Bacaan : Kel. 20: 1-17; 1Kor. 1: 22-25; Yoh. 2: 13-25.
Kenisah bagi Yesus adalah Rumah Bapa, tempat yang kudus, tempat hadirnya yang kudus yaitu Allah; tempat Allah bersemayam, tempat tinggal Allah dan tempat orang berjumpa dan mengalami kasih kebaikan dan kemurahan hati Allah; tempat di mana manusia boleh merasa aman, diteguhkan dan dikuatkan karena mengalami dan merasakan sapaan Allah dan menerima apa adanya dirinya sebagai manusia ciptaan yang agung dan luhur.
Kenisah, Bait Allah adalah tempat kudus dimana rahmat dan berkat Allah dirasakan dan dialami; tempat manusia sadar diri dalam kemanusiaannya yang rapuh di hadapan Allah yang agung, yang dekat akrab dengan manusia. Yesus mau menampilkan hubungan istimewa-Nya dengan Allah sebagai pembaharuan kehidupan ibadat. Bahwa di tempat ini, di kenisah/ bait Allah kehendak Allah dicari. Dan lebih daripada itu, kenisah, bait Allah adalah hati, pribadi manusia sebagai tempat tinggal Allah. Maka pembersihan kenisah ini menjadi tanda yang perlu dipahami arah dan maknanya.
Penginjil mau menegaskan bahwa kenisah sebagai tanda ibadat harus dibersihkan dari sifat jual-beli, dari pamer-memamer ataupun apapun bentuk perdagangan dan cari kedudukan, kepentingan, nama, status dan popularitas. Kenisah ini harus dibangun kembali yaitu diri, hati dan hidup manusia supaya Roh Allah menjadikan diri manusia itu sebagai kenisah yang baru, tempat Allah bersemayam, tempat Allah dilayani dan diabdi, menjadi kenisah Roh Kudus. Karena itu dalam mebangun relasi dengan Allah, maka kenisah hati dan hidup kita harus dibersihkan dari segala yang tidak beres itu. Yesus-lah yang mampu membersihkan dan membereskan. Dia yang menjungkirbalikan segala kedegilan dan ketertutupan hati kita, dari dosa-dosa kita. Melalui Dia, kita diselamatkan. Dia adalah tanda Allah yang sungguh mencintai kita dan menginginkan kita untuk selalu dekat dengan-Nya, dan diselamatkan. Peristiwa pembersihan kenisah oleh Yesus mengajak kita untuk juga siap dibersihkan dan diperbaharui agar Allah mendapat tempat, agar Allah bersemayam, agar Allah berkuasa dan merajai hati dan hidup kita.
Karena itu, marilah kita membangun dan membaharui serta membersihkan kenisah hati dan hidup kita, yang bebas dari segala bentuk perdagangan, perhitungan untung rugi, penindasan, tipu muslihat, korupsi, kotor, dll… Yesus minta, “Jangan kamu membuat rumah Bapak-Ku menjadi tempat berjualan” bahkan dengan tegas ia katakan, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”. Marilah kita menjadikan hati dan hidup kita sungguh sebagai sebuah kenisah yang layak bagi Allah. ***
Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI