. Yohanes lebih suka mengatakan itu sebagai “tanda”. Dan tanda jauh lebih besar dari mukjizat. Mukjizat cuma satu bagian, tetapi tanda itu bisa lebih banyak dan lebih luas. Tanda Yesus hadir, bisa saja air jadi anggur, atau orang sedih jadi tertawa, atau suasana yang muram menjadi hangat. Tanda lebih besar, lebih luas, sebab menunjukkan kalau Dia hadir.

Kehadiran Yesus di pesta Kana jauh lebih penting daripada air menjadi anggur itu. Waktu Yesus ada di situ jauh lebih penting dari mukjizat yang selalu diimpikan banyak orang. Ingat, tidak ada yang tahu kalau persediaan anggur sudah habis. Mereka juga tidak tahu kalau air pembasuh kaki telah berubah menjadi anggur. Hanya Yesus yang tahu. Apa pesan yang bisa kita ambil? Yaitu Yesus hadir dalam sebuah pesta perkawinan, dan pesta itu selamat dari kekacauan. Tanda kehadiran Yesus adalah bahwa pesta yang terancam kacau berubah menjadi bahagia. Di mana Yesus hadir, kekacauan segera berubah menjadi kebahagiaan. Kehadiran-Nya mengubah dan membahagiakan. ***

 

By Rm. Fransiskus Emanuel Da Santo, Pr; Sekretaris Komisi Kateketik KWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *